JULIUS Tahiya 60 tahun, Ketua Dewan Direksi P.T. Caltex Pacific
Indonesia (CPI) tidak banyak memberi komentar selesai menghadap
Presiden Soeharto di Bina Graha 2 Pebruari lalu. Kepada pers
orang pertama CPI itu hanya berbicara tentang soal-soal umum
dunia minyak yang masih dicengkeram suasana resesi. Tapi
beberapa kalangan minyak di Oil Centre, jalan MH Thamrin
Jakarta, menduga timbul kesulitan dari pihak maskapai minyak
terbesar di Indonesia itu untuk mengurangi pendapatannya. Dalam
pidato RAPBN 1976/1977 di Senayan 7 Januari lalu, Presiden
Soeharto telah menegaskan perlunya penyesuaian baru dalam urusan
pembagian minyak di Indonesia (TEMPO, 24 Januari). Sekalipun
potongan yang diminta Pemerintah itu berlaku bagi semua maskapai
minyak asing yang beroperasi di Indonesia, baik yang
kontrak-karya maupun yang berdasarkan bagi hasil, adalah Caltex
yang merasa paling terkena, mengingat produksi mereka yang
rata-rata sekilar 850 ribu barrel sehari.
Bagi Tahiya sendiri, permintaan potongan itu agaknya tak begitu
menjadi soal. "Bagaimanapun kita harus bantu negara kita yang
lagi sulit sekarang", kata Tahiya sesaat sebelum dimulainya
sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi hari itu. Dia sendiri belum
bisa menjelaskan herapa potongan yang diminta Pemerinah dan
berapa kira-kira yang bisa dibelikan Caltex. "Itu semua masih
dalam pembicaraan", katanya. Tapi bebelapa pengamat beranggapan
kedatangan Tahiya itu juga ingin melaporkan kepada Presiden
bahwa soal potong-memotong hasil minyak itu merupakan wewenang
markas besar Caltex di New York, AS. Seorang pejabat tak
mengelak adanya dugaan seperti itu. Seraya mengutip ucapan
Menteri Penerangan Mashuri SH bahwa kedatangan Dirut CPI itu
adalah membicarakan soal PIBA (Pacific Indonesia Business
Association) di mana Julius Tahiya menjadi ketuanya, sumber
TEMPO itu menjelaskan bakal datangnya "seorang penting Caltex
dari Amerika" ke Jakarta.
Diduga pembicaraan Tahiya itu adalah untuk menentukan waktu yang
tepat kapan kiranya orang penting Caltex itu sebaiknya datang ke
Jakarta. Kalangan minyak di Oil Centre beranggapan kedatangan
sang tamu diharapkan dalam waktu dekat, mengingat mendesaknya
masalah potongan yang diminta Indonesia. Sekalipun begitu,
mereka memperkirakan waktu yang tepat adalah sekitar awal Maret
nanti, setelah US,linya KTT Asean di Bali. Barangkali suatu
perundingan yang panjang akan berlangsung: Caltex tak begitu
mudah menyerah, nampaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini