Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kampanye menteri Radius

Menteri perdaganan dan koperasi radius prawiro giat berkampanye tentang "beleid ekspor 1982. para eksportir diharapkan membentuk suatu konsorsium pusat promosi di luar negeri. (eb)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Kampanye menteri Radius
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TAK begitu salah, kalau ada yang mengatakan, Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro giat berkampanye belakangan ini. Bukan tentang pemilu yang akan berlangsung awal Mei nanti. Tapi tentang itu beleid ekspor nonminyak yang sekarang banyak dibicarakan orang. Sejak akhir Desember lalu sampai pekan lalu tak kurang dari selusin ceramah dan diskusi yang dilakukan oleh Menteri Radius, baik dalam forum domestik maupun asing. Jumat malam pekan lalu misalnya, ia tampil di depan forum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di aula Bank Indonesia. Malam sebelumnya, ia berceramah dan berdialog selama hampir lima jam dengan para pengusaha--sebagian besar para eksportir--di Hotel Jakarta Hilton, yang diselenggarakan oleh Yayasan Management Informasi. Banyak kritik dan saran dikemukakan kepada Menteri Radius. Dan dengan tangkas Menteri Perdagangan yang senantiasa optimistis itu menjawabnya satu demi satu. Ia mengakui salah satu halangan untuk mempromosikan komoditi dari Indonesia di pasaran luar negeri adalah kurangnya dana. "Anggaran masih terbatas" dan pusat-pusat promosi dagang yang dilakukan oleh pemerintah kini baru ada di Hamburg, London, New York, Tokyo dan Rotterdam," katanya. Radius menganjurkan agar para eksportir mau membentuk suatu konsorsium pusat promosi di luar negeri. Tapi, menurut dia, bisa juga setiap asosiasi dagang yang ingin menggalakkan ekspornya menyelenggarakan pusat-pusat promosi. Namun diakuinya itu memang akan menelan biaya besar. Tapi sebelum sampai pada pembentukan pusat-pusat promosi yang diidamkan Menteri Radius Prawiro, para eksportir ada juga yang bertanya-tanya: Kapan itu fasilitas kredit ekspor yang berbunga rendah akan mulai berlaku? Seperti diketahui, Gubernur Bank Sentral Rachmat aleh telah menetapkan kredit bagi eksportir dengan bunga antara 6% sampai 9% setahun, yang lebih rendah dari sukubunga yang berlaku di Malaysia dan Singapura. Faturachman Djamaluddin, Dir-Ut perusahaan jeans merk Tira (Tiga Raksa) yang terkenal itu, kontan menulis permohonan kredit ekspor pada pertengahan Januari lalu, sesaat setelah keluarnya paket pengumllman beleid ekspor 1982. Perusahaan garmen yang mempekerjakan 600 karyawan, dan kini terpaksa harus meliburkan 60 pegawainya, ketika itu mengajukan kredit Rp 200 juta, senilai dengan L/C yang biasa mereka buka. "Tapi tunggu punya tunggu, kami belum memperoleh kepastian sampai sekarang," kata insinyur tekstil lulusan Praha, Cekoslowakia itu. Biasanya Tira berhubungan dengan Bank Panin. Dan dari bank devisa swasta yan besar itu, "Tira memperolch kredit (pre financing) dengan bunga setinggi 13% setahun," kata Faturachman. Rupanya sampai sekarang peraturan pelaksanaan tentang kredit ekspor itulah vang belum dikeluarkan. oan menurut Dir-Ut Faturachman, kalau kredit ekspor yang dijanjikan itu belum juga bisa dimanfaatkan, pihak Inggris akan balik menuding Indonesia yang belum juga bisa memenuhi kuota. Tahun lalu Indonesia hanya berhasil mengekspor 670.000 potong pakaian jadi, masih di bawah kuota yang ditetapkan oleh Pasaran Bersama Eropa (PBE untuk Inggris. Menteri Radius Prawiro sendiri menyayangkan adanya kuota yang "hangus" itu. Maka kepada asosiasi produsen tekstil, Radius meminta agar hanyamemberikan rekomendasi kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap bonafide. "Kalau seorang eksportir tak mampu, maka pemerintah dengan cepat bisa memindahkan jatahnya kepada eksportir lain," katanya. Harry Iyawan, Dir-Ut PT Sekar Jaya Utama di Sidoarjo, Ja-Tim, juga sudah bersiap-siap memanfaatkan kredit ekspor itu. Sebagai eksportir kerupuk udang yang terkemuka, Harry berharap akan bisa menggenjot ekspornya meningkat sampai 60%. Tahun lalu Harry mengekspor kerupuk udang ke Eropa, terutama Negeri Belanda, sebanyak 350 ton seharga Rp 600 juta. Tapi pengusaha kerupuk udang itu-yang tahun lalu mendapat penghargaan dari pemerintah Belanda karena menjaga baik mutu produknya, terpaksa harus bersabar. Kalangan pengusaha di Surabaya berpendapat, peraturan pelaksanaan tentang kredit ekspor itu baru akan selesai awal April nanti. "Itu pula sebabnya di Surabaya belum ada pengusaha yang mengajukan kredit ekspor," kata Tjiptono Darmadji, pengurus Kadin Ja-Tim. Menurut Tjiptono, yang sehari-hari juga dikenal sebagai ahli bedah jantung itu, para pengusaha di Surabaya saat ini masih sibuk melakukan inventarisasi komoditi yang memiliki elastisitas harga yang tinggi. "Seperti kodok dan kunir ternyata memiliki potensi pasaran yang baik," kata dokter yang menjadi pengusaha itu. Aburizal Bakrie, pengusaha muda yang sekarang memimpin perusahaan Bakrie Brothers di Jakarta, melihat ada beberapa bidang usaha yang bisa memasukkan banyak uang: konstruksi di luar negeri, yang selain menghasilkan devisa juga menciptakan lapangan kerja, bidang pariwisata dan ekspor barangbarang hasil industri. Khusus tentang bidang industri, Aburizal menilai ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Keadaan umum industri di Indonesia dewasa ini, menurut pengusaha muda itu, mengalami kelebihan kapasitas, terhadap kapasitas terpasang mesin-mesin. "Juga biaya prasarananya dan biaya angkutan masih terasa tinggi," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus