Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengangkat bapak angkat

Pt sepatu bata akhirnya go public, menjual sahamnya lewat pasar modal. diketahui perusahaan ini banyak membina usaha kecil. (eb)

27 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENAR juga: akhirnya direksi PT Sepatu Bata memutuskan perusahaan tersebut go public. Mulai pekan ini dilemparnya 1,2 juta saham biasa atas riama atau 15% dari modal yang disetor--nominal Rp 1.000 setiap saham--yang dijual lewat Pasar Modal dengan penawaran Rp 1.275 setiap saham. Dengan cara itulah, PT Sepatu Bata, anggota Bata Shoe Organization (Tomas Bata pertama kali mendirikan pabrik sepatu itu tahun 1894 di Zlin, Cekoslowakia), berusaha menghimpun dana dari masyarakat yang akan dipakainya untuk memperbarui fasilitas pabriknya di Kalibata (Jakarta) dan Medan, serta merencanakan mendirikan pabrik ketiga di Surabaya. Untuk kepentingan perluasan usaha, perusahaan ini Oktober lalu meminjam US$ 6 juta (Rp 3.750 juta) dari Morgan Guaranty Trust Company, New York -- suatu lembaga keuangan yang memimpin konsorsium berbagai bank. PT Sepatu Bata semula bernama NV Nederlandsch-Indiche Schoenhandel Maatschappij Bata, memulai bisnisnya di Indonesia pada 1931 dari sebuah gudang di Tanjungpriuk. Ketika itu dia hanya sebagai penyalur sepatu impor. Usaha membuat sepatu sendiri baru dilakukannya delapan tahun kemudian dengan mendirikan pabrik di Kalibata, Jakarta. Sesudah melewati pasang surut, perusahaan ini memperluas usaha dengan mendirikan pabrik kedua (1961) di Medan. Kini perusahaan yang mempekerjakan 1.600 karyawan itu, setiap tahunnya memproduksi enam juta pasang sepatu yang terdiri dari 476 model. Dalam lima tahun mendatang, Bata merencanakan memproduksi 10 juta pasang sepatu setahun. "Hasil penjualan kami dari tahun ke tahun meningkat," kata Hans B. Sumampouw, Direktur Personalia dan Hubungan Industri. Pada 1978 penjualan bersihnya baru Rp 7 milyar, dua tahun kemudian mencapai Rp 18,1 miiyar dengan laba sebelum pajak Rp 3 milyar. Yang mengesankan, sejak 1963 Bata mengajak serta perusahaan kecil sepatu -- sebagai subkontraktor--dalam proses produksi. Dengan sistem kontrak "mereka tak usah pusing memikirkan pemasarannya," ujar F.J. Ayal, Manajer Komersial Bata. Sebagai bapak angkat, Bata membina 19 perusahaan kecil sepatu di Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Jakarta. Selain diajar ketrampilan teknis -- seperti menggunting kulit yang hemat untuk mendapatkan sepatu sebanyak mungkin --mereka juga diberi pembinaan manajemen. Karena bekerja menurut pesanan, Bata terikat menyediakan bahan dan disain. Tapi disainnya sering dianggap ketinggalan zaman. Di berbagai kota besar Indonesia kini, disain yang ditampilkan Adidas, Kickers, Puma, maupun Bally-sekalipun harganya mahal--banyak menarik kalangan menengah ke atas. "Kami tidak takut bersaing. Kami hanya membuat sepatu dengan mutu kuat yang bisa dijangkau seluruh lapisan masyarakat," kata Sumampouw. Haji Razali, pengusaha kecil sepatuyang mempekerjakan 25 karyawan, terikat kontrak dengan Bata sejak 1974. Setiap minggu dia menghasilkan 2000 pasang jenis itu. Menjelang lebaran lalu pesanan mencapai 100 ribu pasang. Dia mengaku banyak mendapat pengetahuan dari Bata. "Sekarang kami sudah tahu cara mengelem yang baik," katanya. Karyawannya pun kini sudah bekerja dengan sistem unit -- antara tukang lem dan jahit masing-masing punya tanggungjawab. Sepasang sepatu bikinan Razali yang pabriknya terletak di Ciomas, Bogor, kemudian dibeli Bata dengan harga antara Rp 1.900 - Rp 5.000. Lukman Kusnadi, pengusaha kecil sepatu lainnya, terikat kontrak Bata sejak 1971. Dia pernah menolak kerja sama itu ketika pasaran sepatu tahun 60-an sedang ramai. Ketika pasar jenuh, dia akhirnya menerima kerjasama itu. Mempekerjakan 25 karyawan, Lukman setiap minggu menghasilkan 2.000 pasang sepatu perempuan. "Bata kejam dalam soal kualitet. Pertama kali mengerjakan pesanan Bata, sepatu saya banyak diklaim karena mutunya kurang baik," katanya. "Tapi pembayarannya cepat."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus