Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kondisi ekonomi Amerika Serikat tengah menjadi penentu pasar keuangan dunia.
Ada optimisme The Fed segera menurunkan suku bunga acuan.
Pasar khawatir The Fed akan terpengaruh tekanan kampanye Donald Trump.
PEKAN lalu, pasar keuangan global benar-benar bergerak bagaikan roller coaster. Pada Senin, 5 Agustus 2024, harga saham di seluruh dunia mendadak runtuh, melanjutkan penurunan tajam di akhir pekan sebelumnya. Investor sempat cemas fenomena Black Monday, ketika pasar finansial global terempas pada 19 Oktober 1987, bakal terulang. Untungnya kekhawatiran itu tak terwujud. Di hari berikutnya, pasar keuangan kembali membal, terbuai kabar baik yang berembus terutama dari Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data tentang penyerapan tenaga kerja di Amerika Serikat yang terbit pada Kamis, 8 Agustus 2024, makin menguatkan optimisme pasar. Ekonomi Amerika benar-benar mendingin, tekanan inflasi makin reda. Walhasil, makin kuat keyakinan bahwa The Federal Reserve atau The Fed segera menurunkan suku bunga yang saat ini berada di angka 5,3 persen, tertinggi dalam dua dekade. Investor bahkan makin percaya The Fed akan memangkas bunga lebih agresif. Penurunan bunga itu bisa sebesar 0,5 persen pada September nanti, dua kali lipat dari 0,25 persen prediksi sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Optimisme ini merambat ke seluruh dunia dengan cepat. Rupiah yang sebelumnya enggan menguat pada akhirnya ikut tersengat. Pekan lalu, kurs rupiah bergerak menembus batas 16 ribu per dolar Amerika Serikat, naik dari sebelumnya di kisaran 16.200 per dolar. Penguatan rupiah ini cukup signifikan karena sudah lebih dari tiga bulan kurs bertahan di atas angka 16 ribu sejak menembus “batas psikologis” itu pertengahan April lalu.
Namun di balik optimisme itu sebetulnya juga ada kekhawatiran bahwa The Fed bergerak terlalu lambat dalam menurunkan bunga, atau istilah teknisnya ketinggalan kurva. Penurunan bunga yang terlambat bisa membuat ekonomi Amerika Serikat telanjur lemas masuk ke siklus resesi. Dampak buruk resesi di Amerika pasti amat luas menjalar ke pasar finansial global.
Persoalannya, bukan cuma kekhawatiran bahwa ekonomi Amerika Serikat akan melemah yang mengganggu pasar. Ketidakpastian juga merebak dari arena pertarungan politik domestik Amerika yang kini berlangsung sengit menjelang pemilihan presiden November mendatang. Kebijakan bunga The Fed mulai berubah menjadi urusan politis.
Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, secara terbuka menuduh penurunan bunga September nanti akan sangat menguntungkan kompetitornya, Kamala Harris, yang disokong Partai Demokrat. Sejauh ini, pasar menilai The Fed tak akan terpengaruh tekanan tersebut. Namun tetap ada kemungkinan Partai Republik dan Trump tak akan berhenti berupaya menunda penurunan bunga itu demi memenangi pemilihan presiden.
Tekanan politik pada kebijakan The Fed bahkan bisa berlanjut jika Trump menang. Dalam konferensi pers, pekan lalu, Trump menegaskan seharusnya Presiden Amerika Serikat turut berperan dalam penentuan arah kebijakan bunga The Fed. Trump mengklaim punya insting lebih baik ketimbang para petinggi The Fed yang selama ini memiliki independensi mutlak dalam hal penentuan pergerakan suku bunga.
Pandangan Trump ini menyulut kekhawatiran baru di pasar: independensi The Fed terancam lenyap. Padahal bebasnya The Fed dari intervensi politik merupakan jangkar kepercayaan investor di seluruh dunia terhadap dolar Amerika Serikat. Bukan cuma itu, sistem finansial global saat ini pun bisa berjalan baik hanya karena ada keyakinan kuat bahwa The Fed punya kemerdekaan, bebas dari gangguan politikus.
Selama ini proses penentuan bunga The Fed sangat transparan, berbasis data dan indikator ekonomi penting yang bisa dievaluasi oleh pasar di seluruh dunia. Jika kepentingan politikus ikut mempengaruhi kebijakan itu, pasar akan makin sulit menganalisis dan memprediksi arahnya.
Walhasil, investor pasar keuangan di seluruh dunia kini juga harus memperhatikan dengan cermat jalannya kompetisi Harris versus Trump. Yang dipertaruhkan dalam persaingan politik itu bukan cuma nasib warga negara Amerika Serikat selama empat tahun ke depan. Pergerakan bunga, kepercayaan terhadap dolar Amerika, dan sistem finansial global pun ditentukan oleh pilihan rakyat Amerika pada November mendatang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit dibawah judul "Risiko Tatkala Independensi Terancam"