LAGU dang-dut Cubit-cubitan berkumandang dari mobil kombi. Di
samping mobil itu bergayutan anak-anak dari Kampung Baru,
Penjaringan, Jakarta Barat. Mereka memperebutkan selebaran iklan
film Dukun Kota, produksi Japos, Cabang usaha kelompok Pos Kota
Kegiatannya memberi kesan seperti penjual jamu yang biasa
mengecapkan dagangannya begitu rakyat mulai berkumpul.
Di dinding bagian luar kombi Daihatsu itu tertulis Redaksi
Keliling POS K0TA. Anda dapat sampaikan berita, saran, keluhan
dan iklan. "Barang siapa yang ingin menyampaikan keluhan untuk
dimuat di harian Pos Kota bisa disampaikan ke sini," ujar Sobari
dari belakang stir. "Yang ingin pasang iklan juga boleh,"
sambungnya lagi.
Lumayan juga jumlah orang berkerumun. Dua pemuda yang mengaku
sebagai pedagang di pasar dekat situ maju mendekat. Mereka
menyampaikan keinginan supaya pemerintah membangun pasar
permanen di Kampung Baru itu. "Sekarang semuanya hanya
kakilima," urai mereka. "Ada tagihan retribusi dan pungutan lain
berjumlah Rp 200 per hari. 'Si jurnalis Sobari mencatat.
Kemudian ia memberitahu pula pembantunya agar meneliti kebenaran
berita itu nanti di kelurahan. "Harus dicek. Mana tahu berita
bohong," ujarnya.
Rupanya ia tak mau terkicuh seperti beberapa waktu yang lalu.
Waktu itu di Pasar Alkaf, Jembatan Lima, ada orang yang mengaku
pedagang dan mengeluh karena kiosnya akan dipindahkan. Setelah
dicek di kelurahan, ternyata mereka bukan pedagang, melainkan
centeng yang takut kehilangan "makanan".
Sobari memimpin satu di antara dua unit mobil redaksi keliling
Pos Kota yang mulai dioperasikan pertengahan April. Daerah
operasinya Jakarta Barat dan Utara. Sedangkan yang satu lagi
mengelilingi daerah Jakarta Selatan dan Timur. Mereka bergerak
dari pagi sampai tengah hari.
Dengan mobil keliling ini, seperti dikatakan Saiful Rahim, salah
seorang redaktur pelaksana Pos Kota, daerah yang bisa diliput
lebih luas. "Dengan mobil ini masyarakat yang mau menyampaikan
berita misalnya tentang kambing beranak 6, tak perlu lagi
buang-buang uang memakai telepon," katanya. "Buat Pos Kota
sendiri banyak untungnya.
Meskipun sang redaktur tidak mengungkapkannya, namun dengan
mobil itu jumlah iklan yang masuk akan bertambah. Lagi pula ada
kesempatan mempromosikan film produksi anak perusahaan Pos Kota.
Manfaat tenaga wartawannya jadi berganda, eh dwi-fungsi.
Ide untuk berkeliling ini datang dari Pemimpin Redaksi Pos Kota
Harmoko persis pada usia ke-9 koran itu 15 April lalu. Apakah
oplahnya yang sudah mencapai 200.000 bisa melonjak dengan
redaksi keliling itu, masih perlu ditunggu.
Si wartawan yang menjalani tugas baru itu kadang-kadang malu
hati. "Pernah ada yang tanya 'jual apa Pak?"' begitu cerita
Sobari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini