Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Produk fashion merupakan salah satu ancaman besar terhadap lingkungan yang dikecam sejumlah aktivis. Musababnya, limbah produksi fashion kerap berpotensi menjadi polusi. Menyadari hal tersebut, founder merek fashion modest Klamby, Nadine Gaus, konsisten menjejaki prinsip zero waste.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nadine yang mendirikan Klamby pada 2012 itu mengungkapkan realisasi konsep ramah lingkungan dimulai dengan memanfaatkan sisa-sisa kertas dan bahan produksi menjadi pattern atau pola-pola baru. Selain itu, bahan sisa lainnya juga diolah oleh penjahit-penjahit Klamby menjadi scarf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada awal Agustus 2021, Klamby menggelar program Corporate Social Responsibility atau CSR dengan membagikan 1.000 scarf ke tenaga kesehatan di seluruh Indonesia karena dedikasinya sebagai garda terdepan di masa pandemi Covid-19. Mayoritas di antaranya di Jabodetabek.
Agar lebih eco-green, kata dia, mesin printing kainnya pun dipilih yang ramah lingkungan. Klamby tak lagi menggunakan jasa pabrik untuk mencetak desain kainnya, melainkan menggunakan digital printing produksi sendiri. Dengan digital printing, proses produksinya tak lagi menyisakan limbah air dan pewarna yang dapat mencemari lingkungan.
Merek fashion modest asal Indonesia pertama yang berhasil masuk ajang London Fashion Week itu juga berencana untuk lebih banyak menggunakan material natural fiber. Penggunaan natural fiber menurutnya akan meminimalisir penggunaan kertas baru. "Sehingga tidak ada lagi penggunaan kertas baru, tapi memakai sisa dari digital print-nya," ucap Nadine.
Keinginan Nadine untuk mengusung konsep green economy juga ia realisasikan, salah satunya dengan penerapan desain berbasis digital. Tim hanya diperbolehkan menggambar sketsa secara digital, agar tak ada satu pun limbah kertas dalam proses produksi.
"Cara kerjanya pun lebih menyenangkan ketimbang menggunakan kertas," kata Nadine.
Tak hanya dalam proses produksi, tim Klamby juga rutin melakukan program penanaman pohon. Nadine berujar kepedulian terhadap lingkungan juga tak hanya terbatas pada alam. Rencana ke depan, Klamby akan mengarahkan CSR ke bidang pendidikan.
"Kami bikin wadah memfasilitas orang yang mau belajar tentang fesyen, ibu-ibu yang ingin bisa belajar menenun atau mengembangkan keahlian lainnya di bidan fesyen," ungkap Nadine.
Ia berharap 10 tahun mendatang Klamby dapat menjadi merek yang diperhitungkan di global fashion retail. Nadine juga ingin agar konsep ramah lingkungan dapat lebih banyak berkembang di Tanah Air.
Nadine Gaus adalah satu dari empat pebisnis muda inspiratif yang dipotret profilnya dalam liputan khusus Tempo.co. Ia adalah salah satu contoh pebisnis muda yang jatuh-bangun mengembangkan usahanya hingga sukses melalui krisis.
Selama lebih dari dua bulan tim redaksi menyalakan radar untuk menghimpun nama-nama inspiratif yang patut diangkat profilnya. Di ujung proses seleksi, kami memilih empat pebisnis muda dari empat kategori. Kategori itu adalah e-commerce dan retail, onboarding atau naik kelas, inovasi marketing, dan industri keuangan.
RIANI SANUSI PUTRI | RR ARIYANI YAKTI WIDYASTUTI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.