Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerapan sistem kuota impor kedelai dianggap biang keladi minimnya ketersediaan hasil bumi itu di pasar. Harga kedelai melonjak. Pedagang dan pembuat tahu-tempe menjerit. Namun Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berkilah, "Kenaikan harga kedelai akibat nilai dolar melonjak dan anomali cuaca di negara eksportir, Amerika Serikat."
Toh, kendati terkesan tak rela, Gita akhirnya mengubah kebijakan dengan membuka keran impor kedelai tanpa kuota. Rabu malam pekan lalu, didampingi para petinggi Kementerian Perdagangan di Klub Golf Senayan miliknya, dia menjelaskan latar belakang menerapkan kebijakan kuota impor kedelai kepada Tempo.
Sistem kuota dinilai menyebabkan melambungnya harga kedelai?
Pasokan sampai awal September sekitar 150 ribu ton. Yang sudah dikapalkan 150-165 ribu ton untuk akhir September. Jadi, totalnya 315 ribu untuk September. Konsumsi kedelai setahun 2,5 juta ton. Per bulan anggaplah 250 ribu ton. Suplai dari impor cukup. Tapi, pada Senin pekan lalu di Kalideres, saya menyaksikan tak ada satu biji pun kedelai lokal. Perajin komplain.
Menurut Anda, masalahnya bukan di pasokan?
Masalahnya di harga dan ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Harga mahal karena gejolak nilai tukar rupiah dan anomali cuaca di Amerika. Menurut pengusaha, kedelai dari Amerika bagus dan infrastruktur impornya sudah terbina. Memang ada informasi kedelai dari Brasil, Paraguay, dan Argentina. Kedelai dari Paraguay harus dibawa dulu lewat sungai ke Peru, lalu baru dikapalkan di Cile.
Perum Bulog juga sudah menjajaki impor dari Argentina?
Dalam sidang kabinet terbatas, Pak Sutarto (Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso) menyatakan untuk mendatangkan kedelai sampai Jakarta harganya per kilogram Rp 9.000 lebih. Kurangilah, tapi harganya enggak akan jauh dari Rp 8.500 per kilogram. Pekan lalu kami fasilitasi agar pembuat tahu-tempe bisa mendapatkan harga Rp 8.496 per kilogram. Ada 11.900 ton yang disediakan.
Sistem kuota tak ikut mempengaruhi harga kedelai?
Peraturan menteri saya teken besok, yakni dari keharusan importir terdaftar menjadi importir umum. Jadi, Anda mau impor 20 juta ton besok, monggo.
Wakil Presiden Boediono yang memerintahkan sistem kuota diubah?
Tak ada perdebatan. Arahan Wapres sangat mulia. Supaya tak ada pembatasan terhadap siapa pun yang mau impor.
Kalau Anda yakin sistem kuota benar, mengapa diubah?
Ini timing saja.
Kapan impor terealisasi?
Biasanya butuh 30-45 hari untuk pengapalan.
Mengapa sebelumnya Anda terapkan sistem kuota?
Maksud dan tujuan kuota mulia sekali. Untuk menjaga stabilitas harga dengan memberdayakan Bulog sebagai stabilisator. Ada floor price (harga batas bawah) dan ceiling price (batas atas) untuk menjaga stabilitas harga untuk melindungi petani. Tapi fasilitatornya harus kuat. Bulog perlu learning curve, tapi dihantam krisis kurs. Dengan sistem lama, bagaimana saya akan memberi sanksi jika ada importir yang menjual Rp 25 ribu per kilogram kepada pedagang? Dengan sistem importir umum, bagaimana mau menjaga harga?
Faktanya, sistem kuota malah bikin harga kedelai meroket?
Kami tidak mengantisipasi ada krisis nilai tukar rupiah. Kalau rupiah 9.000-an per dolar, kami bisa menjaga stabilitas harga. Kami percaya banget dengan floor price Rp 7.000 per kilogram. Paling butuh dua-tiga bulan.
Kenaikan nilai kurs cuma 11 persen, tapi harga kedelai naik lebih dari itu?
Kalau depresiasi 15 persen, harga kedelai naik 15 persen. Ditambah kenaikan 10-20 persen akibat cuaca buruk. Total 35 persen. Tapi kontribusi kenaikan harga kedelai terhadap inflasi kecil.
Sistem kuota juga dinilai rawan penyuapan dan tak transparan?
Kebijakan importir terdaftar untuk orang yang berkualitas dan bijaksana serta membuktikan infrastrukturnya ada, integritasnya ada.
Gakoptindo dan Inkopad tak berpengalaman mengimpor kedelai tapi diberi kuota 20 ribu ton?
Cuma 2.000-3.000 ton. Please….
Bulog sebagai penyangga stok kedelai malah hanya dijatah 20 ribu ton….
Sudah kami koreksi dalam dua hari, menjadi 100 ribu ton. Sekarang bebas, Bulog mau impor 20 juta atau 30 juta ton juga boleh. Tak ada lagi keharusan importir membeli produk lokal. Bea masuk 5 persen juga sudah dihapus.
Kebijakan kuota ini terkait dengan niat Anda menjadi capres?
Kenapa si Otong mendapat lebih banyak daripada si Atung? Karena si Otong infrastruktur dan pendanaannya lebih bagus daripada si Atung. Kenapa Bulog dalam impor sapi hanya mendapat kuota 3.000 ton tapi yang lain mendapat ratusan ribu ton? Karena Bulog tak punya cold storage. Tapi kalau logika itu masih dicurigai, ya, enggak jadi masalah. Ini demokrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo