Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan mengatakan pengoperasian sejumlah bandara dan penerbangan di sekitar wilayah erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih terdampak. Hal tersebut terjadi karena paparan abu vulkanik membatasi ruang gerak pesawat di udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan, Budi Rahardjo, mengatakan beberapa bandara yang belum beroperasi, antara lain Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende, Bandara Soa Bajawa, Bandara Frans Sales Lega Ruteng, serta Bandara Fransiskus Xaverius Seda Maumere.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sementara itu, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Lewoleba, Bandara Waingapu, Bandara Salahudin Bima, serta Bandara Lede Kalumbang Tambolaka, telah beroperasi," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Tempo pada Kamis, 14 November 2024.
Meskipun beberapa bandara sudah kembali beroperasi, Budi menyampaikan bahwa beberapa maskapai masih membatalkan penerbangan demi alasan keselamatan. Di Bandara Lombok, maskapai membatalkan tiga penerbangan internasional. Sementara itu, di Bandara Ngurah Rai, Bali, terdapat 11 penerbangan domestik dan 41 penerbangan internasional yang dibatalkan. Di Bandara Komodo, Labuan Bajo, maskapai membatalkan 12 penerbangan domestik dan dua penerbangan internasional.
Sebagai informasi, erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki terjadi pada Selasa, 12 November 2024, pukul 19.18 WITA. Hingga Rabu pagi, berdasarkan keterangan tertulis Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, diketahui letusan tersebut menciptakan suara gemuruh yang terdengar sampai Kota Maumere, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari gunung.
Tidak hanya itu, erupsi gunung berapi dengan puncak kembar tersebut juga menghasilkan dua aliran lava pijar yang masing-masing menjangkau jarak 3,8 kilometer dan 3,9 kilometer. “Terjadi erupsi menerus pada periode ini disebabkan oleh sistem Gunung Lewotobi yang sekarang ini sudah open system, yang artinya suplai magma langsung dikeluarkan menjadi erupsi. Ini ditandai tidak adanya gempa vulkanik dangkal atau dalam,” kata dia, Rabu.
Hanin Marwah berkontribusi dalam tulisan ini.
Pilihan Editor: Kereta Otonom Tanpa Rel IKN Dikembalikan ke Cina, Apa Alasannya?