Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ke Bangkok Dengan

Kini Indonesia mulai mengekspor semen pertamanya ke Muangthai dengan harga perkenalan. Munculnya beberapa pabrik baru di Indonesia akan menambah surplus produksi. (eb)

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Ke Bangkok Dengan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
AKHIRNYA Indonesia menjadi eksportir semen. Secara berangsur mulai minggu ini tujuan ekspornya adalah Muangthai, sebanyak 50.000 ton. Suplainya datang dari PT Semen Cibinong (10.000 ton), PT Distinet Indonesia Cement Enterprise (20.000 ton) dan PT Semen Gresik (20.000 ton). Dengan kejadian ini, "Indonesia memasuki era baru," kata ir. Agus Sujono, Dirjen Industri Kimia. Sampai belum lama ini Indonesia masih mengimpor semen. Tapi investasi di bidang ini telah berjalan cepat hingga berbagai pabrik memperbesar kapasitas produksi. Bahkan beberapa pabrik baru muncul. Maka walaupun kebutuhan di dalam negeri meningkat ke 4 juta ton setahun, Indonesia masih akan mengalami surplus produksi 500. 000 ton pada akhir tahun ini. Daya produksi sementara Indonesia akan bertambah terus dengan 1 juta ton lagi tahun depan. Dan walaupun diperkirakan kebutuhan dalam negeri juga meningkat, toh semen Indonesia akan berlebih sebanyak 500.000 setahun. Ekspornya kini merupakan sesuatu yang mendesak. Sesungguhnya harga untuk ekspor ini masih tidak cocok dengan kalkulasi pabrik. Dan ekspor yang pertama ini dilakukan atas dorongan pemerintah, tentu saja, dengan "harga perkenalan": US$ 45 per ton FOB, dari Tanjung Priok, Gresik maupun Cilacap. Sedangkan freight (ongkos angkutan laut) dari pelabuhan Indonesia ke Bangkok US$ 10 per ton. Pada hakekatnya harga promosi untuk ekspor itu adalah Rp 18.675 per ton. Sedangkan harga penjualan di dalam negeri af pabrik pada para penyalur adalah sekitar Rp 26.000 per ton. Dengan kata lain dengan ekspor ini para produsen dalam negeri mengalami kerugian. Selisih harga itu mungkin bisa diatasi jika pemerintah memberikan keringanan bea masuk untuk Gypsum, bahan baku campuran semen, kertas kantong dan suku cadang yang diimpor. Bila ada keringanan itu, barulah semen kita akan mampu bersaing di luar negeri. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mulai Desember, jika fasilitas didapat dari pemerintah, akan mengekspor ke Arab Saudi sekitar 100.000 ton. Korea Selatan juga berminat pada semen Indonesia, karena produksi dalam negerinya sudah terikat kontrak untuk mensuplai Timur Tengah. Pasaran India juga meminta 500.000 ton setahun dan Bangladesh sebanyak 450.000 ton setahun. Tapi ekspor semen Indonesia ini belum punya daya saing yang kuat. ASI meminta pemerintah supaya paket ekspornya benar-benar dilakukan secara terpadu. Diperlukannya fasilitas penunjang. "Sekarang ini harga semen buatan luar negeri lebih murah US$ 3-US$ 5 per ton dibandingkan dengan produk Indonesia. Maka bea masuk spare parts dan gips yang sekarang dikenakan 15% hendaknya dihapuskan," kata Ibrahim Risjad, wakil ketua ASI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus