Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kapok Pembangkit Cina

Sebagian besar Sumatera mengalami byar-pet. Pembangkit Cina, yang seharusnya menutup defisit listrik, banyak yang rusak.

14 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saking seringnya mengalami pemadaman bergilir, Rini Astuti sampai tidak ingat kapan terakhir kali menikmati listrik full sepanjang hari. "Kalau tidak padam, justru aneh," kata penduduk Pekanbaru, Riau, berusia 34 tahun itu. Sehari ia merasakan byar-pet bisa sampai tiga kali dalam durasi sekitar dua jam per pemadaman.

Kondisi seperti ini, menurut dia, terjadi sejak 2003. Penyebabnya selalu sama: pembangkit listrik tenaga air kekurangan bahan baku utamanya karena kekeringan. "Tapi masak bertahun-tahun tidak pernah ada solusi?" ujarnya. Tahun ini pemadaman mulai terjadi sebelum bulan puasa, Juni 2013.

Akhir bulan lalu, kata dia, PLN menjanjikan listrik tidak akan mati lagi pada Oktober 2013. Namun, justru tepat tanggal satu bulan itu, rumahnya di Kecamatan Bukit Raya mengalami pemadaman sampai enam kali. Keempat anaknya terpaksa tidak mandi. "Saya kecewa sekali. Provinsi yang begini kaya, punya minyak dan gas bumi, tapi sangat miskin listrik," ucapnya.

Penduduk Sumatera Utara juga bernasib sama. Rasken Ginting, 57 tahun, mengatakan, di kampung halamannya, Tanah Karo, listrik bahkan bisa padam selama tiga hari. "Ini sepertinya kompensasi karena di Medan tiga hari tidak mati-mati," katanya pekan lalu. Pada 2007, provinsi ini juga mengalami pemadaman bergilir. Tapi tahun ini, menurut Rasken, merupakan yang terparah karena bisa padam sampai empat kali sehari.

Pemadaman di Sumatera Utara mulai terjadi juga sebelum puasa. Tengku Chairunnisa, 33 tahun, yang tinggal di Medan Ampat, Medan, mengalami byar-pet sampai tiga hari sekali. Durasi masing-masing pemadaman bisa sampai empat jam. Berkali-kali ia menelepon call center PLN 123, tapi hanya permintaan maaf yang diterima. "Jadwal pemadaman tidak ada, apalagi penyebabnya tidak pernah dijelaskan," ujarnya.

Sektor industri pun terkena pukul karena defisit listrik ini. Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Utara Laksamana Adiyaksa mengatakan biaya produksi naik 80 persen. Semua uang itu habis untuk menyalakan genset, yang biayanya mencapai Rp 5.000 per kilowatt-jam (kWh), sementara listrik dari PLN biasanya hanya Rp 1.400 per kWh.

l l l

Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan PLN Nasri Sebayang mengakui krisis listrik Sumatera terjadi karena pasokan yang kurang, sementara kebutuhan terus naik. Di Sumatera Utara, permintaan listrik naik sebesar 10-12 persen per tahun. Pasokan listriknya hanya berkutat di angka 1.650 megawatt.

Rencana membangun tiga pembangkit dengan skema independent power producer gagal di tengah jalan. Padahal, kalau berhasil, proyek itu bisa memasok lebih dari seribu megawatt. Lalu ada pula proyek pembangkit listrik tenaga air Asahan III, yang izin lahannya tak kunjung rampung.

Kondisi ini semakin parah karena beberapa pembangkit listrik di Sumatera Utara sedang mengalami pemeliharaan. "Pasokannya jadi sekitar 1.350 megawatt," katanya. Pembangkit listrik tenaga air Asahan milik Inalum, yang biasanya memasok Sumatera Utara sebesar 120 megawatt, berkurang jadi 40 megawatt. Lalu ada pembangkit listrik tenaga uap Labuhan Angin, yang mengalami kerusakan sehingga pasokannya hanya 200 megawatt. Pembangkit listrik tenaga gas uap Belawan juga sedang dalam jadwal pemeliharaan.

Soal Labuhan Angin, Nasri punya catatan khusus. Sejak beroperasi pada 2009, pembangkit kerap bermasalah. "Bocor sana-sini, rusak, boiler terbakar," ujarnya. Pembangkit buatan Cina itu tidak kunjung sembuh meski sudah diperbaiki. Boiler—tempat mengubah air menjadi uap dengan suhu 600 derajat Celsius—butuh penanganan khusus karena memakai campuran kapur dan pasir. Batu baranya pun harus bagus dan konsisten. "Ini yang sulit karena pengadaannya dari tambang yang berbeda-beda," kata Nasri.

Defisit listrik Sumatera Utara seharusnya bisa diatasi kalau listrik PLTU Nagan Raya dan Pangkalan Susu bisa masuk jaringan transmisi Sumatera. Namun keduanya gagal beroperasi sesuai dengan jadwal. Nagan Raya seharusnya sudah mulai uji coba pada Februari lalu sehingga siap komersialisasi enam bulan setelahnya. Uji coba baru terlaksana April karena transmisi antara Sigli dan Nagan Raya baru tersambung. "Sekarang satu unit 110 megawatt sudah masuk, sisanya November," ucapnya.

PLTU Pangkalan Susu, yang berkapasitas 2 x 220 megawatt, juga gagal beroperasi karena transmisi belum selesai. Transmisi yang telah terpasang sudah mencapai 78,5 kilometer. "Ada masalah pembebasan lahan untuk pasang lima tower sepanjang 1,5 kilometer," katanya. Sudah dua tahun masalah ini tidak kelar.

Di Sumatera bagian selatan masalahnya tak jauh berbeda dengan di utara. PLTA Singkarak, Maninjau, dan Koto Panjang kekurangan debit air sehingga tidak beroperasi maksimal. Seharusnya kondisi ini bisa teratasi kalau PLTU Teluk Sirih, yang lagi-lagi buatan Cina, beroperasi. "Bocor juga, boiler rusak," ucap Nasri.

Di Lampung, defisit listrik mencapai 100-150 megawatt. Seharusnya kekurangan bisa ditutup dengan beroperasinya PLTU Tarahan sebesar 2 x 100 megawatt. Tapi kualitas pengerjaan pembangkit tidak sesuai dengan harapan. "Boiler bocor, lapisan beton retak, dan pompa air jebol," ujarnya.

l l l

Kondisi byar-pet Sumatera sebenarnya telah terprediksi sejak dulu. Pemerintah berusaha mengatasinya dengan mencanangkan proyek 10 ribu megawatt. Proyek yang kerap disebut fast track program itu memakai dana, kontraktor, dan pembangkit dari Cina. Targetnya selesai pada 2010. Sumatera mendapat lima pembangkit, yaitu Tarahan, Riau, Teluk Sirih, Nagan Raya, dan Pangkalan Susu. Kapasitas totalnya mencapai sekitar 1.300 megawatt.

Proyek yang dicanangkan wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla, tersebut ternyata justru menimbulkan banyak masalah. Hanya PLTU Riau yang, menurut Nasri, bisa dipertanggungjawabkan karena direksi yang baru telah memperbaiki sistem, organisasi, dan pengawasannya. Sisanya lebih sering rusak ketimbang beroperasi. "Sebenarnya kapok. Kami harus lebih selektif kalau memakai kontraktor Cina," kata Nasri.

Tidak mengherankan kalau pekan lalu PLN meluncurkan program PLTU Merah Putih. Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan komponen pembangkit itu sebagian besar dari dalam negeri. Komponen lokalnya, misalnya, turbin buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan Siemens dan generator produksi Pindad.

Sebelum ada program 10 ribu megawatt, PLN lebih sering memakai kontraktor Jepang dan Eropa Barat. Biaya pengerjaannya memang lebih mahal. Pembangkit Cina biayanya US$ 800 per megawatt. Adapun pembangkit Jepang dan Eropa bisa US$ 1.200 per megawatt. Biaya murah tapi kualitas jeblok. Yang pertama kali mengalami kerusakan adalah PLTU Suralaya, Jawa Barat. Dalam hitungan hari setelah beroperasi, pembangkitnya rusak dan mengakibatkan pemadaman di Jakarta Selatan, Depok, dan Tangerang.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan dua pekan lalu sempat menjelaskan situasi ini. Ketika ia menjabat Direktur Utama PLN memang tidak ada pilihan selain memakai kontraktor Cina. "Murah dan cepat," ucapnya. Tapi, menurut dia, krisis listrik Sumatera Utara juga mengalami kendala masalah perizinan lahan PLTA Asahan III. Berkali-kali Dahlan meminta percepatan pemberian izin ke pemerintah daerah setempat, tapi tak kunjung terwujud.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tidak banyak memberi solusi untuk krisis listrik Sumatera. "Kami minta PLN untuk do what they need to do untuk menyelesaikan masalah tersebut dan kami fasilitasi dengan baik," ujar Wakil Menteri Energi Susilo Siswoutomo. Direktur Jenderal Listrik Jarman mendukung PLN memakai genset dalam mengatasi listrik Sumatera Utara dan Riau. "Sambil menunggu Nagan Raya masuk," katanya. Pengamat energi Ryad Chairil khawatir, jika kondisi seperti ini dibiarkan, Sumatera Utara bisa mengalami blackout. "Itu potensi chaos," ucapnya.

Sorta Tobing, Ayu Prima Sandi, Ananda Widhia Putri, Soetana Monang Hasibuan (Medan)


Seperti Minum Obat

Pemadaman tak luput menyambangi kantor pusat PLN di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan. Akibatnya, lampu dan penyejuk udara di ruang kerja Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan Nasri Sebayang mati. Untung ada genset untuk mengalirkan listrik di beberapa ruang kerja dan lift. "Waduh, di kantor pusat PLN mati lampu juga," kata Nasri.

Pekan lalu sejumlah wilayah di Jakarta juga mengalami byar-pet. Sekitar pukul tujuh Rabu malam, listrik mati di wilayah Kembangan, Jakarta Barat. Tidak semua mengalaminya, hanya beberapa rumah. "Padam sekitar 45 menit," ujar Maya, 25 tahun.

Lalu, pukul 10 malam, giliran wilayah di sekitar Jakarta Timur, Depok, dan Bogor yang mati listrik. Penghuni rumah di Pondok Rangon, Cipayung, Nur Aisyah, mengatakan listrik padam selama setengah jam. "Nyala 15 menit, lalu mati lagi sampai menjelang subuh," katanya. Pemadaman menjelang subuh hanya dialami pelanggan bertegangan tinggi, di atas 2.200 volt ampere.

Panas dan gigitan nyamuk terpaksa Aisyah rasakan. "Mau belajar juga susah," ujar mahasiswi perguruan tinggi negeri itu. Kekesalan juga ditumpahkan para pengguna media sosial di dunia maya. Banyak yang memaki-maki karena lampu tak kunjung nyala. Malah ada yang menyebut PLN singkatan dari Pasti Lama Nyala.

Manajer Komunikasi PLN Bambang Dwiyanto mengatakan pemadaman di Jakarta terjadi karena gangguan trafo interbus 1 dan 2 di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Cibinong, Bogor. "Gangguan ini memicu padamnya Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung Salak dan Pusat Listrik Tenaga Uap Pelabuhan Ratu di Jawa Barat," katanya.

Sepekan sebelumnya, sebagian Jakarta juga mengalami padam listrik karena GITET Cawang terbakar. Menurut Bambang, gangguan di Cibinong lebih parah karena yang terbakar bushing primer dan sekunder, sementara di Cawang yang terganggu bushing tersier.

Penduduk Jakarta masih lebih "beruntung" ketimbang rekan mereka di luar Jawa. Penanganan pemadaman listrik di Ibu Kota cenderung lebih cepat dan tidak berlarut-larut. Di Manado, Sulawesi Utara, byar-pet sudah seperti minum obat. Pada pembukaan pameran pembangunan hari ulang tahun provinsi itu akhir bulan lalu, insiden mati listrik terjadi. Tak tanggung-tanggung, pemadaman tepat terjadi saat Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang tengah berdiri di atas podium untuk memberi sambutan.

Walhasil, Sinyo Harry langsung terdiam dan terlihat kikuk di atas panggung. Sekitar 5 menit, ia masih mengharapkan lampu menyala. Namun akhirnya Sinyo terpaksa duduk kembali karena listrik tak kunjung hidup.

Pemadaman itu berlangsung hampir 20 menit. Setelah lampu menyala, Gubernur Sinyo kembali memberi sambutan. "Saya tak menyangka, tapi apa mau dikata. Saya minta maaf atas pemadaman ini, tapi acara tetap harus berjalan," ujarnya.

Kepala Cabang PLN Kota Manado Yarid Pabisa mengatakan pasokan listrik di Sulawesi Utara, terutama di Manado, memang sedang bermasalah. Daya listrik, menurut dia, berkurang karena debit air di Danau Tondano berkurang drastis. "Selain debit air berkurang, ada beberapa peralatan yang saat ini tengah diperbaiki sehingga terjadi pemadaman listrik," ucap Yarid.

Sorta Tobing, Isa Anshar Yusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus