Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Maju Mundur Trump Melarang TikTok di AS

Trump dua kali menunda pelarangan TikTok, tetapi sebelumnya sempat diberangus pada 2020.

8 April 2025 | 09.17 WIB

Presiden AS Donald Trump, sedang mencari banyak alternatif mengenai aplikasi video TikTok perusahaan ByteDance, termasuk pelarangan.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Presiden AS Donald Trump, sedang mencari banyak alternatif mengenai aplikasi video TikTok perusahaan ByteDance, termasuk pelarangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menangguhkan sementara larangan penggunaan aplikasi TikTok selama 75 hari hingga Kamis, 19 Juni 2025. Penundaan tersebut diumumkan sehari sebelum larangan mulai diberlakukan pada Sabtu, 5 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pemerintahan saya telah bekerja sangat keras untuk kesepakatan menyelamatkan TikTok. Dan kami telah membuat kemajuan yang luar biasa,” kata Trump dalam sebuah unggahan, pada Jumat, 4 April 2025, seperti dikutip dari Mashable

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Trump mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan berbagai hal untuk memastikan penerapan larangan TikTok di AS dapat berjalan dengan lancar. Hal tersebut termasuk mendapatkan semua persetujuan yang diperlukan telah berhasil ditandatangani. 

“Itulah sebabnya saya menandatangani Perintah Eksekutif (Executive Order) untuk menjaga TikTok tetap aktif dan berjalan selama 75 hari lagi,” ucap Trump. 

Sebuah laporan di Washington Post mengindikasikan kesepakatan TikTok dengan Cina sudah semakin dekat. Namun, tarif impor yang baru diberlakukan Trump terhadap negara tersebut dianggap menggagalkan kesepakatan terhadap pelarangan Tiktok pada detik-detik terakhir. 

TikTok seharusnya sudah dilarang beroperasi pada Sabtu, 5 April 2025, kecuali platform media sosial tersebut mematuhi hukum Amerika Serikat yang diputuskan oleh Mahkamah Agung, di mana TikTok harus melepaskan diri dari perusahaan induknya, ByteDance. Terdapat banyak orang, kelompok, dan perusahaan yang ingin mengakuisisi TikTok yang berbasis di Negeri Paman Sam, tetapi belum ada kesepakatan yang tercapai. 

“Kami berharap untuk terus bekerja sama dengan Cina, yang saya pahami tidak begitu senang dengan tarif timbal balik atau tarif resiprokal kami (Diperlukan untuk perdagangan yang adil dan seimbang antara Cina dan AS!),” ucap Trump. 

Dia pun meyakini bahwa tarif impor adalah ekonomi yang paling kuat dan sangat penting bagi keamanan nasional AS. Dia juga ingin tetap bekerja sama dengan TikTok dan Cina. 

“Kami tidak ingin TikTok ‘menjadi gelap’. Kami berharap dapat bekerja sama dengan TikTok dan Cina untuk mengakhiri kesepakatan. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini,” ujar Trump. 

Perintah Eksekutif di Hari Pelantikan Trump

Tepat di hari pelantikannya pada Senin, 20 Januari 2025, Trump mengeluarkan 26 Perintah Eksekutif, salah satunya tentang kendali operasional TikTok. Dalam perintahnya, dia memberi waktu kepada perusahaan pengembang platform TikTok selama 75 hari sebelum akhirnya nanti akan diberangus di AS pada Sabtu, 5 April 2025. 

Kesempatan tersebut diberikan setelah Joe Biden melarang TikTok sehari sebelum pelantikan Trump pada Minggu, 19 Januari 2025. Di tahun sebelumnya, pada Rabu, 24 April 2024, Biden secara resmi telah menandatangani undang-undang yang berpotensi menutup operasional TikTok di Amerika Serikat. 

“Waktu yang tidak tepat untuk penerapan pasal 2(a) Undang-Undang tersebut, satu hari sebelum saya menjabat sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, mengganggu kemampuan saya untuk menilai implikasi keamanan nasional dan kebijakan luar negeri dari larangan UU tersebut sebelum berlaku. Waktu ini juga mengganggu kemampuan saya untuk menegosiasi resolusi demi menghindari penutupan TikTok tiba-tiba sambil mengatasi masalah keamanan nasional,” kata Trump dalam perintahnya, seperti dikutip dari laman Gedung Putih. 

Rencana Hentikan TikTok pada 2020

Saat menjabat di periode pertama, alih-alih menyelamatkan, Trump pernah mempertimbangkan untuk melarang TikTok pada 2020. Hal tersebut dianggap sebagai “hukuman” bagi Cina yang dituduh sebagai dalang dari penyebaran Covid-19 ke seluruh dunia. 

Melansir Business Insider, Trump mengatakan pada Selasa, 7 Juli 2020 bahwa dia sedang mempertimbangkan penghentian operasional TikTok di negaranya. Pernyataan tersebut menyusul komentar serupa yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo kepada Fox News, pada Senin, 6 Juli 2020, dengan dalih akibat privasi dan keamanan nasional serta pengawasan Cina. 

“Ini adalah sesuatu yang sedang kami perhatikan, ya (untuk melarang TikTok),” ucap Trump ketika ditanya tentang pernyataan Pompeo oleh Gray Television. 

Kemudian, di bulan yang sama, Trump kembali mengatakan keinginannya untuk melarang TikTok di AS. Dia mengungkapkan bahwa dirinya bisa menggunakan kekuatan ekonomi darurat atau perintah eksekutif untuk merealisasikannya. 

“Ya, saya punya kewenangan itu. Saya bisa melakukannya dengan perintah eksekutif atau semacamnya,” ujar Trump kepada wartawan yang mengudara bersamanya dari Tampa dengan pesawat Air Force One, Jumat, 31 Juli 2020, seperti dikutip dari Politico

Baru pada Kamis, 6 Agustus 2020, Trump menerbitkan perintah eksekutif tentang penanganan ancaman yang ditimbulkan oleh TikTok. Dia melarang transaksi bisnis oleh individu atau badan dengan ByteDance. 

“Tindakan-tindakan berikut ini akan dilarang mulai 45 hari setelah tanggal perintah ini, sejauh diizinkan oleh hukum yang berlaku: setiap transaksi oleh setiap orang, atau sehubungan dengan properti apa pun, yang tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat, dengan ByteDance, atau anak perusahaannya,” kata Trump dalam perintah eksekutif. 

Erwin Prima berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus