HUBUNGAN dagang bilateral antara beberapa negara ASEAN nampak
makin menonjol menjelang KTT di Bali 23-25 Pebruari ini. Ketika
disambut hangat di Singapura, Presiden Marcos menyatakan akan
meningkatkan hubungan dagang antara kedua negeri itu. Hal yang
serupa juga terjadi antara Muangthai dengan Indonesia. Sepulang
lawatan Menteri Ekuin Widjojo Nitisasto sebagai utusan khusus
Presiden Soeharto ke Bangkok dan Manila, timbul berita bahwa
Indonesia akan membeli beras 200 ribu ton dari lumbung padi Asia
Tenggara itu. Kesediaan Indonesia untuk membeli beras sebanyak
itu, menurut Menteri Keuangan Muangthai Boonchu Rojanasatien
dalam Bangkok Post 3 Pebruari lalu, merupakan tambahan pembelian
100 ribu ton. Berapa harga yang disetujui bersama sampai akhir
pekan lalu belum lagi diketahui. Tapi konon kabarnya, akan lebih
rendah dari harga pasaran.
Sekalipun Kepala Bulog Bustanul Arifin selesai melapor pada
Presiden awal bulan itu tidak menyebutkan berapa ancer-ancer
harga yang diinginkan Indonesia, sebuah sumber TEMPO beranggapan
ekspor beras Muangthai ke Indonesia akan mengikuti cara yang
selama ini ditempuh Muangthai dengan RRT. Sekalipun tidak
menyebutkan hubungan dagang dengan Indonesia akan berwujud
semacam barter, sumber tersebut menunjuk pada ekspor beras
Muangthai ke RRT yang kemudian disusul dengan kontrak pembelian
minyak dari daratan Cina itu. Bagi Muangthai yang lagi kesulitan
bahan bakar, hubungan dagang bilateral seperti itu memang bisa
dimengerti. Agaknya dalam hubungan itulah, Menlu Muangthai
Choonhaven, yang akan memimpin suatu misi perdagangan negerinya,
diharapkan kedatangannya 15 Pebruari ini di lapangan terbang
Halim Perdanakusuma.
Adapun kedatangan Choonhaven selain tentu berbincang-bincang
tentang KTT ASEAN yang kabarnya akan menitikberatkan pada
kerjasama ekonomi adalah untuk melanjutkan pembicaraan tentang
kesediaan Indonesia untuk mengekspor 20 juta barrel minyaknya ke
Muangthai. Adapun minyak yang akan diekspor ke Muangthai --
juga ke Pilipina -- menurut seorang pejabat Departemen
Perdagangan, berasal dari sumur Kasim di Kepala Burung, Irian
Jaya, yang berkadar belerang sekitar 0,7% Minyak Kasim yang
sebagian diprioritaskan bagi Pilipina dan Muangthai itu, sudah
ada yang diekspor ke negerinya Imelda. Dengan harga berapa
Pilipina membeli minyak Indonesia belum lagi diumumkan oleh
sumber-sumber resmi di Jakarta. Tapi beberapa kalangan minyak
asing di Jakarta, merasa yakin tak akan-lebih dari yang
diberikan RRT. Adapun harga minyak RRT yang kurang lebih
sekwalitas dengan Indonesia sampai sekarang masih bertahan pada
US$ 11,50 per barrel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini