Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masih Bergantung pada Impor

Indonesia belum bisa lepas dari ketergantungan pada impor bawang putih. Sektor hulu perlu dibenahi agar tercipta swasembada. 

18 Januari 2024 | 00.00 WIB

Penjual bawang putih di Pasar Senen, Jakarta, 12 Januari 2024. Tempo/Tony Hartawan
material-symbols:fullscreenPerbesar
Penjual bawang putih di Pasar Senen, Jakarta, 12 Januari 2024. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Produksi yang menurun berjalan selaras dengan berkurangnya jumlah kelompok tani bawang putih.

  • Indonesia pernah menargetkan swasembada bawang putih pada 2021 dan gagal.

  • BPS mengingatkan tren kenaikan harga bawang putih.

WARNO, petani di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, masih ingat betul bagaimana produksi bawang putih menurun dari tahun ke tahun. Pada 2020, produksi bawang putih yang dihasilkan petani bisa mencapai 5 ton. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya terus merosot dari 1 ton pada 2022 hingga tahun lalu yang mencapai 700 kilogram bawang putih.

Produksi yang menurun berjalan selaras dengan berkurangnya jumlah kelompok tani bawang putih di Desa Senden. Sementara pada 2019 ada sekitar 10 kelompok tani, saat ini yang tersisa hanya satu kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Argoayuningtani.

"Pada 2019 ada jaminan pasar dari perusahaan yang membeli semua panenan. Tapi mulai 2020 sudah tidak dibeli lagi sehingga banyak petani bawang putih beralih ke tanaman lain yang lebih menjanjikan," kata Warno kepada Tempo, kemarin.

Kondisi serupa terjadi di Desa Sukatani, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Menurut Ayi Sopandi, petani bawang putih di Desa Sukatani, tahun ini tidak ada petani yang menanam bawang putih di kawasan Cipanas dan sekitarnya.

"Tahun lalu memang ada, tapi tahun ini tak ada yang menanam lagi. Alasannya cuaca sehingga hasilnya kurang bagus dan harganya pun tidak bagus," tutur Ayi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi bawang putih nasional pada 2023 sebanyak 30.194 ton. Sedangkan kebutuhan domestik 554 ribu ton. Data Kementerian Pertanian menunjukkan kenaikan angka konsumsi bawang putih mencapai 1,38 persen per tahun. Kesenjangan kebutuhan bawang putih nasional sebesar 532 ribu ton mau tak mau dipenuhi dari impor. 

Indonesia tidak bisa lepas dari ketergantungan impor bawang putih karena pasokan lokal yang sangat terbatas. Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mencatat kapasitas produksi domestik sebesar 4-5 persen dari kebutuhan bawang putih nasional. Kondisi tersebut, kata dia, akibat rencana swasembada bawang putih yang ditargetkan pada 2021 tidak tercapai. Program swasembada dimulai pada 2017, dengan menargetkan luas tanam dan produksi bawang putih domestik hanya untuk stok bibit. “Ambyar karena luas panen tidak tercapai, banjir bibit impor dari Cina, dan produktivitas bibit lokal kecil,” katanya.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus