Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kembangkan Produk Baru, Indofarma Racik Obat Herbal

Penyebaran Covid-19 membuka peluang bagi perusahaan farmasi, seperti Indofarma, untuk menciptakan produk baru.

4 Agustus 2020 | 03.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebaran Covid-19 membuka peluang bagi perusahaan farmasi, seperti Indofarma, untuk menciptakan produk baru. Pandemi juga menjadi momentum untuk memulai produksi bahan baku obat di dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama PT Indofarma Tbk, Arief Pramuhanto, menyatakan perusahaannya tengah meracik ramuan herbal. Dari beragam produk yang disiapkan, salah satu di antaranya berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh. "Kami sedang mengusahakan Obat Herbal Terstandar," katanya kepada Tempo, Senin 3 Agustus 2020.

Salah satu pengembangan obat herbal ini dikerjakan bersama PT Mustika Ratu Tbk. Kedua perusahaan meneken kontrak antara 3-5 tahun untuk mengembangkan industri herbal mulai dari produksi hingga pemasaran. Sebagian besar produk obat herbal tersebut menurut Arief nantinya akan dilakukan di fasilitas milik Indofarma.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inovasi lain yang dipersiapkan Indofarma adalah memproduksi melt blown fabric, bahan baku kain untuk masker. Bahan tersebut saat ini masih dipasok dari luar negeri. Indofarma saat ini telah memproduksi sekitar 4 juta lembar masker untuk digunakan petugas medis. Di akhir kuartal III ini perusahaan menargetkan kenaikan kapasitas produksi hingga 10 juta per bulan.

Induk holding farmasi, PT BioFarma, berinovasi dengan vaksin. Perusahaan tengah mempersiapkan diri untuk memproduksi vaksin Covid-19 pada kuartal I 2021. "Saat ini memasuki uji klinis tahap 3," ujar Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto.

Bahan baku vaksin Covid-19 tesebut didatangkan dari perusahaan asal Cina, Sinovac, pada Juli lalu. Bio Farma menerima 2.400 vaksin yang akan diuji kepada 1.620 orang sukarelawan dengan rentang usia 18-59 tahun. Pengujian dilakukan di Pusat Uji Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, laboratorium milik Bio Farma dan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional.

Uji klinis diperkirakan berlangsung selama 6 bulan. Bambang menuturkan selagi melakukan kajian, perusahaan tengah menunggu keputusan pemerintah mengenai rencana produksi, penyaluran vaksin, hingga anggaran produksi. Saat ini pengembangan vaksin tersebut didanai kas perusahaan sepenuhnya.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, Tirto Kusnadi, menyatakan pandemi memberikan peluang bagi industri farmasi untuk berinovasi, terutama dengan memulai produksi bahan baku obat secara mandiri. Pandemi

Pasalnya perhatian pemerintah sedang tercurah di sektor tersebut, terbukti dengan banyaknya relaksasi aturan untuk membantu industri farmasi. "Meskipun untuk mencapai kemandirian bahan baku obat masih diperlukan koordinasi dan sinkronisasi di antara kementerian terkait," katanya.

Tirto menyatakan bahan baku obat sulit diproduksi di dalam negeri lantaran membutuhkan biaya yang tak sedikit terutama untuk riset dan pengadaan teknologi. Selain itu industri farmasi diatur dengan ketat. Relaksasi perizinan serta insentif fiskal menurut dia akan sangat membantu pengembangan bahan baku obat lebih cepat terwujud.

Di balik peluang tersebut, Tirto mengkhawatirkan pertumbuhan produk yang tak terkait Covid-19. Di masa pandemi dia mencatat terdapat penurunan kinerja produksi lantaran permintaan yang turun hingga 60 persen. "Pasien non Covid-19 yang berkunjung ke fasilitas kesehatan menurun," katanya.

Utilisasi pabrik yang kurang dari 50 persen selama tiga bulan terakhir berujung pada pemutusan hubungan kerja dan merumahkan karyawan.

Arus kas distributor obat pun terganggu karena fasilitas kesehatan menunda pembayaran. Total tagihan yang sudah jatuh tempo menurut Tirto mencapai Rp 3 triliun.

"Karena belanja pemerintah masih dominan untuk menggerakkan industri farmasi, upaya untuk meningkatkan dan mempercepat penyerapan anggaran harus menjadi prioritas Kementerian Kesehatan," katanya berharap percepatan tersebut dapat membantu memulihkan arus kas perusahaan.

HENDARTYO HANGGI | VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus