Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Untuk yang berdasi

Membuka jalur jakarta-purwokerto, yang dianggap mempunyai prospek cukup baik. mna menitik beratkan pada penerbangan jarak pendek. (eb)

14 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDUDUK Purwokerto, Jawa Tengah, mendapat hadiah Lebaran dari Merpati Nusantara Airlines (MNA), dengan dibukanya jalur penerbangan Jakarta-Purwokerto, tiga hari menjelang Idulfitri lalu. Jarak Jakarta-Purwokerto, sekitar 500 km, yang selama ini ditempuh 7-8 jam melalui jalan darat, kini bisa dicapai dalam waktu 45 menit. "Dari segi waktu, penerbangan Merpati ini sangat menguntungkan," seperti kata penyelia proyek PLTA Mrica di Purwokerto, Ir. Didi Puryadi, yang Senin lalu menggunakan jasa angkutan udara itu dan Jakarta. Pembukaan trayek Jakarta-Purwokerto itu merupakan salah satu dari rangkaian usaha MNA membuka ladang baru: penerbangan jalur pendek. Jika Garuda merajai jalur panjang, dalam penerbangan domestik MNA - dalam beberapa tahun terakhir ini menitikberatkan usahanya ke penerbangan jarak pendek dan menengah. Sebelum memulai jalur Jakarta-Purwokerto, MNA telah membuka lebih dulu jalur Jakarta-Cirebon Jakarta-Cilacap, Bima-Ruteng, Samarinda-Balikpapan, bahkan trayek gabungan jarak pendek Bandung-Palembang-Pulau Batam-Tanjung Pinang. Dari 59 pesawat yang kini beroperasi menurut kepala Humas MNA, Sofyan Aldy, 35 buah di antaranya melayani trayek pendek. Terdiri dari 19 pesawat jenis Twin Otter dai 16 Cassa CN-212. Sebelum membuka trayek pendek seperti Jakarta-Purwokerto itu, menurut marketing manager MNA, H. Benny Achmad, pihaknya lebih dulu meneliti prospek dan potensi dari daerah itu. "Maksud potensi di sini tidak sekadar segi ekonomi saja, tapi juga segi lainnya, seperti pariwisata," ujar Benny. Untuk daerah Purwokerto, menurut Sofyan, dari segi ekonomi prospek penerbangan MNA ke sana cukup baik. Sebab, di daerah itu kini tengah dibangun PLTA Mrica yang banyak melibatkan tenaga asing. Di segi lain, tambah Benny, daerah Purwokerto kaya dengan tempat rekreasi, seperti Baturaden, Karangbolong, Gua Jatijajar, dan Gunung Srandil. "Selama ini, turis hanya kenal Solo dan Yogyakarta, sekarang mata mereka lebih diperluas," ujar Benny lagi. General sales agent MNA di Purwokerto Ganda, tidak kurang yakinnya terhadap prospek jalur baru itu. Walaupun, sampai Jumat pekan lalu, penumpang MNA dari Purwokerto baru tercatat 40 orang dari tiga kali penerbangan seminggu - Senin, Rabu dan Jumat. Bahkan pesawat Twin Otter yang Jumat itu berangkat dari Purwokerto, menurut pengamatan, hanya bermuatan tujuh penumpang dari 19 kursi yang tersedia. "Soalnya, kami masih dalam taraf perkenalan dan promosi," ujar Ganda. Bahkan kegagalan perusahaan penerbangan Mandala yang pernah merintis jalur penerbangan Jakarta - Purwokerto, 22 tahun lalu, tidak membuat MNA waswas. "Itu 'kan dulu, 1962. Sekarang keadaan sudah jauh berbeda. Ingat, kami mencoba menghubungkan Jakarta dengan sentral Pulau Jawa," ujar Sofyan Aldy mantap. Pejabat Humas itu juga tidak khawatir perusahaannya akan kalah bersaing dengan kendaraan umum, seperti bis atau kereta api dengan tarif yang hanya berkisar Rp 5.000, sementara MNA memasang harga Rp 47.400. "Mereka yang memakai jasa ini adalah kelompok yang menenteng tas atau berdasi, seperti juga penumpang jalur Jakarta-Cirebon," tambah Benny. Cerahnya prospek jalur pendek itu memang dibuktikan MNA dengan trayek Jakarta-Cirebon dan juga Bandung-Palembang-Pulau Batam-TanjungPinang. Trayek yang dibuka sejak Februari lalu itu, menurut kepala Perwakilan MNA Bandung, Supomo, selalu penuh penumpang. "Enam puluh persen kursi terjual," kata Supomo. Penumpang yang paling banyak pada jalur itu, menurut Supomo, adalah pekerja-pekerja di Pulau Batam yang berasal dari Bandung, atau mahasiswa dan pedagang di Bandung yang berasal dari daerah- daerah itu. "Sebab itu, jalur ini baik, walaupun tidak gemuk," tutur Supomo. Selain segi bisnis, menurut Supomo, jalur itu dimaksudkan agar orang-orang di Kepulauan Riau bisa melancong dengan mudah ke Bandung. "Untuk menyedot mereka yang biasanya berekreasi ke Singapura," kata Supomo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus