Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengail dolar di hong kong

Pemerintah akan mencari pinjaman dari sejumlah bank di hong kong. neraca pembayaran dan cadangan devisa membaik. (eb)

11 Februari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARI-hari ini, sejumlah bank terkemuka di Hong Kong dikabarkan sedang terlibat perundingan mengatur pinjaman sindikasi US$ 500 juta buat pemerintah Indonesia. Menurut The Asian Wall Street Journal pekan lalu, Jakarta sudah membicarakan rencana itu dengan sekelompok bank komersial, seperti Morgan Guaranty Trust Bank, Bank of Tokyo, dan Industrial Bank of Japan (IBJ). Tapi, tidak seperti tahun lalu, dana sebesar itu akan diperoleh dengan bunga semakin mahal. Jika tahun lalu banyak pinjaman pemerintah hanya dikenai bunga rata-rata 0,5% di atas tingkat bunga antarbank di London (Libor), kini sebagian kredit itu, US$ 375 juta, dikenai bunga 0,75%. Sisanya, US$ 125 juta, dikcnai bunga 0,2% di atas suku bunga untuk nasabah utama di AS. Seperti diketahui, tingkat bunga untuk nasabah utama di AS kini 11%, dan Libor 10%. Di saat pasar uang makin ketat, para bankir di Hong Kong itu tampaknya tetap percaya bahwa posisi keuangan pemerimtah Indonesia masih baik. Maklum, sesudah dililit defisit US$ 1.930 juta pada 1982, tahun lalu neraca pembayaran pemerintah bisa surplus US$ 654 juta. Cadangan devisa pun meningkat dari US$ 4.151 juta pada Desember 1982 menjadi US$ 4.808 juta, Desember 1983. Menteri Keuangan Radius Prawiro memperkirakan jumlah cadangan devisa itu, pada akhir 1984/1985, mencapai US$ 4.978 juta. Indikasi membaiknya neraca pembayaran dan cadangan devisa itu tentu cukup diperhitungkan para bankir di Hong Kong tadi. Kendati cadangan devisa cukup baik, kata Menteri Radius di DPR pekan lalu, pemerintah akan tetap bersikap selektif dalam melakukan impor. Devisa yang US$ 14.666 juta untuk tahun anggaran 1984/1985 itu, demikian Radius, sebagian besar akan digunakan untuk mengimpor bahan baku dan penolong serta barang modal, yang masih dibutuhkan industri dalam negeri. Masih belum jelas apakah sebagian impor tadi akan dibiayai dengan pinjaman US$ 500 juta itu. Dalam kaitan dengan soal utang itu, Menteri Radius merasa perlu memberi jaminan bahwa semua utang luar negeri pemerintah dlkelola dengan baik. Katanya, pinjaman luar negeri 1984/1985, yang dijangkakan US$ 4,4 milyar itu, akan berasal dari negara donor IGGI - berjangka panjang dan berbunga rendah. Menurut catatan Bank Dunia, komitmen pinjaman pemerintah, sampai kuartal pertama 1983, berjumlah US$ 19,95 milyar, sedang yang digunakan (disbursed) baru US$ 12 milyar. Namun, Menteri Radius menganggap pemerimtah perlu berhati-hati: tingkat pengembalian utang pemerintah dibandingkan hasil bersih ekspor, yang lazim dikenal sebagai debt service ratio (DSR), akan mencapai 21,3%. Pada 1984/ 1985 itu, utang dan bunga yang harus dibayar pemenntah diperkirakan berjumlah US$ 12.454 juta. Dalam wawancara khusus dengan TEMPO bulan Desembcr lalu, Menko Ekuin Ali Wardhana mengatakan, DSR kita pada September 1983 sudah mencapai 24%o. Persentasi setinggi itu rupanya terbagi dua: 17% andil pemerintah, dan sisanya dari swasta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus