Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Minyak lawan beras

Menjelang ktt di bali, hubungan bilateral antara negara asean makin menonjol. indonesia mengimpor beras dari muangthai dan muangthai mengimpor minyak dari indonesia. semacam barter. (eb)

14 Februari 1976 | 00.00 WIB

Minyak lawan beras
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
HUBUNGAN dagang bilateral antara beberapa negara ASEAN nampak makin menonjol menjelang KTT di Bali 23-25 Pebruari ini. Ketika disambut hangat di Singapura, Presiden Marcos menyatakan akan meningkatkan hubungan dagang antara kedua negeri itu. Hal yang serupa juga terjadi antara Muangthai dengan Indonesia. Sepulang lawatan Menteri Ekuin Widjojo Nitisasto sebagai utusan khusus Presiden Soeharto ke Bangkok dan Manila, timbul berita bahwa Indonesia akan membeli beras 200 ribu ton dari lumbung padi Asia Tenggara itu. Kesediaan Indonesia untuk membeli beras sebanyak itu, menurut Menteri Keuangan Muangthai Boonchu Rojanasatien dalam Bangkok Post 3 Pebruari lalu, merupakan tambahan pembelian 100 ribu ton. Berapa harga yang disetujui bersama sampai akhir pekan lalu belum lagi diketahui. Tapi konon kabarnya, akan lebih rendah dari harga pasaran. Sekalipun Kepala Bulog Bustanul Arifin selesai melapor pada Presiden awal bulan itu tidak menyebutkan berapa ancer-ancer harga yang diinginkan Indonesia, sebuah sumber TEMPO beranggapan ekspor beras Muangthai ke Indonesia akan mengikuti cara yang selama ini ditempuh Muangthai dengan RRT. Sekalipun tidak menyebutkan hubungan dagang dengan Indonesia akan berwujud semacam barter, sumber tersebut menunjuk pada ekspor beras Muangthai ke RRT yang kemudian disusul dengan kontrak pembelian minyak dari daratan Cina itu. Bagi Muangthai yang lagi kesulitan bahan bakar, hubungan dagang bilateral seperti itu memang bisa dimengerti. Agaknya dalam hubungan itulah, Menlu Muangthai Choonhaven, yang akan memimpin suatu misi perdagangan negerinya, diharapkan kedatangannya 15 Pebruari ini di lapangan terbang Halim Perdanakusuma. Adapun kedatangan Choonhaven selain tentu berbincang-bincang tentang KTT ASEAN yang kabarnya akan menitikberatkan pada kerjasama ekonomi adalah untuk melanjutkan pembicaraan tentang kesediaan Indonesia untuk mengekspor 20 juta barrel minyaknya ke Muangthai. Adapun minyak yang akan diekspor ke Muangthai -- juga ke Pilipina -- menurut seorang pejabat Departemen Perdagangan, berasal dari sumur Kasim di Kepala Burung, Irian Jaya, yang berkadar belerang sekitar 0,7% Minyak Kasim yang sebagian diprioritaskan bagi Pilipina dan Muangthai itu, sudah ada yang diekspor ke negerinya Imelda. Dengan harga berapa Pilipina membeli minyak Indonesia belum lagi diumumkan oleh sumber-sumber resmi di Jakarta. Tapi beberapa kalangan minyak asing di Jakarta, merasa yakin tak akan-lebih dari yang diberikan RRT. Adapun harga minyak RRT yang kurang lebih sekwalitas dengan Indonesia sampai sekarang masih bertahan pada US$ 11,50 per barrel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus