Antara dagang eceran dan jabatan Menteri Tenaga Kerja, secara langsung memang tak ada kaitannya. Tapi dua pekan setelah diangkat menjadi menteri, Abdul Latief segera menyerahkan posisi puncak di enam perusahaan, yang selama ini dipimpinnya. Namun ia tidak ''lepas tangan''. Bos Pasaraya ini telah dengan saksama mempersiapkan agar grupnya berkembang lebih pesat. Terbukti dari investasi senilai Rp 1,1 triliun, yang dilakukannya sebelum ia ditunjuk sebagai Menteri Tenaga Kerja. Dana sebesar ini ternyata tidak seluruhnya ditumpahkan ke bisnis eceran. Menurut rencana, sekitar Rp 500 miliar akan digunakan untuk membangun Mega Pasaraya, sebuah proyek hotel berbintang dengan 420 kamar plus pusat pertokoan, yang akan dibangun bersebelahan dengan Pasaraya Blok M,Jakarta Selatan. Selain itu dana Rp 600 miliar akan digunakan untuk membangun sarana usaha baru, juga untuk membeli berbagai sarana yang telah dibangun oleh PT Freeport Indonesia. Ke dalamnya termasuk pertokoan, hotel, hingga ke perumahan karyawan. Untuk rencana besar itu Alatief Corporation (demikian nama grup usaha milik Menaker ini) akan mendirikan sebuah anak perusahaan baru dengan nama PT Alatief Freeport Indonesia. Dari investasi Rp 600 miliar, 2/3 dikuasai oleh Latief, sisanya pada Freeport Indonesia. Mengapa pengusaha pribumi yang mapan di bisnis eceran ini berani terjun ke sektor perhotelan? ''Kami sudah melakukan studi kelayakan dan ternyata feasible, '' ujar Latief. Ternyata proyek hotel di Ir-Ja dimaksudkan untuk menampung para karyawan Freeport, yang selama ini tinggal di sejumlah guesthouse di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini