Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengapa Harga Tiket Pesawat Mahal

Penyesuaian tarif batas atas dan bawah bakal menjadi solusi untuk masalah harga tiket pesawat yang mahal. Kurang armada.

9 Desember 2024 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah calon penumpang pesawat antre lapor diri di terminal keberangkatan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 5 November 2024. ANTARA/Hasrul Said

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penurunan jumlah armada Garuda Indonesia berkontribusi pada kenaikan harga tiket pesawat.

  • Tarif batas atas tiket pesawat belum berubah sejak 2019.

  • Pengusaha meminta pelonggaran biaya operasional agar bisa menurunkan harga.

MERESPONS keluhan soal harga tiket pesawat yang tinggi, pemerintah berjanji memberikan diskon harga sebesar 10 persen. Intervensi selama libur Natal dan tahun baru 2025 ini tak menyentuh akar masalah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies Bhima Yudhistira, salah satu pemicu tingginya harga tiket adalah keterbatasan armada Grup Garuda Indonesia. Dilanda masalah keuangan, armada perusahaan pelat merah ini menyusut dari 140 unit pada 2019 menjadi 54 unit pada 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar Garuda Indonesia yang tak terangkut ini menjadi ladang bagi maskapai penerbangan lain. "Mereka jadi tidak punya saingan ketika menjual dengan harga lebih tinggi," ujarnya kepada Tempo, Ahad, 8 Desember 2024.

Bhima menuturkan penambahan armada Grup Garuda Indonesia secara signifikan bisa sedikit mempengaruhi tren harga tiket. Dengan harga yang sama-sama tinggi, pengguna akan cenderung memilih Garuda ketimbang maskapai lain sebagai opsi utama. Kondisi ini bakal mendorong maskapai lain menurunkan harga.

Garuda Indonesia sendiri sudah mulai bergerak menambah armada. Tahun ini, ada dua pesawat baru. "Target kami nanti pada 2025, akan menambah 15-20 pesawat lagi," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan dalam konferensi pers pada Jumat, 6 Desember 2024.

Wamildan telah bertemu dengan penyedia pesawat Airbus and Boeing untuk mendatangkan armada. Namun ia belum bersedia membeberkan kebutuhan investasi. Soal sumber dananya, ia mengklaim bakal memanfaatkan kas internal dan meminta bantuan pemerintah. 

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Juni 2021. TEMPO/Tony Hartawan

Ditanya soal dukungan pemerintah untuk Garuda, juru bicara Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Arya Sinulingga, tak memberikan jawaban yang lugas. Dia menyatakan tengah menanti proposal Garuda Indonesia soal pengadaan armada baru. "Pasti kami support Garuda dengan Citilink supaya bisa menambah pesawat. Bagaimana caranya? Sudah dikatakan bahwa ada kombinasi kemampuan finansial Garuda dan dorongan dari kami,” katanya. 

Di sisi lain, pengamat penerbangan Alvin Lie menilai sulit bagi maskapai menurunkan harga saat ini. Tarif batas atas terakhir kali disesuaikan pada 2019. Sementara itu, dalam lima tahun terakhir, biaya operasional maskapai terus meningkat. "Jadi, kalaupun ada tambahan pesawat, tidak berdampak ke harga tiket," ujarnya. 

Alvin mengatakan penyesuaian tarif batas atas dan bawah bakal menjadi solusi untuk masalah harga tiket pesawat sekarang. "Kalau direvisi, lebih fleksibel. Ketika ramai, harganya bisa mahal. Tapi ketika sepi, bisa murah karena ruang gerak maskapai bisa lebih longgar." 

Faktor lain yang turut mempengaruhi pergerakan harga tiket adalah jumlah penumpang yang belum membaik. Alvin menyebutkan jumlah penumpang pada 2018, sebelum masa pandemi, bisa mencapai sekitar 100 juta orang. Sementara itu, pada 2023, angkanya baru 80-90 juta orang. Tahun ini, ia memperkirakan jumlah penumpang hanya 70 juta orang. 

Ekonom Institute for Development Economics and Finance, Rizal Taufikurahman, sepakat bahwa permintaan masyarakat mempengaruhi harga tiket belakangan ini. Permintaan yang masih rendah saat ini berkontribusi pada kesulitan maskapai dalam menurunkan harga jual tiket. 

Dia menilai pemerintah perlu mengintervensi biaya-biaya operasional maskapai jika ingin menekan harga tiket. Avtur, misalnya, bisa menjadi komponen biaya yang besar dalam operasional maskapai. Diskon bisa membantu mengurangi dana tersebut. Upaya pemerintah meminta PT Pertamina (Persero) memberlakukan satu harga avtur selama libur Natal dan tahun baru 2025 bisa menjadi contoh. Begitu juga dengan pajak-pajak kebandarudaraan yang bisa dipotong sementara untuk mengurangi biaya operasional maskapai. "Pembentuk harga yang dirasa memberatkan, seperti pajak bandara, bahan bakar, dan perizinan yang selama ini menghambat persaingan, perlu dipertimbangkan," kata Rizal. 

Pesawat Garuda Indonesia di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 22 September 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Ketua Bidang Perhubungan dan Logistik Asosiasi Pengusaha Indonesia Carmelita Hartoto mengatakan harga tiket tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah pesawat. "Lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan biaya operasi, khususnya kurs dolar Amerika dan harga avtur," ujarnya. Biaya operasional lain adalah biaya yang dibayar, seperti tarif bandara atau passenger service charge (PSC) dan pajak pertambahan nilai (PPN). "Ke depan, bila nilai kurs dan harga avtur makin naik serta PPN menjadi 12 persen, kemungkinan besar harga tiket juga akan naik," ujarnya. 

Itu sebabnya, asosiasi berharap pemerintah mengurangi biaya operasi dengan membebaskan PPN atas importasi suku cadang pesawat serta bea masuknya. Pengusaha juga meminta adanya larangan terbatas untuk impor suku cadang tertentu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Bergabung dengan Tempo sejak 2015, alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjajaran ini terlibat dalam peliputan isu seputar ekonomi dan bisnis. Kini mengisi konten premium harian dan siniar Jelasin Dong!

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus