Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menargetkan Blok Masela bisa mulai produksi paling lambat 30 Desember 2023. Hal ini setelah Pertamina bersama Petronas sah mengambil alih proyek ini dari Shell pada 25 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk itu pemerintah akan bentuk tim kerja yang akan mulai bekerja Agustus. Ini dengan target tiga bulan untuk membuat rencana kerja," kata Arifin ketika ditemui media di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat, 4 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim kerja ini, kata Arifin, sekaligus akan memproses revisi Plan of Development (PoD) dari POD I Blok Masela.
Sebagai informasi, proyek pengembangan migas Blok Masela tidak berprogres sejak ditinggalkan Shell pada 2020. Adapun Shell sempat memegang 35 persen hak partisipasi dalam proyek ini.
Setelah tiga tahun, akhirnya Pertamina menggandeng badan usaha milik negara dari Malaysia, Petronas, untuk mengambil alih 35 hak partisipasi tersebut. Dari 35 persen persen itu, Pertamina memiliki hak partisipasi 20 persen dan Petronas 15 persen. Sedangkan 65 persen hak partisipasi lainnya masih dipegang Inpex.
Senada dengan pemerintah, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga berharap Blok Masela bisa mulai produksi pada 2029. Meskipun di sisi lain, dia merasa target tersebut sebagai tantangan yang berat. "Karena kalau dari jadwal awal, Inpex dan Shell menargetkan di 2030 sampai 2032," tutur Nicke di sela acara IPA Convex 2023 di ICE BSD Tangerang pada Selasa, 25 Juli 2023.
Oleh karena itu, Pertamina bakal melakukan akselerasi bersama Petronas dan Inpex, termasuk dengan pemerintah. "Sehingga segera mungkin bisa dimanfaatkan untuk gas dalam negeri," ucap Nicke.