Matahari bersinar di padang

KOTA Padang akhirnya membuka diri. Setelah berpuluh tahun mempertahankan pasar tradisionalnya dan senantiasa memprotes kedatangan pedagang modal kuat, pekan lalu Pemda Padang menyambut hangat kedatangan Hari Darmawan, pemilik Grup Matahari, yang akan berinvestasi di sana. Kalau tak ada aral melintang, tak lama lagi di ibu kota Sumatera Barat ini akan berdiri cabang Matahari Department Store yang ke-46. Bahkan dengan investasi Rp 14 miliar, Hari akan memperlengkapi department store-nya dengan sebuah supermarket yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari. Ini mungkin dapat disebut terobosan karena sebelumnya semua lapisan masyarakat Kota Padang menolak pedagang bermodal besar. Ketika Haji Muhardi, tahun 1988, membuka Duta Plaza Department Store, ia langsung diprotes dari berbagai kalangan, ya dari pedagang, ya dari anggota DPRD. Alasannya, di Duta Plaza ada Ambo Department Store, milik seorang pengusaha nonpri, yang diduga akan mematikan usaha para pedagang tradisional. Buntutnya, Ambo tersingkir dari Duta, bahkan department store itu sendiri terpaksa gulung tikar. Lalu mengapa kini berbalik sikap? Menurut Hasan Basri Durin, Gubernur Sumatera Barat, Matahari diterima karena masyarakat menghendaki sebuah pusat belanja yang memadai dengan pelayanan yang baik. Selain itu, pemodal besar ternyata tidak selalu mengakibatkan matinya pedagang kecil. Bahkan Matahari akan membina 60 pedagang kaki lima, dengan memberikan tempat berdagang gratis di gedungnya. Namun, perlindungan bagi pedagang kecil tetap ada. Gubernur berjanji, hanya Matahari yang memperoleh izin usaha. Dengan demikian, "Kami tetap melindungi yang kecil tanpa mengharamkan yang besar," katanya.