Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mencari Gabah Dan Gudang Bulog

Kualitas gabah yang dibeli Bulog diperketat. KUD Ja-bar sulit mencari gabah, di Sulawesi Selatan kesulitan gudang, sedang di Ja-tim Bulog kewalahan karena harus memborong stok beras.

3 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESIN gilingan padi milik KUD Jatisari di tepi jalan raya Bandung Cirebon itu tetap meraung di hari Minggu lalu. "Kami terpaksa membeli gabah ke Subang," kata Abdul Hamid, 42 gahun, Ketua Unit Penggilingan KUD Jatisari. Adanya instruksi Presiden supaya Bulog tak terlalu ketat dalam menjalankan kebijaksanaan toleransi kualitas gabah, nampaknya belum banyak gemanya di daerah itu. Bukan karena instruksi itu tak penting. Para petani umumnya memang menyambut senang adanya uluran tangan yang langsung dari Presiden itu. Presiden ketika itu menanggapi pengumuman Ka Bulog Bustanil Arifin awal September, yang ingin menghentikan pemberian toleransi gabah yang dibeli Bulog: hanya gabah yang kadar airnya 24% dan kadar kotor/hampa 3% yang bisa dibeli mereka. Tapi yang rupanyamenjadi soal di KUD Jatisari itu malah sebaliknya. Panen baru selesai Agustus ini, tapi sejak awal September tak sebutir pun padi yang dijual petani kepada KUD. Mengapa? "Kami lebih suka menjual gabah kepada pedagang di kampung," kata Ichsan, 60 tahun, petani pemilik 7.000 meter sawah di desa itu kepada TEMPO. Padahal diakui oleh lelaki dengan lima anak dan dua puluh empat cucu itu, harga pembelian KUD Rp 100 lebih/kg, sedang kepada pedagang mereka menjual gabahnya Rp 80-an/kg. "Tapi menjual kepada KUD repot. Kalau padi basah harga dipotong, padi kotor harga dipotong lagi," petani tua itu menjelaskan. "Sudah jual saja sama pedagang, mau basah-kering, kotor atau apa saja mah harga sama, tidak dipotong-potong." Hal itu dibenarkan oleh Abdul Hamid. Di KUD Model Jatisari (KUD nomor dua di Ja-Bar) tersedia tabel harga gabah: Yang berkadar air 14% dan kotoran 3% harganya Rp 120. Tapi bisa melorot Rp 80,93/kg untuk gabah berkadar air 28% dan kotoran 15%. Harga itu pun adalah gabah murni. Artinya berat gabah masih dipotong perkiraan persentase kotoran dan kadar air tadi. Misalnya untuk 100 kg gabah yang berkadar air 28%. KUD membayar harga gabah hanya 72 kg, kali harga yang Rp 80,93 itu. Tentu saja para petani merasa lebih aman menjual dengan harga Rp 80/kg kepada pedagang, tanpa risiko potongan apa pun. Di Kecamatan Jatisari itu atau di desa-desa lainnya di Kabupaten Karawang, para petani hampir tak merasakan akibat kebijaksanaan Bulog memperketat kualitas gabah yang dibeli. Karena di musim panen gadu itu petani umumnya hanya menjual gabah dalam jumlah sedikit. Dan disimpan untuk menghadapi masa paceklik, di musim tanam Januari (1982). Maka gabah yang dipanen bulan Agustus itu dijadikan stok sampai Januari. Karena itulah KUD Kecamatan Jatisari yang meliput daerah seluas 2.000 ha dengan produksi hampir 1.000 ton gabah sekali panen, kewalahan mencari gabah. Hal yang serupa juga terjadi di Ja-Tim. Alim Fauzi, Waka Dolog Ja-Tim, mengatakan sejak sistem pembelian gabah oleh Bulog dilakukan melalui KUD, tak ada masalah lagi dengan persyaratan air yang 14%. "Kalau toh dari petaninya masih kurang memenuhi syarat, KUD-lah yang akan meningkatkan mutunya dengan penjemuran." Ini dibenarkan Sukarno dari Dinas Perekonomian Kantor Pemda Ja-Tim. Yang agaknya merasa kewalahan adalah Bulog, karena harus memborong stok beras. Di seluruh Jawa Timur sendiri terdapat 80 gudang--paling banyak di Indonesia -- dengan kapasitas 350. 000 ton. Sedang saat ini kabarnya terdapat 720.000 ton gabah Bulog yang terpaksa disimpan di gudang-gudang milik swasta, dengan sewa Rp 10/hari/ton. Di Sulawesi Selatan, dengan petani Bimas Operasi Lapoo Ase yang sukses memanen padi rata-rata enam ton per hektar, kesulitan pergudangan memang amat menonjol. Di poolpool pembelian KUD, kolong-kolong rumah dijadikan gudang menyimpan padi. Dan di halaman-halaman ruman nampak terhampar jemuran gabah. Dan para petani di desa-desa Kecamatan Lapparia Kabupaten Bone yang memanfaatkan irigasi ala kadarnya, Juga sibuk menunggui tanaman padinya yang sedang menguning. Bisa dimengerti kalau Presiden menyalakan lampu hijau bagi Bulog untuk membuat tambahan sebanyak 30 gudang lagi. Departemen Keuangan sendiri menurut Bustanil Arifin sudah mengeluarkan surat menyetujui' pembangunan tambahan gudang untuk tiga juta ton selama tiga tahun ini. Jadi tambahan sekitar satu juta ton setahun. Di antara tambahan ini sebanyak 500.000 ton dalam bentuk sistem 'silo' dengan perincian untuk Ja-Teng, Ja-Bar dan Sulawesi Selatan masing-masing 100.000 ton, sedang untuk Ja-Tim 200.000 ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus