Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Di belakang si raja disco

Grup musik rock boney m. dari amerika yang akan main di balai sidang dibatalkan pertunjukannya oleh kodak metro jaya. ada kericuhan antara penyelenggara pt. zaiba five promotion dengan pt. heksatama. (hb)

2 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GRUP musik rock Boney M., dari Amerika, meninggalkan Jakarta dalam keadaan marah. Para pejabat telah melarang pertunjukan mereka yang berharga US$ 72.000. Sumber-sumber di pemerintahan mengatakan pertunjukan digagalkan karena grup tersebut tidak muncul untuk disensor lebih dulu. Tapi sumber lain juga mengatakan, para ekstrimis Islam telah menekan pemerintah untuk melarangnya karena, menurut mereka, tiga cewek penyanyinya berpakaian "terlalu provokatif". Sebelumnya memang kaum muslimin telah menuntut ditutupnya disko-disko, bar, steambath, bahkhn telah berhasil dalam hal dibatasinya izin jam buka. Menurut mereka, tempat-tempat seperti itu "immoral". John Travolta Demikian berita The Straits Times. Dan memang, 22 Mei itu para penonton yang berduyun ke Balai Sidang Senayan pada kecele. Gedung itu diblokir polisi. Dan sebuah papan psngumuman menerangkan pertunjukan dibatalkan -- sedang mereka yang sudah lebih dulu membeli karcis (berharga Rp 10.000 dan Rp 6.000) dipersilakan mengurusnya ke Kodak Metro Jaya. Apa sih yang terjadi? Pertunjukan Boney, raja disko yang populer khususnya sebelum munculnya raja baru, John Travolta, direncanakan oleh PT Zaiba Five Promotion. Akhir Maret lalu direktur PT ini Zaini Abdullah (37), menandatangani kontrak dengan orang bernama Pato Leung, dari Just God Production Ltd di Hongkong. Maksudnya memang untuk mendatangkah Boney ke mari, sedang Leung itu manajer Boney untuk pertunjukan keli ling Asia. Ditentukan tarif Boney untuk sekali main US$ 32.000 (pertunjukan diadakan 2 kali). Siapa Zaini Abdullah ia sebenarnya sudah sangat dikenal kalangan klab malam sebab bisnisnya memang mendatangkan para penghibur dari luar negeri. Grup musik terkenal seperti Suzy Quatro, El Chicano, ialah yang menyelenggarakannya -- dan semuanya berhasil sukses. Tapi rupanya memang lagi sial. Zaini ini punya adik bernama Thalib Abdullah (34), yang bisnis sehari-harinya sebenarnya jual-beli mobil -- dan oleh polisi sudah dikenal sebab kebetulan pernah meringkuk di penjara Cipinang karena pemalsuan surat-surat mobil. Si abang barangkali saja ingin memberi kesempatan kepada si adik untuk memperbaiki diri, dan karena itu dialah yang ditunjuk menangani proyek besar ini. Thalib segera beraksi. Menyadari kurangnya modal, terutama guna membayar uang muka kepada Leung sebanyak US$32.000, ia mengajak PT Heksatama -- yang usaha bidangnya sehari-hari ekspor-impor barang komoditi seperti kulit dan rempah-rempah. Agus Purnomo (30), direkturnya, pun tergiur oleh tawaran pembagian keuntungan 50-50. Lalu 7 Mei dibuatlah kontrak kerjasama. Dan hari itu juga, karena Thalib nampak sangat memerlukan, Agus mengeluarkan cek mundur sebesar US$ 32.000 yang jatuh temponya 20 Mei di salah satu bank Hongkong. Ini hanya merupakan bank garansi Untuk jaga-jaga. Dalam kontrak kerjasama antara lain disebut bahwa selambat-lambatnya 3 hari sebelum jatuh tempo, fihak Thalib (PT Zaiba) harus sudah setor uang dalam jumlah yang sama kepada PT Heksatama. Lalu Heksatama kirim telex ke bank Hongkong maupun Pato Leung, bahwa cek mundur sudah dibuka. Merasa Aneh Tapi sementara Thalib bergerak, Agus Purnomo konon merasa aneh. "Kok gampang betul orang bersedia membagi separo keuntungannya, pada orang lain yang hanya memberi garansi bank," kata Abdul Muis Tonthawy (28), Direktur Umum Heksatama, mewakili Agus. Lama-lama lantas curiga. Terutama ketika 16 Mei Heksatama menarik uang penjualan karcis dari satu agen, Thalib Abdullah keberatan --padahal dalam kontrak disebut bahwa yang mengurusi keuangan ialah PT Heksatama. Dan kericuhan pun timbul. Lalu malam harinya, karena kedua pihak samasama tak setuju pada cara yang dilakukan masing-masing, dan terutama karena sampai hari itu Zaiba tidak menyetor US$ 32.000 sebaaimana sudah disetujui dalam kontak, keduanya sepakat membatalkan saja kerjasama itu. Sampai saat pembatalan itu, PT Heksatama sudah menyetujui pengedaran karcis -- yang diperoleh Thalib -- sehanyak 1.400 lembar dengan membubuhkan stempel Heksatama di punggung setiap karcis. Sesudah pembatalan, mestinya tak ada lagi karcis yang beredar dengan stempel itu. Namun kenyataan Heksatama memergoki banyaknya karcis yang tetap memakai stempel perusahaannya -- dan setelah diteliti, ternyata baik tinta maupun ukuran stempel itu berbeda, alis palsu. Satu hal lagi: justru sesudah pembatalan, PT Zaiba serentak memancang spanduk publikasi di berbagai penjuru Jakarta. Berbunyi: "PT Heksatama mempersembahkan . . . " Karena itu Heksatama segera meminta perlindungan polisi -- sambil menunjukkan pembatalan kontrak itu. Sebelumnya, 17 Mei, bank di Hongkong sudah ditelex -- dibilangi bahwa cek yang sudah dibuka, dibatalkan. Baru Tersadar Thalib, entah kurang pengalaman, tidak sadar bahwa bersamaan dengan batalnya kerjasama berarti cek bertanggal 20 Mei itu pun batal. Setidak-tidaknya ia tak segera berhubungan dengan Pato Leung. Akibatnya, menurut satu sumber TEMPO, rombongan Boney yang sedianya ditunggu di Jakarta jam 12 siang 21 Mei, terhalang -- sebab Leung tak bisa mengambil uang mukanya di bank. Memang sebenarnya bisa saja Heksatama memberi tahu Thalib bahwa dengan pembatalan itu urusan cek pun gugur -- tapi rupanya tak dilakukan. Saat itulah Zaiba sadar. Lalu lekas-lekas uang penjualan karcis dikumpulkan dari para agen, dan dikirim ke Pato Leung. Sesudah beres, rombongan si raja disko yang berjumlah 37 orang (8 di antaranya perempuan) mendarat di Halim dari Singapura (merela barusan main di sana) dan menginap di Hilton. Namun, sekarang dari pihak DKI. Sampai menjelang pertunjukan, karcis yang dicetak DKI atas permintaan Zaiba, masih tertumpuk di sana. Tapi anehnya karcis yang beredar di pasaran jauh melebihi jumlah karcis yang secara legal (sudah terkena pajak) dikeluakan DKI. DKI yakin: itu tentu karcis yang belum dipajak! Maka DKI langsung mendenda Zaiba -- Rp 4,5 juta. Tapi karena sampai batas waktu yang didenda tak sanggup bayar (mereka bilang uang yang ada baru Rp 3,2 juta, dan DKI tidak terima) DKI lantas mencabut izin -- dan kontak dengan Kodak Metro Jaya. Kodak di hari 22 Mei itu lantas menahan Thalib Abdullah, Jimmy Chou (bekas petinju terkenal, kolega Zaiba juga) dan Zaini Abdullah. Juga sibuk melayani para pembeli karcis yang pada datang mencatatkan nama dan alamat. Bagaimana komentar mereka terhadap berita koran asing itu? "Itu tidak benar! Sama sekali kasus ini tak mengandung aspek lain ! " kata Letkol Kusparmono Irsan, Komandan Satuan Reserse. Tentu saja. Dan mengenai Boney sendiri, sang raja, tentu juga tidak peduli. Sesudah termangu-mangu di hotel lantaran kecewa, 23 Mei pagi-pagi ia dan semua dayang-dayangnya terbang ! ke Hongkong untuk pertunjukan di sana. Pokoknya mereka sudah mengantongi US$ 32.000. Tra-la-la.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus