WAJAH Eteng A. Salam tampak sumringah. Senyumnya terus mengembang setelah pejabat sementara Direktur Hulu Pertamina itu mampir beberapa jam di Surabaya, Jawa Timur. Selasa pekan lalu, bersama petinggi ExxonMobil Oil Indonesia Inc., dia menghadiri pertemuan dengan sejumlah pejabat provinsi di sana.
Kedatangan Eteng berkaitan dengan permintaan para petinggi Jawa Timur agar bisa ikut mengelola ladang minyak Cepu. Untuk keperluan itu, pemerintah daerah telah menyiapkan sebuah perusahaan khusus sejak tiga bulan lalu. PT Petrogas Wira Jatim, nama perusahaan itu, direncanakan akan ambil bagian dalam negosiasi perpanjangan kontrak ladang emas hitam terbesar di Republik itu, yang kini tengah digelar Pertamina bersama ExxonMobil. "Saya optimistis," ujar Eteng.
Ladang minyak Cepu berada di kawasan seluas 1.600 kilometer persegi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dan sebagian lainnya di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kawasan tersebut merupakan area kerja Pertamina yang dikelola bersama kontraktor dalam bentuk kontrak bantuan teknis (technical assistance contract). Sesuai dengan ketentuan, bagi hasil ditetapkan sebesar 65 persen untuk negara dan sisanya 35 persen untuk Pertamina.
Pada 1990, Pertamina menandatangani kontrak dengan PT Humpuss Patragas untuk melakukan kerja sama bantuan teknis selama 20 tahun. Perusahaan milik Tommy Soeharto itu akan menanggung seluruh biaya investasi. Sebagai imbalannya, Humpuss akan mendapat 25 persen dari 35 persen bagian Pertamina. Sisanya, 10 persen, baru buat si Kuda Laut. Di Cepu, Humpuss menguasai 51 persen saham. Sisanya dimiliki mitranya, Ampolex Cepu Ltd.
Setahun kemudian ladang Cepu diambil alih ExxonMobil dengan nilai US$ 51 juta melalui bendera Mobil Cepu Ltd. Berdasarkan hasil kajian perusahaan asal Houston, AS, itu kandungan minyak Cepu mencapai 735 juta barel, ditambah gas sebanyak 5,9 triliun kaki kubik. Melihat timbunan minyak sebegitu besar, ExxonMobil meminta Pertamina memperpanjang kontrak. Alasannya, jika hanya berlaku sampai 2010, pihaknya tak akan mendapat untung.
Pertamina setuju, dengan dua syarat. Kontrak akan diperpanjang asalkan bagian Pertamina ditingkatkan dari 10 persen menjadi 17,5 per-sen. Selain itu, ExxonMobil juga harus memberi bonus US$ 400 juta.
Hasilnya? Hingga kini raksasa minyak asal Amerika tersebut belum memberi jawaban tegas. Melalui sejumlah perundingan, ExxonMobil masih mencoba menawar. Bonus, misalnya, minta didiskon jadi hanya US$ 40 juta. Mereka juga menuntut agar perjanjian diubah menjadi kontrak bagi hasil (production sharing contract)—tempat kewenangan Pertamina dihapuskan dan dialihkan sepenuhnya ke negara. Tentu saja permintaan ini ditolak Pertamina.
Namun, pekan lalu tampaknya sejumlah kesepakatan telah dapat dicapai. Soal kontrak, kedua pihak setuju akan mencari bentuk lain setelah 2010. Masalah lain, seperti bonus, peningkatan saham, dan kewajiban setor modal, memang belum tuntas. Tapi kedua pihak menyatakan telah mencapai titik temu. "Tinggal beberapa langkah lagi," kata Eteng, tanpa bersedia merinci jalannya perundingan.
Juru bicara ExxonMobil, Deva Rachman, juga menyatakan hal serupa. "Negosiasi masih berlangsung dan mengalami banyak kemajuan," ujarnya. Menurut dia, pihaknya telah menyatakan kesediaan menanamkan investasi US$ 2,5 miliar jika kontrak diperpanjang.
Lalu, bagaimana dengan keinginan Jawa Timur mendapat cipratan minyak Cepu? "Kami menunggu hasil perundingan. Kalau sudah selesai, kami pasti ikut," kata Dahlan Iskan, Komisaris Petrogas yang juga bos Jawa Pos itu. Dahlan menyatakan pihaknya akan memfokuskan diri pada sektor pengolahan dan hilir. Dan meski berstatus badan usaha milik daerah, Petrogas tengah menyiapkan dana US$ 120 juta untuk ikut menyetor modal. Pokoknya, kata Dahlan lagi, niat ikut serta di ladang Cepu tak bakal gratisan.
Ali Nur Yasin, Adi Mawardi, Adi Sutarwijono (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini