Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktorat Industri Kreatif Film, Televisi dan Animasi Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengadakan pelatihan bagi para fotografer. Harapannya, para fotografer tidak menganggap ilmu fotografi sebagai sekedar hobi, tapi juga mendatangkan banyak rezeki dengan masuk sebagai subsektor di berbagai bidang. Dalam acara itu, para pembicara menyarankan agar fotografer bisa menjadi lebih profesional. Baik sebagai fotografer maupun bidang managemen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada puluhan fotografer dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya mengikuti Program Inkubasi Capture (Course of Professional Talents and Incubation Program for Photographer) di Hotel Eastparc Yogyakarta, 31 Agustus hingga 3 September 2020. "Alat fotografi mahal, tapi kalau mendatangkan uang miliaran rupiah, jadi murah. Maka fotografi jangan hanya menjadi hobi," kata Direktur Direktorat Industri Kreatif Film, Televisi dan Animasi Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Syaifullah saat acara, Senin, 31 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syaifullah mengatakan di Indonesia banyak bermunculan insan fotografi. Sayangnya, mereka masih berada pada tataran hobi. Padahal, potensi untuk menjadikan fotografi sebagai profesi terbuka lebar di tengah era digital ini. "Kami ingin menunjukkan perspektif serius dari dunia fotografi yang sangat menjanjikan. Kami ingin upgrade skill mereka, sampai punya sertifikasi dan membantu jualan karya,” kata dia.
Bahkan, pihaknya menyediakan platform digital yang terbuka bagi para fotografer untuk memamerkan karya dan menjualnya. Salah satu contohnya adalah Getty Image di tataran dunia.
Ia menambahkan, dengan adanya platform digital itu, para fotografer bisa mendaftarkan akun dan menjual foto. Para fotografer lokal, dinilai lebih tahu situasi kapan harus memotret. Salah satu contohnya saat hendak memotret Candi Borobudur. Bahkan mereka lebih tahu kapan bulan muncul, kapan matahari yang bagus untuk momotret candi. Hal itu berbanding terbalik dengan fotografer dari luar daerah, fotografer lokal justru lebih banyak punya kesempatan untuk mendapatkan hasil foto yang bagus.
Syaifullah mengatakan pemerintah ingin lebih mengangkat fotografer lokal di tiap daerah. Menurutnya, fotografer lokal punya potensi luar biasa dan tahu keunggulan di daerahnya. "Ketika masuk ke platform digital itu, foto atau video bisa dibeli orang dan ada income untuk pembuat karya. Nanti tiap fotografer akan punya profil yang datanya terverifikasi dari Nomor Induk Kependudukan (NIK). Ini juga berfungsi untuk data ketika ada bantuan seperti bantuan langsung tunai,” kata Syaifullah.
Di masa pandemi covid-19 saat ini, ia mengakui banyak fotografer yang menganggur. Bahkan ada yang rugi. Karena acara pernikahan dan acara yang melibatkan banyak orang sangat dibatasi bahkan dibatalkan. "Fotografi bisa mendukung sektor industri lain. Bisa B to C (business to consumer) atau B to B ( Business to Business)," kata dia.
Pelatihan selama empat hari ini diisi dengan banyak materi fotografi. Beberapa materi di antaranya adalah fotografi pra pernikahan, fashion, body language, lighting, memotret makanan (food photography) dan lain-lain. Bagi para fotografer, pelatihan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam fotografi. "Pelatihan seperti ini sangat penting bagi fotografer. Juga akan lebih baik bagi kementerian mewadahi jurnalis foto untuk dilakukan pelatihan yang produktif," kata salah satu jurnalis foto, Ikhwanuddin.