Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi
Dalih Rahasia Negara

Berita Tempo Plus

Risiko Menempatkan Tentara Aktif di BUMN

Perwira dan pensiunan TNI masuk BUMN sebagai pejabat ex officio. Sulit mengukur kinerja tentara ketika memimpin perusahaan.

2 Maret 2025 | 08.30 WIB

Direktur Utama Perum Bulog Letjen TNI Novi Helmy Prasetya (kiri) bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kanan) melihat stok daging beku yang dijual di PosAgri Operasi Pasar Ramadhan  di Kantor Pos Flora, Fatmawati, Jakarta, 24 Februari 2025. Antara/Muhammad Iqbal
Perbesar
Direktur Utama Perum Bulog Letjen TNI Novi Helmy Prasetya (kiri) bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kanan) melihat stok daging beku yang dijual di PosAgri Operasi Pasar Ramadhan di Kantor Pos Flora, Fatmawati, Jakarta, 24 Februari 2025. Antara/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Mayor Jenderal Novi Helmy yang memimpin Bulog kini sibuk blusukan ke sawah.

  • Tentara diberi tugas mengawal rahasia negara di BUMN strategis.

  • Penempatan TNI menjadi langkah mundur untuk profesionalisme pengelolaan BUMN.

MAYOR Jenderal Novi Helmy Prasetya rajin blusukan keluar-masuk persawahan beberapa waktu belakangan. Pada Ahad, 23 Februari 2025, Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog itu memantau panen di Serang, Banten.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Sabtu, 15 Februari, Novi meninjau penyerapan gabah di lumbung padi Karawang, Jawa Barat. “Harga gabah Rp 6.500 per kilogram. Enggak boleh lebih rendah,” katanya dalam tayangan yang diunggah di akun Instagram @perum.bulog.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Novi dibebani tugas berat, yaitu menyerap gabah dalam negeri sebanyak 3 juta ton. Penugasan itu muncul seiring dengan target pemerintah tidak mengimpor beras tahun ini. Presiden Prabowo Subianto memberi kepercayaan kepada Novi, yang juga menjabat Komandan Jenderal Akademi Militer, memimpin Bulog.

Bagi Perum Bulog, Novi adalah bos kedua yang berasal dari kalangan militer. Sebelum Novi, ada Letnan Jenderal Bustanil Arifin yang memimpin Bulog pada 1978-1993 atau di era Orde Baru. Dalam jabatannya sekarang di Bulog, Novi dibarengi beberapa pensiunan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia, yaitu Mayor Jenderal (Purnawirawan) Marga Taufiq selaku Wakil Direktur Utama dan Mayor Jenderal (Purnawirawan) Arifin Seman serta Letnan Jenderal (Purnawirawan) Andi Geerhan Lantara sebagai anggota Dewan Pengawas Independen. 

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mencoba senjata pesawat udara Door gun Bell-412 saat kunjungan di Daerah Latihan Pusat Pendidikan Infanteri, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 17 Februari 2025. Antara/Abdan Syakura

Meski banjir kritik, pemerintah bergeming dalam hal penempatan tentara aktif di badan usaha milik negara. Bulog pun bukan satu-satunya BUMN yang diisi tentara. Kepala Biro Informasi Pertahanan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Frega Wenas Inkiriwang mengatakan "penugasan" serupa ada pada BUMN lain, yakni PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia atau PTDI, dan PT Penataran Angkatan Laut Indonesia atau PT PAL Indonesia. “Tujuannya memastikan koordinasi dan supervisi berjalan dengan baik," ucapnya di kantornya pada Selasa, 25 Februari 2025.

Saat ini posisi Komisaris Utama Pindad diisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak. Ia diangkat berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-16/MBU/1/2024 dan Keputusan Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Nomor 001/KRUPS/LEN-PINDAD/I/2024. Len Industri adalah holding pemegang saham Pindad. Di PAL Indonesia, kursi komisaris utama diduduki Laksamana Madya (Purnawirawan) Didit Herdiawan, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (2014-2015) yang sekarang menjabat Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan. 

Adapun kursi Komisaris Utama PTDI diisi oleh Marsekal M. Tonny Harjono, Kepala Staf Angkatan Udara. Ada pula Marsekal Muda (Purnawirawan) Bonar Hutagaol sebagai Wakil Komisaris Utama dan Marsekal Muda Oki Yanuar sebagai komisaris. Para perwira tinggi ini, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun, dibebani tugas berat layaknya pengurus perusahaan. 

Sebagai contoh, Pindad dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan 2024 menargetkan perolehan kontrak Rp 23,89 triliun. Produsen senjata, amunisi, peralatan tempur, dan alat berat ini memproyeksikan pendapatan Rp 8,21 triliun pada 2024. Sedangkan PT PAL menargetkan kenaikan kontrak 7,01 persen pada 2024-2025 atau sebesar Rp 42,32 triliun. 

Direktur Utama PAL Indonesia Kaharuddin Djenod mengatakan capaian ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan proyek strategis baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Saat ini PAL tengah menggarap berbagai proyek pesanan Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut. Perusahaan yang bermarkas di Surabaya ini juga membuat produk nonsenjata untuk eksplorasi energi pesanan PT Perusahaan Listrik Negara dan PT Pertamina. Ada pula kapal pesanan Uni Emirat Arab dan Filipina.

Pendapatan PT PAL tahun ini diproyeksikan berasal dari berbagai sektor, termasuk proyek pertahanan di dalam dan luar negeri. Sumber lain adalah pembangunan kapal selam sebagai bagian dari program strategis nasional serta sektor nonpertahanan seperti pemeliharaan dan perbaikan, rekayasa umum, dan elektrifikasi.

Menurut Kaharuddin, sektor pertahanan akan tetap menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan. “Kami juga terus mengembangkan sektor nonpertahanan untuk memperkuat daya saing dan mendiversifikasi sumber pendapatan,” tuturnya pada Jumat, 31 Januari 2025.

Penempatan tentara pada perusahaan negara di sektor pertahanan, menurut mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Said Didu, disebabkan oleh tuntutan jabatan. Dia memberi contoh penempatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat selaku Komisaris Utama Pindad sebagai pemegang fungsi tertentu. "Istilahnya ex officio, karena banyak rahasia negara di perusahaan itu," ujarnya.

Namun Said menyebut penempatan perwira TNI aktif di semua pucuk pimpinan perusahaan negara sebagai langkah yang salah kaprah. Sebab, dia menerangkan, tidak ada kesamaan antara BUMN pertahanan seperti Pindad atau PAL Indonesia dan perusahaan umum seperti Bulog.

Dia khawatir pelaksanaan tata kelola perusahaan negara, yang diharapkan memberikan keuntungan bagi negara, tak berjalan baik. Mekanisme kerja militer, Said menambahkan, didasari garis komando, bukan inisiatif atau pemikiran pribadi. 

Karena itu, Said tak sepakat terhadap rencana Presiden Prabowo Subianto menempatkan perwira TNI, polisi, atau penegak hukum lain yang bekerja berdasarkan garis komando sebagai pemimpin BUMN dan badan usaha milik daerah. Sebab, BUMN memerlukan keahlian individu dan kerja tim profesional.

Menurut Said, tak mudah mengukur kinerja para pejabat militer di perusahaan milik negara. Apalagi tujuan penempatan mereka tak berkaitan dengan bisnis. Pendek kata, sulit mengharapkan mereka membuat strategi bisnis karena hal itu memang bukan bidang mereka. 

Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira Adhinegara khawatir para perwira TNI akan ditempatkan di perusahaan negara yang dikelola Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara. “Bisa menurunkan profesionalitas dan kinerja BUMN tersebut,” ucapnya.

Menurut Bhima, apabila hal ini terjadi, berarti Indonesia tengah bergerak mundur. Sebab, sementara negara lain merekrut mantan direktur atau profesional dari perusahaan multinasional untuk mengelola BUMN mereka, Indonesia malah menempatkan tentara. 

Ketika kinerja BUMN menurun, Bhima menuturkan, dividen yang akan dibagikan juga mengecil. Dampak lanjutannya adalah belanja modal untuk ekspansi BUMN tersebut berkurang. Karena itu, ia berharap pemerintah mengevaluasi kembali penempatan pejabat-pejabat TNI di perusahaan milik negara. “Direksi dan komisaris BUMN semestinya berasal dari kalangan yang profesional dan kredibel."

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Dalih Menjaga Rahasia Negara

Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus