DUGAAN yang menyatakan bahwa di Celah Timor terkandung minyak bumi sekitar 1 miliar barel kini hampir menjadi kenyataan. Paling tidak, empat perusahaan yang melakukan survei di perairan ini -- Santos, BHP, Inpex Sahul, dan Petroz -- sudah berhasil menemukan si emas hitam. Yang ditemukan memang belum sebanyak yang diperkirakan. Cekungan yang dipergoki baru yang berpotensi 50 juta barel. Namun, para kontraktor yakin bahwa penemuan kandungan yang berlokasi di wilayah Elang I itu -- terletak di sebelah timur laut Timor -- merupakan sebuah permulaan yang baik. "Kami yakin, daerah yang kami pilih juga mengandung minyak," kata seorang kontraktor dari Inggris. Seorang kontraktor lain bahkan lebih optimistis. Ia yakin, potensi minyak di Celah Timor bahkan lebih dari sekadar 1 miliar barel. Alasannya, di Elang I saja ditemukan 50 juta barel, sementara Celah Timor terbagi atas Zone A, B, dan C. Dan di Zone A saja (tempat Elang I) terdapat 14 wilayah pencarian. Walaupun kelak ditemukan minyak yang berlimpah, tak terlalu banyak keuntungan yang bisa diperoleh dari Celah Timor. Soalnya, biaya eksplorasi di laut dengan kedalaman 1.500 meter ini adalah US$ 10--11 per barel. Padahal, kalau pasar minyak sedang payah, harga emas hitam itu bisa merosot ke US$ 11 per barel (sekarang sekitar US$ 13). Sekalipun begitu, pemerintah Indonesia dan Australia setidaknya punya satu sumber minyak lagi. Sesuai dengan pejanjian, hasil yang diperoleh dari Zone A akan dibagi rata di antara kedua negara. Jika di Zone B yang dikelola pemerintah Australia juga ditemukan minyak, pihak Indonesia akan menerima bagian 16% dari pajak minyak yang dipungut Negeri Kanguru itu. Lalu Zone C? Kawasan yang diperkirakan paling miskin deposit minyaknya itu sepenuhnya dikelola pemerintah Indonesia. Tapi, jika di sana ditemukan migas, Indonesia wajib menyerahkan 10% dari pajak yang ditarik dari para kontraktor kepada pihak Australia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini