HARI-hari ini penduduk Kabupaten Tanah Tinggi Karo dan
Simalungun, Sum-Ut, sedang panen buah kesemek. Pertengahan
Oktober, tak kurang dari 561 keranjang (28 ton), kembali
mengalir ke pasaran Singapura. Di sana, buah manis yang tak
begitu populer, dan juga disebut permison, atau kasmak, dijual
sampai Rp 250 per biji. Sedang di Medan paling banter Rp 100. Di
Jakarta, dan beberapa tempat lain di Jawa, bahkan dijual mu rah
Rp 50 per biji.
Mengapa orang di Singapura menyu.kainya, entahlah. Ada yang
bilang, buah yang biasanya dibeli penduduk Tionghoa di Sum-Ut,
baik kalau dikeringkan untuk dibuat manisan. Sudah sejak nam
tahun sesungguhnya kesemek dalam jumlah kecil memasuki
Singapura. Tahun lalu ekspor dari pelabuhan Belawan hanya
sekitar 6 ton. Tapi tahm ini, sampai Oktober, mendadak sontak
ekspor kesemek ke Singapura meroket menjadi 349 ton.
Leman Girsang, 62 tahun, salah seorang dari delapan eksportir
buah kesemek di Sum-Ut yang merasa beruntung, membeli buah itu
dari petani dengan harga Rp 125 per kilo, atau sekilar 4 sampai
lima buah, mengingat besarnya kurang lebih mirip apel. Dan Leman
kemudian menjualnya kepada importir di Singapura S$ 80 (Rp 250)
per kilo.
Selain sayur-mayur yang harganya jatuh terus, sesungguhnya buah
alpukat, nanas, pisang, pepaya, dan mangga punya pasaran yang
lumayan di Singapura. "Bea masuknya juga rendah, 5%, tak seperti
di Malaysia yang sampai 40%, sehingga kurang menarik buat
eksportir," kata Salim Balatif dari PT Job Enterprise, Medan.
Adapun permintaan kesemek Sum-Ut yang tiba-tiba melonjak itu,
ada pasalnya. Menurut Leman Girsang, buah kesemek dari RRC, dan
Taiwan yang juga masuk dalam jumlah besar ke Singapura, masa
panennya berlangsung sesudah panen besar di Sum-Ut berakhir,
yakni antara bulan Oktober sampai Desember Permintaan yang
meningkat di Singapura, itulah yang agaknya membuat kesemek di
dua kabupaten Sum-Ut naik gengsinya.
Mirip pohon cokelat dengan tinggi sekitar lima meter, berdaun
rimbun, pohon kesemek bisa tumbuh subur di dataran tinggi. Buah
tersebut baru dikenal di Karo dan Simalungun sekitar sepuluh
tahun silam. Penduduk di sana membudidayakannya sebagai tanaman
pekarangan.
Dinas Pertanian Sumatera Utara awal tahun ini telah memberikan
gratis 500 bibit pohon itu kepada petani di Karo, dan
Simalungun. Sebuah sumber di Kanwil Perdagangan Sum-Ut
memperkirakan kasmak di tanam di tanah pekarangan seluas 15 ha
di Karo, dan 5 ha di Simalungun. Konon sebuah bank pemerintah di
Medan sedang mempertimbangkan untuk memberikan kredit kepad.
petani buah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini