Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian atau Mentan Syahrul Yasin Limpo mengingatkan agar Indonesia tidak resah berlebihan karena fenomena El Nino.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syahrul Yasin Limpo mengatakan dunia tengah resah karena perubahan iklim alias climate change. Selain itu, dunia juga resah karena El Nino.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tapi saya menyatakan di Indonesia juga resah, tapi jangan resah berlebihan," kata Syahrul pada sambutannya di Pelepasan Ekspor 1.000 Ton Kacang Hijau ke Cina di Jakarta, Senin, 28 Agustus 2023.
Dia yakin El Nino bisa dikendalikan. Sebab, Indonesia masih memiliki daerah hijau dan sumber mata air. Sehingga, kata dia, apapun yang terjadi air akan selalu ada.
"Ternyata Bengawan Solo nggak surut airnya, Sungai Brantas nggak tuh. Sungai yang di Bandung apa? Citarum nggak," ujar Syahrul.
Meski demikian, dia mengakui ada penurunan debit air. Namun, hal tersebut karena kemarau. Lebih jauh, Syahrul mengatakan masyarakat tidak boleh pesimistis maupun optimistis berlebihan.
"Lihat data, ini menjadi kemarau yang dasyat, katakanlah seperti itu. Tapi masalah kemarau bagi petani juga bukan masalah yang baru banget," tutur dia.
Namun, dia menilai karena dunia internasional memberikan peringatan atau warning bahwa El Nino berpengaruh sangat signifikan, sehingga pemerintah tidak bisa diam.
"Dan perintah Bapak Presiden untuk menyikapi ini (El Nino) sudah kita lakukan," ujar Syahrul Yasin Limpo.
Dilansir dari Reuters, peramal cuaca pada pemerintahan AS mengatakan 95 persen El Nino akan terjadi mulai Desember 2023 hingga Februari 2024. Sehingga memperburuk risiko gelombang panas dan banjir di beberapa negara.
Sementara itu, pandangan terbaru dari Pusat Prediksi Iklim (CPC) sedikit meningkat dibandingkan Juli 2023, ketika mereka memperkirakan 90 persen kemungkinan El Nino akan bertahan hingga musim dingin.
Sedangkan biro cuaca Jepang memperkirakan kemungkinan terjadinya El Nino di belahan bumi utara pada musim dingin sebesar 90 persen. Organisasi Meteorologi Dunia pada Mei lalu juga telah memperingatkan, pola cuaca dapat berkontribusi terhadap kenaikan suhu global.