KOMODITI ekspor nonmigas bentuknya bisa apa saja: lapis legit sampai jembatan baja. Ekspor komoditi yang disebut terakhir, dan merupakan pengapalan perdana jembatan baja, dilaksanakan oleh Trans Bakrie, Kamis pekan silam, ke Kamboja. Untuk ekspor senilai US# 1 juta itu upacaranya dilaksanakan di lokasi pabrik berkapasitas 20.000 ton setahun, milik Trans Bakrie di Sumuranja, Serang, Jawa Barat. Tahun ini juga, menurut Agoes Soehoed, Direktur Utama Trans Bakrie, ekspor konstruksi jembatan baja semacam ini akan ditingkatkan sampai 50 unit dengan nilai US$ 4 juta. Jembatan baja tersebut dikapalkan dalam bentuk terurai (knock down) dan bisa langsung dirakit di lokasi. Hal inilah, menurut Menteri Pekerjaan Umum Radinal Moechtar, yang membuat Trans Bakrie berhasil menembus pasar internasional, yang selama ini dikuasai negera maju. Pasar yang dalam tahun ini juga bakal dimasuki Trans Bakrie, selain Kamboja, adalah Vietnam, Myanmar, Malaysia, Sri Lanka, dan Bangladesh. Penjualan ke Sri Lanka dan Vietnam sekarang ini sedang dibicarakan. Trans Bakrie merupakan perusahaan patungan antara Transfield Construction Company Australia (60%) dan PT Bakrie & Brothers (40%). Kerja sama tersebut telah membuat perusahaan ini kukuh dan berhasil memperoleh kontrak dari Bina Marga untuk membuat 1.905 jembatan (total sepanjang 33.230 meter) di pelbagai tempat di Indonesia. Menurut Presiden Direktur Grup Bakrie, Tanri Abeng, 70% dari produk Trans Bakrie diutamakan untuk ekspor dan 30% bagi pasar domestik. Maka, ekspor ke beberapa negara Asia itu merupakan batu loncatan yang penting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini