Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan jeans ternama, Levi Strauss & Co, akan memangkas sekitar 10 sampai 15 persen karyawannya pada tahun ini. Keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK) ini diambil untuk mengendalikan biaya di tengah penjualan yang melemah tahun ini. Penjualan dan laba 2024 Levi's diproyeksikan tidak sesuai dengan prediksi Wall Street.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Levi's mempunyai sekitar 20 ribu karyawan di seluruh dunia. Lima ribu di antaranya karyawan korporat. Biaya restrukturisasi yang disebabkan oleh PHK sekitar US$ 110 juta sampai US$ 120 juta. PHK disebutkan akan terjadi pada kuartal pertama tahun ini. Ditambah dengan inisiatif penjualan langsung ke konsumen atau direct to customer (DTC), perusahaan akan menghemat biaya bersih sebesar US$ 100 juta pengurangan karyawan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CEO Levi's Michelle Gass menyebut, bisnis grosir di Amerika Serikat meningkat selama kuartal terakhir dan diperkirakan akan tumbuh pada kuartal kedua 2024. Akan tetapi, permintaan konsumen tidak dapat diprediksi.
"Ada banyak volatilitas selama setahun terakhir, jadi kami mengambil pendekatan yang hati-hati," kata dia, dilansir dari Reuters pada Selasa, 30 Januari 2024.
Saham perusahaan turun sebesar 1,7 persen dalam perdagangan setelah pasar utama tutup pada Kamis lalu. Pasca pengumuman PHK, saham perusahaan turun sebesar 5,9 persen pada perdagangan di New York.
Pada 2024, Levi's memproyeksikan laba per saham sebesar US$ 1,15 hingga US$ 1,25. Angka ini berada di bawah prediksi rata-rata, yakni sebesar US$ 1,33. Perusahaan memproyeksikan pendapatan bersih akan naik sebesar 1 sampai 3 persen. Padahal, menurut perkiraan analis, pendapatan bersih diperkirakan naik sekitar 4,7 persen.
Sementara itu, Chief Financial and Growth Officer Levi's Harmit Singh mengatakan kepada investor bahwa produk Levi's mengalami penundaan waktu transit selama 10 sampai 14 hari akibat gangguan di Laut Merah. Kelompok Houthi sudah mendeklarasikan akan menyerang kapal-kapal yang berkaitan dengan Amerika Serikat sebagai buntut serangan udara AS dan Inggris ke Yaman beberapa waktu lalu.
"Perusahaan telah mengalihkan sejumlah pengiriman Amerika Serikat ke Pantai Barat, menghindari Laut Merah dan Terusan Suez."
ANNISA FEBIOLA