Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Per November 2024, tercatat 14,6 juta investor retail di pasar modal, naik dari 2,4 juta orang pada 2019.
Kenaikan jumlah investor retail karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya diversifikasi keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Pasar menjadi lebih terdiversifikasi dan mengurangi risiko konsentrasi modal.
KETIKA Presiden Prabowo Subianto mengatakan investasi saham seperti berjudi, jumlah investor retail terus naik. Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) jumlah investor retail di pasar modal per November 2024 tercatat 14,6 juta. Dari jumlah tersebut, 6,3 juta merupakan investor saham.
Investor retail merupakan individu yang berinvestasi pada saham dan surat berharga lain menggunakan dana pribadi. Mayoritas investor retail atau 91 persen merupakan pemilik aset saham, disusul kepemilikan aset kripto sebanyak 25 persen serta obligasi/sukuk sebanyak 23 persen.
Direktur Pengembangan BEI Jeffry Hendrik menyebutkan, sepanjang 2024, jumlah investor pasar modal bertambah 2,4 juta orang dan 1 juta di antaranya investor saham baru. Angka ini melanjutkan tren kenaikan jumlah investor dalam lima tahun terakhir.
Pada 2019, jumlah investor retail di Tanah Air baru mencapai 2,4 juta orang, lalu naik menjadi 3,87 juta orang setahun kemudian. Kenaikannya hampir dua kali lipat pada 2021 menjadi 7,48 juta investor. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah investor retail terus tumbuh menjadi 10,31 juta orang pada 2022 serta 10,48 juta orang pada 2023.
Menurut Jeffry, kenaikan jumlah investor retail terjadi seiring inklusivitas di dunia permodalan Indonesia. Contohnya, kampanye bertajuk "Aku Investor Saham" yang diluncurkan BEI pada 2023. Kampanye tersebut menyampaikan pesan bahwa setiap warga Indonesia bisa menjadi investor saham dan ikut menikmati potensi pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak awal tahun ini hingga akhir September 2024, BEI telah mengadakan 19.779 kegiatan edukasi yang menjangkau lebih dari 24 juta peserta. Kegiatan yang dimaksudkan termasuk Sekolah Pasar Modal, program Duta Pasar Modal, dan berbagai webinar yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang investasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per September 2024, mayoritas investor retail berusia muda. Sebanyak 54,96 persen berusia kurang dari 30 tahun. Adapun sebanyak 24,35 persen berusia 31-40 tahun, disusul usia 41-50 tahun sekitar 11,99 persen.
Josua Pardede, ekonom Bank Permata, berpendapat kenaikan jumlah investor retail karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya diversifikasi keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini. "Partisipasi aktif masyarakat mencerminkan kepercayaan terhadap pasar modal domestik meski dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian," katanya.
Selain itu, Josua menilai kehadiran investor retail, yang sering kali dipengaruhi oleh sentimen dan informasi media, bisa meningkatkan volatilitas pasar. Ia menjelaskan, partisipasi investor retail yang tinggi meningkatkan frekuensi dan volume transaksi harian, yang berkontribusi pada likuiditas pasar modal.
Naiknya jumlah investor retail juga didorong oleh berbagai program edukasi yang gencar diselenggarakan BEI, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemangku kepentingan lain. Menurut Josua, program-program seperti Sekolah Pasar Modal untuk Negeri serta Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu berhasil melibatkan masyarakat luas, khususnya generasi muda.
Berdasarkan studi yang dilakukan BEI bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang terbit pada September 2022, hampir 80 persen investor retail berusia kurang dari 30 tahun. Sekitar 67 persen di antaranya memiliki kegiatan utama bekerja, 65 persen berjenis kelamin laki-laki, dan 49 persen berpendidikan S-1/D-4.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa pemengaruh atau influencer berperan dalam pemilihan aset yang dimiliki investor retail lantaran media sosial sangat diandalkan oleh milenial dan gen Z dalam mengakses informasi pasar modal. Berdasarkan preferensi penggunaan media referensi, terdapat 582 dari 775 responden atau 75,10 persen responden memilih media sosial sebagai sumber referensinya. Sebanyak 76,29 persen responden memilih aplikasi mobile yang lebih praktis dan menyediakan data secara real-time.
Josua mengatakan banyaknya investor retail yang didominasi gen Z menunjukkan daya tarik pasar modal terhadap generasi muda yang melek teknologi dan lebih terbuka terhadap peluang investasi.
Teknologi dan platform digital, tutur Josua, memainkan peran sentral dalam meningkatkan partisipasi investor retail. Di antaranya platform seperti CORES yang dikembangkan oleh BEI dan KSEI. Selain itu, aplikasi perdagangan saham dan reksa dana yang mudah digunakan menarik investor muda untuk mulai berinvestasi dengan modal kecil.
Pergerakan Indek Harga Saham Gabungan di ruang utama Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Josua berujar ketersediaan informasi pasar secara real-time melalui aplikasi mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik bagi investor retail. Pengembangan securities crowdfunding pun membuka peluang investasi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal itu menarik minat investor kecil untuk mendanai proyek secara langsung melalui platform teknologi.
Menurut Josua, faktor-faktor tersebut ditambah berbagai inisiatif, seperti produk derivatif baru (single stock futures) dan platform digital untuk mendukung efisiensi investasi. Dia berharap kenaikan partisipasi masyarakat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pasar modal.
"Dengan literasi yang baik, semoga lebih banyak lagi masyarakat yang bisa ikut menikmati potensi pertumbuhan pasar modal Indonesia," ujarnya. Terlebih, menurut Josua, tren peningkatan investor retail juga memiliki dampak beragam terhadap stabilitas pasar modal. Dengan peningkatan jumlah investor retail, pasar menjadi lebih terdiversifikasi dan bergantung lebih sedikit pada investor institusional. Hal itu mengurangi risiko konsentrasi modal.
Head Costumer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi juga berpendapat pertumbuhan investor retail yang mencapai sekitar 55 persen ini didorong oleh digitalisasi platform perdagangan online. "Teknologi ini memperluas akses ke wilayah yang lebih luas sehingga penetrasinya cukup cepat."
Selain itu, Oktavianus menilai dukungan dari self-regulatory organization untuk aktivitas literasi dan inklusi keuangan pasar modal mempengaruhi penambahan jumlah investor retail. Peningkatan ini juga merupakan bukti peminatan dan edukasi tentang investasi di kalangan anak muda cukup tinggi serta diminati.
Meski jumlah investor retail usia muda mendominasi, ujar Oktavianus, secara transaksi dan aset, nilainya masih yang terendah dibanding investor yang berusia lebih tua. Berdasarkan data KSEI per Oktober 2024, tercatat aset yang dimiliki investor berusia di bawah 30 tahun sebesar Rp 39,5 triliun di pasar saham serta Rp 15,6 triliun di reksa dana dan SBN.
Adapun untuk jangka yang lebih panjang, Oktavianus memproyeksikan peluang kenaikan, baik dari nilai transaksi maupun aset seiring dengan usia produktif. Karena itu, dia menekankan hal ini harus dijaga. "Apalagi Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi yang diharapkan bisa menjadi Indonesia Emas 2045," tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo