AKHIRNYA Indonesia menjadi eksportir semen. Secara berangsur
mulai minggu ini tujuan ekspornya adalah Muangthai, sebanyak
50.000 ton. Suplainya datang dari PT Semen Cibinong (10.000
ton), PT Distinet Indonesia Cement Enterprise (20.000 ton) dan
PT Semen Gresik (20.000 ton). Dengan kejadian ini, "Indonesia
memasuki era baru," kata ir. Agus Sujono, Dirjen Industri
Kimia.
Sampai belum lama ini Indonesia masih mengimpor semen. Tapi
investasi di bidang ini telah berjalan cepat hingga berbagai
pabrik memperbesar kapasitas produksi. Bahkan beberapa pabrik
baru muncul. Maka walaupun kebutuhan di dalam negeri meningkat
ke 4 juta ton setahun, Indonesia masih akan mengalami surplus
produksi 500. 000 ton pada akhir tahun ini.
Daya produksi sementara Indonesia akan bertambah terus dengan 1
juta ton lagi tahun depan. Dan walaupun diperkirakan kebutuhan
dalam negeri juga meningkat, toh semen Indonesia akan berlebih
sebanyak 500.000 setahun. Ekspornya kini merupakan sesuatu yang
mendesak.
Sesungguhnya harga untuk ekspor ini masih tidak cocok dengan
kalkulasi pabrik. Dan ekspor yang pertama ini dilakukan atas
dorongan pemerintah, tentu saja, dengan "harga perkenalan": US$
45 per ton FOB, dari Tanjung Priok, Gresik maupun Cilacap.
Sedangkan freight (ongkos angkutan laut) dari pelabuhan
Indonesia ke Bangkok US$ 10 per ton. Pada hakekatnya harga
promosi untuk ekspor itu adalah Rp 18.675 per ton. Sedangkan
harga penjualan di dalam negeri af pabrik pada para penyalur
adalah sekitar Rp 26.000 per ton. Dengan kata lain dengan ekspor
ini para produsen dalam negeri mengalami kerugian.
Selisih harga itu mungkin bisa diatasi jika pemerintah
memberikan keringanan bea masuk untuk Gypsum, bahan baku
campuran semen, kertas kantong dan suku cadang yang diimpor.
Bila ada keringanan itu, barulah semen kita akan mampu bersaing
di luar negeri.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mulai Desember, jika fasilitas
didapat dari pemerintah, akan mengekspor ke Arab Saudi sekitar
100.000 ton. Korea Selatan juga berminat pada semen Indonesia,
karena produksi dalam negerinya sudah terikat kontrak untuk
mensuplai Timur Tengah. Pasaran India juga meminta 500.000 ton
setahun dan Bangladesh sebanyak 450.000 ton setahun.
Tapi ekspor semen Indonesia ini belum punya daya saing yang
kuat. ASI meminta pemerintah supaya paket ekspornya benar-benar
dilakukan secara terpadu. Diperlukannya fasilitas penunjang.
"Sekarang ini harga semen buatan luar negeri lebih murah US$
3-US$ 5 per ton dibandingkan dengan produk Indonesia. Maka bea
masuk spare parts dan gips yang sekarang dikenakan 15% hendaknya
dihapuskan," kata Ibrahim Risjad, wakil ketua ASI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini