Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Maut di Mulut Sumur

Semburan lumpur dan gas di tambang-tambang minyak dan gas acap terjadi. Biasanya terjadi karena operator teledor.

26 Juni 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM di Gaoqiao b-iasanya larut dalam kesenyapan ala pedesaan Cina. Ada suara jangkrik dan angin di-ngin. Tapi, tidak malam itu. Se-buah ledakan keras mero-bek la-ngit Gaoqiao. Suara-nya ber-debum. Ribuan orang yang meringkuk di balik seli-mut terkesiap. Sebagian warga mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Belum lagi mata terbuka sempurna, hawa panas dan bau busuk merayap ke rumah-rumah penduduk.

Sebagian warga berham-bur-an meninggalkan rumah. Namun, banyak juga yang berta-han di rumah sembari me-nutup rapat-rapat jendela, pintu, dan lubang angin: pilih-an yang keliru, sebab dengan begitu makin banyak racun yang terhirup ke paru-pa-ru. Dalam hitungan menit, ri-bu-an orang pun menggelepar.

Rumah sakit-rumah sakit Kai panik. Mereka kebanjir-an 243 mayat dan ribuan orang yang keracunan gas hidrogen sulfida serta sebagi-an kulitnya melepuh. Mereka datang dari 28 desa di Kai. Sekitar 41 ribu orang lainnya diungsikan menjauhi Gao-qiao. Esok harinya, pemerintah Ci-na mengumumkan ledakan 23 Desember 2003 itu terjadi karena semburan gas liar di tambang gas Chuangdong-bei, Gaoqiao. Tambang itu dike-lola Sichuan Petroleum Ad-ministration, milik China National Petroleum Corporation.

Kejadian itu mirip dengan sem-buran lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Bedanya, di Gaoqiao hanya gas yang muncrat dari mulut sumur. Tak ada lumpur. Walau begitu, gas-gas yang bau-nya seperti kentut itu mencopot ratusan nyawa.

Tragedi itu membuat miris pemerintah Cina. Mereka langsung mengirim tim pengendali bencana ke desa yang bersuhu rata-rata 0 sampai 4 derajat Celsius itu. Langkah pertama, tim itu adalah membakar gas, agar tak menyebar. Setelah itu, tim menyuntikkan 260 ton lumpur dan semen untuk menutup sumur.

”Ini salah operator,” kata San Hua-shan, Deputi Direktur Keselamatan Kerja dan Administrasi Negara Cina seperti dikutip kantor berita Xinhua. ”Mereka tidak mempersiapkan pe-rangkat untuk menangani gas sulfur bertekanan tinggi.” Kesalahan itu, tutur San, bermula dari kesalahan opera-tor memperkirakan kapasitas produksi dan kandungan gas di sumur.

Tim pengendali juga menemukan sederet dosa operator lainnya, antara lain mereka tidak membakar gas yang keluar dan ada katup pengendali tekanan yang sengaja dilepaskan. Akibat keteledoran itu adalah sebuah semburan pembunuh yang dikenang sejarah. Sembilan bulan kemudian, pengadilan memvonis enam karyawan Sichuan Petroleum dengan hukuman penjara tiga sampai enam tahun.

Bisnis tambang memang tak steril dari kecelakaan semburan lumpur dan gas. Di Indonesia kecelakaan seperti di Gaoqiao itu pernah terjadi di sumur Randublatung-A di Desa Sumber, Blora, Jawa Tengah, pada 2 Februari 2002. Semburan gas busuk itu membuat 4.400 penduduk mual dan pusing. Kepolisian Blora mencatat, sekitar 300 warga dirawat jalan dan dua orang lainnya dirawat inap di Rumah Sakit Cepu karena batuk dan sesak napas.

Sumur Pertamina yang ber-jarak 100 meter dari pe-mu-kiman penduduk itu ditaksir memiliki 6 juta barel cadang-an hidrokarbon. Gas yang menyelimuti Desa Sumber itu mengandung etana, propana, butana, penta-na, karbondioksida, dan hidro-gen sulfida. Untuk menyum-pal k-ebocoran, kata Kepa-la Ope-rasi Pemadaman R. Sujatmo, Pertamina me-nyem-protkan lumpur berat ke sumur. Per-usahaan tambang pelat merah itu juga meng-alirkan beriburibu liter air lewat pipa se-panjang 2,3 k-ilo-meter.

Konsultan Geologi dan Perminyakan Untung Sumartoto mengungkapkan, semburan gas liar yang disertai keluar-nya air dan tanah seperti di sumur Banjar Panji-1, Po-r-ong, jarang terjadi. ”Biasa-nya gas atau minyak saja,” kata Untung.

Albert Tilaar, konsultan yang pernah bekerja di perusahaan tambang a-sing, bercerita, kejadian di Porong itu pernah terjadi di Riau. ”Lumpur menyembur hingga membentuk menjadi bukit,” ujarnya. Di tempat lain, kebocoran itu mengisap benda-benda yang ada di muka bumi. ”Ada traktor beserta sopirnya terisap ke dalam bumi.” Namun, musibah itu selesai setelah ope-rator menginjeksi lumpur dan semen.

Efri Ritonga, Sohirin, L.R. Baskoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus