Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Membidik Fashionista Muda

Merek fashion asing menyerbu Jakarta. Berebut ruang retail yang terbatas.

14 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEMI mendapatkan voucher belanja Rp 500 ribu, Yoshua Tan rela antre di pintu gerbang Mal Pondok Indah sejak pukul 22.00, Selasa pekan lalu. Voucher itu bisa dibelanjakan mahasiswa 18 tahun ini saat pembukaan toko H&M esok harinya.

Tiga hari sebelumnya, Yoshua juga hadir di pembukaan toko H&M di Mal Gandaria City. Dia bahkan telah memborong kemeja, kaus, dan celana panjang senilai lebih dari Rp 1 juta. "Tapi saya penasaran, masak sih saya enggak bisa mendapat voucher belanja? Makanya saya niatkan untuk antre dari malam hari," katanya Rabu pekan lalu.

Brand asal Swedia, H&M (Hennes & Mauritz), membuka dua toko pertamanya di Indonesia bulan ini. Toko ketiga yang lebih besar menyusul dibuka di Grand Indonesia, Maret tahun depan. Merek ini telah lama jadi incaran kelas menengah Indonesia saat mereka berbelanja di luar negeri. Selain karena modelnya sesuai dengan tren runway, harganya relatif paling murah dibanding label high street lain.

Saat pembukaan toko di Mal Gandaria City, Sabtu dua pekan lalu, ada 1.500 orang yang antre. "Kami mendapatkan respons luar biasa di Jakarta," ujar Kepala Operasi Waralaba H&M Par Darj dalam keterangan tertulis. H&M sudah lama membidik pasar domestik Indonesia. "Sekaranglah waktu yang tepat untuk membuka toko," kata juru bicara H&M, Karina Soegarda.

Respons tinggi juga diperoleh Uniqlo, merek asal Jepang, saat membuka toko pertamanya di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Juni lalu. Ribuan orang antre hingga ke luar mal. "Saya juga datang saat pembukaan Uniqlo. Pukul 8 pagi dan antrean sudah mengular sampai naik-turun tangga," ucap Yoshua. Uniqlo, yang dibawa PT Fast Retailing, bakal membuka dua gerai baru di Mal Taman Anggrek dan Mal Kelapa Gading. Menurut CEO Fast Retailing Tadashi Yanai, 250 juta penduduk Indonesia merupakan potensi besar bagi Uniqlo.

Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adi Perkasa (MAP), sepakat. "Separuh penduduk Indonesia adalah generasi muda. Mereka brand-conscious dan suka international brand," katanya Kamis pekan lalu. MAP merupakan pemain lama dalam retail fashion di Indonesia. Mereka saat ini memegang 1.647 merek, di antaranya Zara, Sogo, Debenhams, dan Cotton On.

Merek yang disebut terakhir juga baru buka toko di Indonesia pada Juni lalu. Selama tiga tahun terakhir, MAP mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen. "Kalau ada barang fashion dan barang basic dengan harga yang sama, orang Indonesia pasti akan memilih barang fashion," ujar Fetty.

Tapi tren tumbuhnya retail ini akan sedikit terhambat dengan terbatasnya suplai ruang retail di Jakarta. Apalagi moratorium pembangunan mal belum dicabut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Associate Director Research Colliers, Ferry Salanto, mengatakan terbatasnya ruang retail berpotensi menciptakan landlord market dan melambungkan harga sewa. Sejumlah pusat belanja di Jakarta yang belum beroperasi saja, kata Ferry, sudah mencatat komitmen 80 persen penyewa.

Pacific Place, yang dulu memiliki ruang retail untuk pergelaran Jakarta Fashion Week, kini telah digantikan oleh Galleries Lafayette—department store asal Prancis yang dikelola MAP. "Okupansi penuh," ucap Markus Chandra Barata, General Manager Marketing and Promotions PT Pacific Place Jakarta.

Kenaikan harga sewa, kata Fetty Kwartat, terjadi di beberapa lokasi sejak dua tahun lalu seiring dengan kenaikan nilai properti gila-gilaan di Jabodetabek. Harga sewa mal merupakan salah satu komponen harga tertinggi di bisnis retail. "Tapi, karena pertumbuhan penjualan juga meningkat, itu tak jadi masalah," ujarnya.

Menurut Fetty, kondisi ini akan mendorong peretail berekspansi ke luar Jakarta. "Daya beli masyarakat di daerah juga tinggi," ucapnya. Kondisi di luar Jakarta, kata dia, hampir sama dengan Jakarta pada awal 2000. "Tinggal educating brand."

Bagi anak-anak muda Jakarta yang sadar merek, serbuan brand asing tetap disambut dengan tangan terbuka. Kedatangan H&M, Uniqlo, dan Cotton On tidak menghentikan harapan untuk kedatangan lebih banyak lagi merek asing. "Harrods sama Macy's," ujar Yoshua menyebut dua department store terkenal di Inggris dan Amerika Serikat yang ia harapkan segera membuka toko di Jakarta.

Amandra Mustika Megarani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus