Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Konsorsium Changi-Cardig Lolos Tender Pengelolaan Bandara Komodo

Konsorsium Singapura-Indonesia menjadi satu-satunya peserta yang lolos tender kerja sama pengelolaan Bandara Komodo, Labuan Bajo.

4 Oktober 2019 | 18.56 WIB

Suasana lengang di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. TEMPO/Rita Nariswari
Perbesar
Suasana lengang di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. TEMPO/Rita Nariswari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Konsorsium perusahaan Singapura, yakni Changi Aiports International Pte Ltd, Changi Airport MENA Pte Ltd dan perusahaan Indonesia PT Cardig Aero Service lolos tahap pertama lelang kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Kepala Seksi Kerja Sama dan Pengembangan Pengusahaan Bandara Kementerian Perhubungan, Arif Mustofa, mengatakan sebenarnya ada   lima konsorsium yang mengikuti lelang tahap pertama. Namun yang dinyatakan lolos hanya konsorsium Changi-Cardig.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Cardig itu lokal, dia perusahaan lokal. Konsorsium awalnya ada lima, yang lolos tinggal satu. Setelah itu tahap dua selesai baru kita award. Nanti ini memenangkan pertandingan maju ke dalam proses berikutnya, jadi financial close," kata Arif di Jakarta, Jumat 4 Oktober 2019.

Arif menyebutkan lima konsorsium yang mengikuti tender adalah Changi-Cardig; Astra dengan perusahaan Prancis; PT Angkasa Pura II dengan perusahaan Malaysia Muhiba; Indika Group dengan perusahaan Prancis; serta PT Angkasa Pura I dengan perusahaan India GVK.

Untuk memastikan kredibilitas konsorsium itu, Kemenhub telah melakukan survei ke bandara-bandara yang dioperasikan oleh perusahaan tersebut. Survei antara lain dilakukan di Cyprus, Rio de Janeiro-Brazil dan Siem Reap-Kamboja.

"Konsorsium ini hebat-hebat, karena sudah mengoperasikan bandara-bandara di dunia. KPBU ini sudah tidak bisa dibendung, sudah terlalu terlambat di negara lain sudah pakai public-private partnership ini," Arif menambahkan. 

Adapun alasan membuka lelang kepada perusahaan asing karena pemerintah mencari mitra yang berpengalaman dalam mengoperasikan bandara di pasar internasional. "Ada market-market yang belum kita kelola, untuk mengelola market internasional, tidak hanya bisa bangun bandara, kita punya BUMN karya jago-jago, tapi untuk airport operator yang punya link internasional yang membangun jaringan-jaringan wisata internasional yang lebih penting," tutur Arif lagi.

Arif menjelaskan, setelah lelang tahap satu, dilakukan dialog optimalisasi, kemudian awarding dan financial close. Di sini konsorsium diberi kesempatan untuk menggalang dana dari eksternal, contohnya perbankan.

"Waktu yang kita berikan kepada konsorsium untuk mencari pendanaan, proyek itu tidak semua sendiri, uangnya sendiri, ada uangnya dari perbankan juga masuk, saatnya mereka mencari lender, perbankan yang membantu untuk membiayai proyek ini, kita rencanakan sembilan bulan," katanya.

Arif menjelaskan, Bandara Komodo di Labuan Bajo sudah ditetapkan sebagai lima Bali Baru dan destinasi wisata super prioritas. Diharapkan ke depannya penerbangan internasional dari Thailand dan Jepang bisa langsung masuk ke Bandara Komodo.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus