Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Santai Sajalah, Gubernur

Gubernur bank indonesia, rachmat saleh akan menemui 2 konsorsium perbankan, bank of tokyo dan morgan guaranty trust co of new york untuk memperoleh pinjaman baru. (eb)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENTAH kenapa Gubernur Bank Indonesia, Rachmat Saleh, benar-benar tidak mau diganggu pada akhir pekan lalu. "Dipotret pun jangan," pengawalnya berkata pada pers yang melepas Gubernur BI itu berangkat dari Halim Perdanakusumah. "Bapak masih pusing." Diduga dia akan menjumpai dua konsorsium perbankan --Bank of Tokyo dan Morgan Guaranty Trust Co. of New York, dengan siapa ditekennya hutang lebih kurang US$ 1050 juta pada tahun 1975 guna mengatasi krisis Pertamina ketika itu. Berbeda dengan waktu itu, sekali ini Rachmat sesungguhnya bukan menghadapi Mission Impossible. Tempo hari perbankan internasional masih cenderung menolak memberi pinjaman pada Indonesia. Maka Rachmat pun meneken saja perjanjian hutang walaupun kedua konsorsium itu menetapkan persyaratan berat. Umpamanya, jangka waktunya adalah 5 tahun, terlalu singkat, sedang sukubunganya 1,875% di atas tingkat penawaran antar bank London (LIBOR). Apa boleh buat, syukur bisa diperoleh pinjaman itu mengingat cadangan devisa Indonesia sedang jatuh ke titik paling kritis. Tapi dengan cadangan devisa netto yang mencapai US$2.420 juta pada akhir Desember 1977, pemerintah berkekuatan meminta dan dikabulkan untuk memperoleh persyaratan lebih ringan. Kedua konsorsium itu, dengan demikian, akan memberi pinjaman baru dengan jangka waktu 7 tahun, termasuk masa tenggang 2 tahun, dengan sukubunga yang lebih murah dengan 0,5%. Telah disepakati bahwa Indonesia akan menyelesaikan sisa hutang lama guna menggantikannya dengan dasar baru. Dalam rangka penggantian itu Indonesia akan menerima kredit Morgan sebesar US$500 juta (tadinya US$850 juta) dan kredit Bank of Tokyo US$75 juta (tadinya US$150 juta). Latarbelakang ini membuat pemerintah harus meninggikan penyicilan hutang berikut bunganya pada tahun 19781 79 menjadi Rp 346,1 milyar (lebih kurang US$834 juta), berarti 50,5% di atas tahun fiskal sebelumnya. Kelihatannya ini berat bagi Indonesia. Tapi, demikian Rachmat Saleh dalam suatu pidato minggu lalu, penggantian hutang dengan ke dua konsorsium itu akan meringankan kewajiban kita pada tahun-tahun berikutnya. Dengan cara , katanya, "apa yang dinamakan debt service ratio (perbandingan kewajiban penyicilan hutang dan penhasilan ekspor - red.) dalam tahun fiskal 1978-1979 dan 1979-1980 akan turun dari masing-masing 19,8% dan 19,1% menjadi 16,4% dan 14,8%." Jadi, sekali ini Gubernur BI semustinya berangkat dengan santai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus