Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Rote Ndao - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan UNDP melalui Program The Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2) melatih dan mendampingi ibu-ibu di Desa Landu, Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Ndao dalam membuat makanan ringan jenis stik dari rumput laut dan pengemasan ikan kering.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pelatihan ini akan dimulai pekan depan bagi ibu-ibu petani rumput laut di Desa Landu ini," kata koordinator ATSEA2 Rote Ndao, Mikael Lela Saduk Leu Ape kepada Tempo, Selasa, 20 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ibu-ibu yang akan dilatih membuat snack berupa stik dari rumput laut dan pengemasan ikan kering tergabung dalam kelompok Ina Landu dengan 16 anggota. "Harusnya pelatihan dilakukan hari ini, namun ada kendala. Sehingga ditunda ke pekan depan," katanya.
Sebelumnya ibu-ibu kelompok Ina Landu sudah diberi pelatihan dan pendampingan pembuatan sirup rumput laut siap saji oleh ATSEA, namun terkendala pemasaran, sehingga saat ini hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. "Persoalannya tidak ada pasar khusus, jadi sementara hanya untuk konsumsi rumah tangga," kata ketua kelompok Ina Landu, Jermi Novi Wati Haning, 39 tahun.
Pembuatan sirup rumput laut itu terbilang cukup rumit dan memakan waktu, karena rumput laut yang dipanen selanjutnya dijemur selama 2-3 hari hingga memutih.
Selanjutnya, kata Novi, rumput laut itu dicuci bersih, dan dikeringkan gunakan plastik. Jika telah kering, rumput laut itu lalu direndam dengan air hangat sekitar 30 menit jam. "Kita ganti air dengan air dingin biasa. Lalu dipotong kecil-kecil lalu di-mix dengan susu, buah semangka ditambah es batu. Jadi seperti es buah," kata Novi.
Namun karena sirup rumput laut siap saji Ina Landu kurang diminati pasar, maka ATSEA akan melanjutkan dengan pelatihan kemasan ikan kering dan stik rumput laut. Dua produk ini diharapkan bisa jadi produk jualan yang laris sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat Landu.
Kepala Desa Landu, Iskandar Mesah menilai program ATSEA2 sudah sangat membantu peningkatan ekonomi masyarakat Desa Landu. "Masyarakat sangat mendukung program ATSEA ini, apalagi sudah ada kerjasama dengan bank daerah, sehingga hanya tinggal dikerjakan," ujarnya.
Khusus penjualan ikan kering sudah dikerjakan, nelayan di desa bisa menjualnya dengan harga Rp 20 ribu per 4-6 ekor ikan batu. "Jumlah ikan kering yang dijual tergantung ukurannya, sehingga ada yang 4 ekor, ada yang 6 ekor seikat," kata Iskandar.
Dengan adanya pelatihan pengemasan ikan kering, ia berharap harga jual ikan kering di pasaran semakin meningkat. "Kendalanya kemungkinan ada di stok ikan kering dan stik. Namun saya yakin bisa memenuhi permintaan konsumen," tuturnya.