PERDAGANGAN di Bremen, Jerman Barat, pusat pelelangan tembakau
Indonesia, sedang menggembirakan. Ini bukan hanya berlaku untuk
yang palin populer seperti tembakau Deli, melainkan juga
Besuki, Banyumas dan dari tanah raja-raja (Vorstenlanden) --
Jogya, Solo dengan pusatnya di Klaten. Baik terhadap tembakau
yang ditanam dalam musim penghujan (Na-Oogst) maupun hasil
tanaman musim kemarau (Voor Oogst).
Pada pelelangan 13 Juli, tembakau Besuki rata-rata berharga DM
4,55 per 0,5 kg. Sedang tembakau lembaran Deli yang jenis
cerutu, 7 September, DM 8,7 per 0,5 kg. Dan jenis tembakau
Vorsten landen pada pelelangan Jawa ke-1 tahur ini tercatat DM
5,56 per 0,5 kg. "Harg itu tak akan turun" pada pelelangan ber
ikutnya (28 September), direktur H.A Ismail dari NV A. Ismail &
Co yang juga menjabat ketua Indonesian Tobacc Association
meramalkan.
Namun Indonesia belakangan ini tampak mencoba untuk tidak
bergantung pada pelelangan Bremen saja. Terutama untuk tembakau
yang di bawah kwalitas Deli. Bremen telah menjadi tujuan ekspor
tembakau Indonesia sejak akhir 1950-an, sesudah pelelangannya
hijrah dari Amsterdam sebagai akibat sengketa Irian Barat. Kini
pasarannya mulai terbuka di luar Bremen, bahkan juga di luar
Eropa Barat.
Pelelangan Bremen itu, kata ir. Ng. Sutedja dari direktorat
ekspor, Deperdagkop, "masih cocok untuk produk yang fancy, yang
biasanya jadi rebutan seperti tembakau Deli." Maka ia rupanya
akan tetap dikirim ke Bremen seperti sediakala. Sesungguhnya
tembakau Deli itu pun sudah mulai disaingi di Eropa Barat oleh
yang dari Kamerun, Afrika. Pelelangan tembakau Kamerun di
selenggarakan di Paris. Khusus tembakau Deli, walaupun sejak
Januari 1977 telah dimasukkan dalam Sistim Preferensi Umum (GSP)
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), masih dikenakan tarif bea masuk
7%, turun dari 15%. Itupun dengan kwota hanya 2500 ton.
"Sedangkan tembakau Kamerun bebas bea masuk," kata Sutedja.
Sekawan Pribumi
Bagi tembakau Besuki, sekitar separoh dari hasil panen tahun
1975-77 sudah dipasarkan di luar Bremen. Panen Besuki tahun 1977
sekitar 140.000 bal. Ekspor tembakau Indonesia 1977 untuk segala
jenis dan mutu berjumlah 271.000 bal (25.610 ton) dengan nilai
devisa sebesar US$ 57,1 juta, naik dari US$ 45,6 juta pada tahun
sebelumnya. Dari keseluruhan ekspor tembakau 1977 itu, Besuki
meraih devisa US$ 24,5 juta. Tapi tembakau Deli yang volume
ekspornya cuma 36.000 bal dapat merenggut devisa US$ 22,7 juta.
Sisanya sebanyak 95.000 bal yang bermutu rendah dan sedang,
terdiri dari tembakau Vorstenlanden, Banyumas, Lampung, Kediri,
Kedu, Boyolali, Bojonegoro, Jatim, Madura, Jombang, dan Lumajang
hanya bernilai ekspor US$ 9,7 juta.
Departemen Perdagangan mulai April 1976 melancarkan perluasan
(diversifikasi) pasar. Dengan begitu, di luar pelelangan Bremen,
tembakau Indonesia mendapat pembeli langsung di Spanyol, Amerika
dan Aljazair. Kini juga Belanda, Perancis, Belgia, Jepang,
Selandia Baru, Maroko, Tunisia, Pantai Gading. Senegal dan
Konggo membeli langsun dari Indonesia. Maka dalam tahun 1977
Bremen cuma menyedot sekitar ss% saja. Sisanya AS (12,66%),
Spanyol (6,60%), Belanda (6,5%), Perancis (6,20%), Afrika Utara
(4,08%), Belgia (3,7%) dan Jepang (1,68%). Selebihnya Jerman
Timur, Bangladesh, Afrika Barat, Pilipina, Kanada, Irlandia dan
Norwegia. Usaha perluasan pasar ini ternyata berhasil menaikkan
ekspornya.
Walaupun pasarannya makin luas, eksportir tembakau Indonesia
belum bertambah jumlahnya. "Bahkan kami amat prihatin," kata
ketua ITA, H. Ismail, yang menjadi eksportir tembakau sejak
tahun 1951. "Lima tahun lalu, aktivitas eksportir swasta pribumi
dengan non-pribumi masih seimbang."
Saham pribumi tadinya sebanyak 33% dari seluruh ekspor, non-pri
38%. Sisanya dikuasai oleh PTP, PNP dan perusahaan patungan.
Kini ada 19 eks portir saja yang aktif dibanding 47 sepuluh
sampai lima tahun lalu. Dari yang masih aktif itu hanya 4 swasta
pribumi dengan sahamnya dalam ekspor cuma 2%. Mereka ini,
termasuk NV A. Ismail & Co, kecil sekali bila diukur dari segi
modal. "Setiap kali minta modal dari bank," kata Ismail,
eksportir pribumi itu "tidak dilayani."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini