Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jelang Pemilu 2019, Calon Gubernur BI Diminta Tak Terlibat dalam Pusaran Politik

Ekonom Indef menyatakan calon Gubernur BI harus independen dari berbagai intervensi dan tekanan politik menjelang pemilu 2019.

11 Februari 2018 | 17.09 WIB

Logo Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo
Perbesar
Logo Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi/File Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, mengatakan calon Gubernur Bank Indonesia harus independen dari berbagai intervensi dan tekanan politik menjelang pemilihan umum 2019. "BI harus independen, jangan karena tarik ulur politik yang kuat, sosok Gubernur BI masuk ke pusaran politik," kata Bhima saat dihubungi Tempo, Minggu, 11 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bhima mengingatkan, jika Gubernur BI yang baru terjebak dalam pusaran politik, akan menimbulkan dampak yang buruk, seperti hilangnya kredibilitas kebijakan BI hingga munculnya ketidakpercayaan pelaku pasar terhadap BI. "Saya secara umum (mengatakan) Gubernur BI harus punya track record di bidang kebijakan moneter, penguasaan makro, moneter, soal risiko global," ujarnya.

Bhima juga menyebutkan adanya tantangan spesifik di perbankan. Menurut dia, kebijakan Bank Indonesia mengubah BI Rate menjadi BI 7-day (Reverse) Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan belum begitu efektif menurunkan suku bunga kredit.

"Terbukti dari suku bunga acuan, dipangkas 200 basis poin selama satu tahun terakhir, tapi suku bunga kreditnya cuma turun sekitar 150 basis poin. Ada gap 50 basis poin yang memang tidak bisa diturunkan. Suku bunga deposito juga turun menjadi 180 basis poin," kata Bhima.

Selain itu, kata Bhima, tekanan likuiditas, inflasi tinggi, harga komoditas yang tak stabil, dan harga minyak yang tinggi semakin menekan kebijakan moneter.

"Saya ingin Gubernur BI baru lebih kreatif, jangan utak-atik suku bunga acuan lagi, harus bisa berkreasi dengan instrumen lain untuk menekan suku bunga kredit, biar bisa single digit," katanya.

Terakhir, Bhima juga menekankan calon Gubernur BI yang baru bisa melakukan intervensi pasar dengan jeli untuk menekan pelemahan nilai tukar rupiah. Intervensi pasar bisa dilakukan dengan memanfaatkan devisa Indonesia yang masih banyak.

"Saya enggak lihat itu muncul, misalnya pelemahan rupiah, seharusnya BI bilang 'kita akan intervensi' supaya pasar lebih yakin lagi dan lebih mengapresiasi lagi," ujarnya.

Tugas berikutnya, kata dia, calon gubernur BI harus bisa memperkuat cadangan devisa Indonesia. Meskipun cadangan devisa Indonesia tinggi, masih terbilang kecil dibandingkan dengan negara ASEAN lain, seperti Filipina dan Thailand.

"Filipina aja 28 persen terhadap PDB, Thailand 50 persen terhadap PDB, kita kalau enggak salah 14 persen terhadap PDB," ucap Bhima.

Bhima mengatakan hal itu akan membuat Indonesia rentan ketika terjadi guncangan ekonomi. Sebab, guncangan ekonomi akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap negara dengan cadangan devisa kecil terhadap PDB.

"Setidaknya cadangan devisa bisa menyamai Filipina, sekitar 28 persen terhadap PDB," ujarnya.

Baca berita lainnya tentang Gubernur BI di Tempo.co.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus