Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perputaran roda perekonomian selama KTT ASEAN lebih kecil ketimbang KTT G20.
Sektor usaha dan akomodasi yang mendapat berkah KTT ASEAN hanyalah sektor akomodasi.
Kementerian Pariwisata menghitung dampak penyelenggaraan KTT ASEAN di Jakarta.
JAKARTA – Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43, yang digelar pada 5-7 September 2023, diprediksi memutar roda perekonomian. Namun perputaran itu diyakini hanya terjadi pada perekonomian nasional. Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan, dibanding perhelatan pertemuan KTT G20 pada November 2022, skala dampak KTT ASEAN jauh lebih minim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dampak terhadap perekonomian jangka pendek lebih terbatas karena rangkaian acara yang hanya satu pekan, sedangkan G20 cukup panjang. Belum lagi lokasi KTT ASEAN juga terpusat di Jakarta saja," ujar Josua kepada Tempo, kemarin. Dari total delegasi ataupun keseluruhan peserta yang mengikuti perhelatan ini, jumlahnya juga lebih sedikit, yakni hanya sekitar 1.100 orang. Sedangkan jumlah peserta KTT G20 kala itu mencapai lebih dari 12 ribu orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Josua mengimbuhkan, sektor usaha yang mendapat keuntungan dari perhelatan itu pun cukup spesifik, yakni sektor akomodasi dan perhotelan, yang memang menjadi penggerak utama dalam pertemuan tersebut. Menurut dia, dampak ekonomi yang dihasilkan KTT ASEAN berpotensi lebih besar jika dilihat secara jangka panjang, yakni dengan menghitung kesepakatan dan perjanjian dagang yang dicapai hingga kinerja proyek-proyek baru yang dihasilkan, di mana jumlahnya mencapai US$ 38,2 miliar.
Proyek-proyek itu berpotensi mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang, terutama dari sisi investasi. "Dengan demikian, pengaruhnya secara keseluruhan baru terasa ketika proyek-proyek itu terealisasi." Selain itu, dampak positif lain yang dirasakan di antaranya perjanjian konektivitas serta integrasi sistem pembayaran lintas batas di kawasan ASEAN yang berpotensi mengerek perkembangan industri pariwisata dan perdagangan antarnegara.
Pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN 2023 di kawasan perhotelan, pusat belanja, dan perkantoran Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 6 September 2023. ANTARA/M. Risyal Hidayat
Presiden Joko Widodo sebelumnya menyatakan manfaat ekonomi yang dihasilkan KTT ASEAN cukup luas, baik bagi Indonesia selaku penyelenggara maupun negara-negara anggota lainnya dan negara mitra. Tak kurang dari 93 proyek kerja sama baru disepakati, di antaranya mencakup pengembangan industri kendaraan listrik dan industri sistem pembayaran lintas batas. "Agenda penghiliran industri dan pengembangan ekonomi digital juga masuk dalam kesepakatan yang dihasilkan," ucap Jokowi.
Khusus agenda kerja sama ekonomi digital, KTT ASEAN kemarin meluncurkan kerangka kerja sama, yaitu Digital Economy Framework Agreement (DEFA). Kerangka kerja ini diniatkan untuk mendorong ekspansi ekonomi digital, khususnya pada segmen UMKM. Kerja sama ini berpotensi mengerek pangsa pasar perekonomian digital ASEAN hingga mencapai Rp 5.000 triliun pada 2025.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan saat ini kementeriannya tengah menghitung secara detail dampak ekonomi penyelenggaraan KTT ASEAN. Namun dia memperkirakan, secara sekilas, dampak ekonomi yang dihasilkan diprediksi sama dengan pelaksanaan KTT G20 yang digelar di Bali pada tahun lalu.
"KTT ASEAN diperkirakan berdampak sama seperti KTT G20 di Bali, walaupun dari jumlah negara-negara yang tergabung di ASEAN lebih sedikit. Tapi negara-negara mitra dialog, seperti Cina, Korea Selatan, Jepang, India, Kanada, dan Amerika Serikat, juga hadir," katanya.
Pemerintah memperkirakan perputaran ekonomi yang dihasilkan diperkirakan sebesar Rp 7,4 triliun dengan penyerapan tenaga kerja baru mencapai lebih dari 33 ribu lapangan kerja. "Tingkat okupansi hotel di sekitar kawasan Senayan sebagai venue utama mencapai 100 persen."
Dampak ekonomi agenda internasional.
Khusus untuk sektor pariwisata, pihaknya masih terus memantau kesepakatan-kesepakatan yang berhubungan dengan investasi dan penawaran pariwisata berkelanjutan di sejumlah destinasi super-prioritas. "Harapan kami, di sektor pariwisata akan terjaring US$ 6-8 miliar dalam bentuk investasi dan 4,4 juta dalam bentuk penciptaan lapangan kerja sampai 2024," ujar Sandiaga.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, mengamini bahwa tingkat okupansi hotel di Jakarta turut meningkat sepanjang perhelatan KTT ASEAN. "Yang di sekitar venue sudah full booked, kemudian menjalar juga ke area-area di sekitarnya, termasuk yang terkena jalur buka-tutup atau rekayasa lalu lintas."
Area yang disebut Sutrisno itu di antaranya mencakup wilayah Senayan, Jalan Sudirman-Thamrin, hingga Kuningan. Tingkat okupansi itu pun masih deras, bahkan hingga tiga hari setelah perhelatan tersebut rampung digelar pada 7 September lalu.
PHRI berharap agenda internasional seperti KTT ASEAN dapat mendongkrak arus wisatawan ke dalam negeri sehingga tingkat okupansi industri perhotelan dan restoran dapat terus meningkat. "Karena kalau ada perhelatan seperti ini, bukan hanya hotel yang ramai, mereka juga akan ke restoran, ke pusat belanja, mencari suvenir dan oleh-oleh," kata Sutrisno.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance, Nailul Huda, mengatakan klaim dampak ekonomi hingga Rp 7,4 triliun cenderung berlebihan, terutama dibanding perhelatan KTT G20 dengan kapasitas dan skala perhelatan yang berbeda. "Dampak KTT ASEAN akan lebih kecil, bahkan bisa 50 persen lebih kecil dari dampak G20 yang terbatas hanya di DKI Jakarta dan Bodetabek." Secara sektoral, dampaknya juga terkonsentrasi pada tiga sektor saja, yaitu penyediaan akomodasi atau perhotelan, penyediaan makan minum, serta transportasi.
Persiapan ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, 1 September 2023. ANTARA/Muhammad Adimaja
Dengan kondisi tersebut, dampak KTT ASEAN terhadap kinerja perekonomian, khususnya pada kuartal III tahun ini, juga tidak akan signifikan. Kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB) yang cenderung kecil diprediksi tak mampu mengerek pertumbuhan ekonomi pada kuartal III menjadi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai 5,17 persen.
"Kuartal III mungkin akan lebih rendah karena pada kuartal II ada momentum Ramadan dan Lebaran yang menyebabkan konsumsi rumah tangga meningkat signifikan," kata Huda. Sedangkan pada periode Juli-September ini bisa dipastikan tak ada momentum serupa yang dapat menaikkan konsumsi masyarakat. "Penggerak utamanya justru diprediksi adalah pengeluaran atau belanja pemerintah."
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia, Mohammad Faisal, mengimbuhkan bahwa perhelatan KTT ASEAN tidak berkontribusi banyak pada upaya mendongkrak kunjungan wisata mancanegara di tahun ini. "Tahun ini, walaupun ada beberapa event internasional, termasuk KTT ASEAN, akan sulit untuk mencapai target kunjungan 8,5 juta wisatawan mancanegara seperti yang dicanangkan Kementerian Pariwisata," ujarnya. Adapun devisa pariwisata tahun ini diharapkan dapat meningkat hingga US$ 7,08-9,9 miliar.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik, dari Januari hingga Juli 2023, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 6,31 juta kunjungan, lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebanyak 5,47 juta kunjungan. Untuk mengerek tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, upaya yang harus diperkuat adalah upaya mendasar, seperti menggelar promosi, mengadakan acara-acara potensial, membuat paket wisata, serta menyediakan kemudahan mobilitas atau transportasi. Kondisi perekonomian global yang masih suram akibat tekanan inflasi dan tingkat bunga tinggi, khususnya di negara-negara maju, diprediksi menjadi salah satu tantangan utama dalam perekonomian, tak terkecuali bagi industri pariwisata.
ANT | GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo