Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima bulan sudah kisruh pergantian manajemen PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tak kunjung reda. Ditemui di ruang kerjanya, lantai 25 Menara Batavia, Kamis, 7 November lalu, Komisaris Utama Jababeka Setyono Djuandi Darmono menjawab soal apa yang terjadi dalam geger di antara pemegang saham pelopor kawasan industri swasta tersebut.
Benarkah Iwan Margana sempat menemui Anda?
Iwan Margana itu pemegang saham lama melalui PT Imakotama Investindo. Beliau juga punya manajer investasi (PT Pratama Capital Assets Management) yang mengumpulkan banyak reksa dana dan kontrak pengelolaan dana untuk membeli saham Jababeka. Teman baiklah sebetulnya. Sebulan sebelum rapat umum pemegang saham, Iwan Margana memang datang bersama Sugiharto.
Membicarakan apa?
Iwan meminta Sugiharto menjadi direktur dan Aries Liman menjadi komisaris. Jadi harus ada rapat umum pemegang saham, dong. Saya tenang karena saham Imakotama dan Islamic Development Bank cuma 6 persen dan 10 persen. Enggak tahunya Iwan bisa bawa surat kuasa pemegang saham banyak sekali, yang semuanya satu tanggal.
Lalu apa yang terjadi?
Lima menit sebelum voting, Iwan Margana mengajukan surat agar Sugiharto menjadi direktur utama. Kalau sudah begitu, kesan pemegang saham lama, oh, ini hostile takeover. You mau ambil pimpinan perusahaan.
Iwan Margana menilai kinerja Jababeka semestinya bisa lebih baik dari saat ini. Kenapa saham Jababeka tidak naik dan lama tidak membagikan dividen?
Pembangunan kawasan industri itu kayak pohon jati, lama. Tanah juga sudah enggak diproduksi lagi sama Tuhan. Jadi enggak boleh buru-buru dijual murah. Kalau dijual cepat-cepat, pemegang saham itu enggak nikmat di belakang hari. Ini ada perbedaan dengan pemegang saham seperti Iwan Margana, yang tentunya menjanjikan kliennya bahwa Jababeka bakal naik sahamnya, yang kemudian membeli saham Jababeka lewat dia. Mungkin dia juga sudah berjanji ke Islamic Development Bank.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo