KALENDER 1978 yang diterbitkan oleh PT Bank Duta Ekonomi (BDE)
memasang ganbar kuda: lambang keberuntungan menurut kepercayaan
orang Cina dan Jepang. Keberuntungan itu mpanya sudah nyata pada
bank tersebut. Sejak 3 Januari ia ditetapkan resmi oleh Bank
Indonesia sebagai bank devisa. "Kami lega - masa sulit sudah
lewat," kata Dir-Ut Abdulgani, 35, dalam suatu interpiu Yunus
Kasim dari TEMPO minggu lalu.
Kini barisan bank devisa swasta nasional bertambah menjadi 9.
Delapan lainnya adalah PT Bank Dagang Nasional Indonesia, PT
Bank Bali, PT Bank Umum Nasional, PT Pan Indonesia Bank Ltd, PT
Bank Niaga, PT Bank Pacific, PT Bank Buana Indonesia, dan PT
Bank Central Asia.
Di antara seluruh 85 bank swasta nasional yang bersisa sekarang,
kesembilan itu bagaikan kasta khusus. Memang tidak gampang untuk
menjadi bank devisa, terutama sejak BI meningkatkan
persyaratannya September 1977. BI menetapkan sesuatu bank akan
bisa naik kelas menjadi bank devisa apabila modalnya bertambah
menjadi Rp 6 milyar, berstatus pribumi (dalam modal dan
pimpinan) bersedia menawarkan sahamnya kepada masyarakat go
public). dan jika sudah merger (bergabung) dengan 6 bank
lainnya.
Sebelum September itu. PT BDE pada prinsipnya sudah disetujui
BI untuk menjadi bank devisa. Namun dengan adanya kebijaksanaan
baru itu, PT BDE menjadi harap-harap cemas.
Bahwa pribumi, ia sudah 100%. Jika perlu beking, ia sudah hebat
dengan adanya tiga pemegang saham utama: PT PP Berdikari yang
diwakili oleh Bustanil Arifin (Kepala Bulog), Yayasan Damais
(Dharma Bakti Sosial) yang diwakili oleh Hadijanto, dan Yayasan
SuperSemar yang diwakili oleh Kolonel (pur.) Ali Afandi.
Ketiganya masing-masing memiliki saham Rp 800 juta. Lagi pula,
Bustanil Arifin menjadi Komisaris Utamanya.
Bahwa merger, ia sudah "menelan" dua bank lainnya, yaitu ?T
Bank Sarma (P. Siantar/Surabaya) dan PT Bank Dwikora
(Pontianak). Modal setornya baru berjumlah Rp 2,4 milyar yang
masih di bawah persyaratan BI tapi kekayaannya (asset) sudah Rp
10,9 milyar. Untuk go public, ia jelas bersedia. Tentang
ketrampilan, staf karyawannya sudah ditatar di beberapa bank
lain dan terus menerima bimbingan BI.
Berdasar peraturan BI pra-Septenber '77 ia sudah lulus ujian.
Dengan persyaratan BI sesudah September itu. ia belum
benar-benar lulus tapi sudah dianggap pantas naik kelas.
Pantasan Dir-Ut Abdulgani berkata: "Kami lega."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini