Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Klamby dikenal sebagai merek pertama dan satu-satunya modest fashion asal Indonesia yang masuk dalam pagelaran internasional London Fashion Week 2022. Nadine Gaus, sang pendiri sekaligus Direktur Kreatif Klamby mengungkapkan keberhasilan itu adalah buah dari perjalanan yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wanita berusia 30 tahun itu bercerita pada 2015, desain motif buatannya sempat merebak hingga pelanggan merasa rugi membeli produknya. “Ini kainnya ada di Tanah Abang,” kata Nadine menirukan pernyataan pelanggan. Kejadian itu membuat calon pembeli berkeberatan dengan harga produk Klamby.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada juga yang julid dan menghasut agar calon pembeli untuk beralih ke membeli ke penjual lain. “Jangan beli yang asli. Yang lebih murah aja, lebih worth it.” Saat itu, Nadine sangat kecewa dan sempat curhat pada suaminya yang juga Managing Director Klamby, Muhammad Ridho Jufri. Nadine emoh melanjutkan bisnisnya karena tidak kuat menghadapi komentar tersebut.
“Saya mikirnya, kenapa netizen gak menghargai karya anak bangsa. Bukannya di-support, malah beli yang palsu. Ngapain bikin susah-susah kalo ujung-ujungnya pattern Klamby ada di Tanah Abang?” ungkap Nadine.
Fase terendah yang dirasa Nadine berlangsung sekitar 6 bulan. Meski selama periode itu tetap coret-coret mendesain, ia tidak berapi-api seperti sebelumnya. Saat itu ia juga berintrospeksi dan mengevaluasi apa yang bisa diperbaiki.
Kemudian ia menemukan bahwa produknya dijiplak lantaran memproduksi kainnya di pabrik. Alhasil motif desainnya dengan mudah diedarkan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Hal itu pun akhirnya mendorong Nadine memproduksi sendiri alias in house production.
Selanjutnya: Ide Nadine Atasi Barang KW
Tentu bukan hal mudah. Alat manufaktur milik sendiri membutuhkan biaya yang tak sedikit dan karyawan yang lebih banyak. Nadine kemudian memulainya dengan belajar mendesain pola yang tak mudah ditiru. Hingga Nadine mantap dengan formula baru, Klamby kini memiliki standar minimal desain produknya memiliki 20 warna.
“Jadi kalau ada yang mau jiplak, gak bakal bisa.”
Untuk membedakan produk Klamby yang asli dan palsu, Nadine menambahkan pelat logo dengan bahan stainless steel seperti bahan alat makan sendok. “Karena baju dicuci setiap hari. Dengan logo bahan itu, tidak akan berkarat,” tutur Nadine.
Di sisi lain, untuk menjaga eksklusivitas produk, Klamby terus merilis tema baru setiap tahun berganti. Tahun lalu ada tema Klamby menggarap tema '10 Tempat Wisata di Indonesia'. Tahun depan, kaya doa, bisa jadi tak lagi berdasarkan daerah asal motif yang jadi inspirasi koleksi, tapi berdasarkan wastra tertentu. Sesuai dengan visi Klamby: ‘to inspire the world, to Indonesian heritage’.
Pada 20 September 2022, Klamby memamerkan 48 set koleksi musim semi dan panas 2023 di 8 Northumberland Avenue London, dalam ajang London Fashion Week. Rancangannya sukses memukau lebih dari dua ratusan penonton kala itu. Separuh dari koleksi siap pakai yang dipertujukkan menggunakan kain tenun bulu serat Garut.
Ajang peragaan busana itu menorehkan milestone sejarah baru dan jadi ajang pembuktian Klamby setelah 10 tahun berdiri. “Ini bukan hanya keberhasilan Klamby sendiri, tapi kesuksesan besar bagi industri fashion Indonesia,” kata Nadine.
Meskipun persaingan di dunia bisnis sangat ketat, ia berpesan pada perintis maupun pelaku usaha fashion di Indonesia agar tetap mempertimbangkan etika bisnis. "Sekeras apapun dihantam harus tetap melakukannya dengan benar. Jangan dibalas dengan hal yang tidak baik," tuturnya.
Nadine Gaus adalah satu dari empat pebisnis muda inspiratif yang dipotret profilnya dalam liputan khusus Tempo.co. Ia adalah salah satu contoh pebisnis muda yang jatuh-bangun mengembangkan usahanya hingga sukses melalui krisis.
Selama lebih dari dua bulan tim redaksi menyalakan radar untuk menghimpun nama-nama inspiratif yang patut diangkat profilnya. Di ujung proses seleksi, kami memilih empat pebisnis muda dari empat kategori. Kategori itu adalah e-commerce dan retail, onboarding atau naik kelas, inovasi marketing, dan industri keuangan.
RIANI SANUSI PUTRI | RR ARIYANI YAKTI WIDYASTUTI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini