Diam-diam Gudang Garam (GG) menggaet pinjaman luar negeri sebesar US$ 60 juta (Rp 120 miliar). Pabrik rokok yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur, ini kabarnya akan memanfaatkan dana itu untuk perluasan modal kerja. Menurut Direktur Keuangan GG, Djajusman Surjowijono, dana itu merupakan pinjaman sindikasi dari konsorsium tiga bank di Singapura, yakni Rabobank Netherland, Deutsche Bank Asia Pacific, dan Swiss Bank Corp. Kesepakatan perjanjian pinjaman itu akan dilaksanakan di Singapura Kamis pekan ini. Bagi industri rokok umumnya, apa yang diperoleh GG tersebut boleh dibilang membawa hawa segar. Mengapa? Sejak meletusnya kasus Bentoel pabrik rokok ini mengalami kesulitan dalam strukturisasi pembayaran utang-utangnya dua tahun silam kepercayaan lembaga keuangan terhadap pabrik rokok goyah. Padahal Gudang Garam sudah kasak-kusuk mencari pinjaman dari luar negeri sejak dua tahun lalu. Terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh kasus Bentoel, nasib baik rupanya belum bisa diraih oleh GG. Bahwa akhirnya GG berjodoh dengan sindikasi dari Singapura itu, menurut Djajusman, tak lain berkat jerih payah pihaknya melobi sang mitra bisnis sejak Januari lalu. Kepercayaan konsorsium terhadap GG boleh jadi didasarkan pada performance pabrik rokok itu, setidaknya selama dua tahun terakhir ini. Terutama di sektor produksi. Tahun lalu GG menghasilkan 62 miliar batang rokok kretek, naik dibandingkan dengan produksi tahun 1991 yang mencapai 58 miliar batang lebih. Namun kenaikan produksi tidak diikuti oleh membesarnya laba. Tahun 1992 GG berhasil meraih laba bersih sekitar Rp 140 miliar, turun dibandingkan dengan tahun 1991 yang Rp 183 miliar lebih. Boleh jadi penurunan laba ini terkait dengan berbagai kebijaksanaan mengenai cengkeh, tembakau, kemasan, hingga cukai yang mengakibatkan peningkatan ongkos produksi cukup besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini