Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TUMBUHNYA jumlah warga kelas menengah di Indonesia tak ayal menarik banyak perusahaan retail besar di dunia untuk memasuki negara ini. Salah satunya, peretail asal Inggris, Courts, yang membuka gerai pertamanya di Indonesia pada 9 Oktober 2014. Toko dua lantai yang menempati area seluas 13 ribu meter persegi di Bekasi dan menjual 12 ribu jenis produk dari sekitar 200 merek itu sebelumnya telah memiliki 79 toko di Singapura dan Malaysia.
Bagaimana rencana bisnis Courts ke depan? Berikut ini petikan wawancara Pingit Aria dari Tempo dengan Country CEO Courts Indonesia, Roy Santoso, di sebuah restoran di kawasan SCBD Senayan, Jakarta, akhir September lalu.
Setelah Malaysia dan Singapura, kenapa baru sekarang Courts masuk Indonesia?
Sejak 1974, kami ada di Singapura dan Malaysia untuk mendominasi market share di sana. Namun Indonesia harus diperhitungkan karena 40 persen ASEAN ada di sini. Secara market, dalam 10 tahun, Indonesia bakal masuk 10 besar ekonomi dunia setelah kita semua menikmati pertumbuhan ekonomi selama 10-15 tahun terakhir. Jumlah penduduk kelas menengah Indonesia pun empat kali lebih banyak ketimbang di Inggris. Kalau melihat indikator makro ekonomi, semua peretail besar harus masuk Indonesia.
Sebenarnya bukan baru sekarang kami masuk karena dulu pada era 1980-an, pernah ada merek Courts di Bali. Namun saat itu ada restrukturisasi. Strategi perusahaan saat itu memilih berfokus pada Singapura dan Malaysia.
Apa konsep yang ditawarkan Courts sehingga berbeda dengan retail lain?
Konsep kita big box. Ini berbeda dengan konsep retail yang sudah ada. Konsep toko kami besar, yakni di atas 6.000 meter persegi. Dengan kata lain, everything for your home. Di toko ini kami buat zona-zona, yakni untuk ruang tidur, ruang tamu, ruang bermain, sehingga amat lengkap. Jadi nanti pengunjung bisa merasakan pengalaman yang berbeda dari setiap produk saat berada di toko kami.
Tampaknya ini mirip dengan yang ditawarkan Ikea, yang juga membuka toko di Indonesia?
Di Singapura, toko kami bersebelahan dengan Ikea. Sudah delapan tahun berjalan dan kami baik-baik saja. Mereka punya brand sendiri, sedangkan kami menjual produk dari brand-brand lain yang dijual di satu tempat dengan konsep yang berbeda. Jadi tidak terlalu overlapping.
Bagaimana persaingan dengan toko-toko lain di Indonesia, seperti Ace Hardware dan Informa?
Kami anggap mereka semua teman. Apalagi, jumlah konsumen di Indonesia amat besar. Dan kembali lagi, saat ini kamilah yang pertama menyatukan furnitur dengan elektronik secara lengkap dalam satu toko. Kami juga sedang mempelajari e-commerce, infrastruktur, serta regulasinya. Jadi nantinya barang yang kami jual di toko juga akan dijual secara online.
Bagaimana Anda memandang bisnis retail di Indonesia pada masa mendatang?
Saya kira peluangnya besar, khususnya untuk produk eletronik dan furnitur. Selama orang masih berlomba-lomba membeli rumah, mereka juga akan jorjoran membeli perabot. Apalagi, dengan jumlah warga kelas menengah yang terus tumbuh, saya kira pasar masih sangat terbuka.
Berapa nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun toko?
Sekitar US$ 3-4 juta per toko. Dana berasal dari hasil kerja sama dengan developer yang punya tanah. Mereka yang membangun gedung, kami menjadi retailer. Untuk gerai di Bekasi ini, kontrak kerja sama berlaku sampai 30 tahun.
Setelah Bekasi, gerai akan dibuka di mana lagi?
Di Tangerang, Bumi Serpong Damai. Setelah itu, dalam jangka pendek, mungkin 2-3 tahun lagi kita akan membuka 3-4 toko lainnya di pinggir Jakarta juga, tapi belum pasti. Jadi untuk sementara baru dua.
Biodata
Nama Lengkap: Roy Santoso
Tanggal Lahir: Februari 1970
Latar Belakang Pendidikan: Capilano University, Canada
Riwayat Kerja:
1996-2001: Associate Director PT Bahana Securities
Juli 2001-September 2003: Direktur Institutional Sales Kim Eng Securities
2007-Desember 2012: Managing Director PT Electronic City Indonesia
Januari 2013: Country CEO PT Courts Retail Indonesia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo