GRUP musik rock Boney M., dari Amerika, meninggalkan Jakarta
dalam keadaan marah. Para pejabat telah melarang pertunjukan
mereka yang berharga US$ 72.000. Sumber-sumber di pemerintahan
mengatakan pertunjukan digagalkan karena grup tersebut tidak
muncul untuk disensor lebih dulu. Tapi sumber lain juga
mengatakan, para ekstrimis Islam telah menekan pemerintah untuk
melarangnya karena, menurut mereka, tiga cewek penyanyinya
berpakaian "terlalu provokatif". Sebelumnya memang kaum muslimin
telah menuntut ditutupnya disko-disko, bar, steambath, bahkhn
telah berhasil dalam hal dibatasinya izin jam buka. Menurut
mereka, tempat-tempat seperti itu "immoral".
John Travolta
Demikian berita The Straits Times. Dan memang, 22 Mei itu para
penonton yang berduyun ke Balai Sidang Senayan pada kecele.
Gedung itu diblokir polisi. Dan sebuah papan psngumuman
menerangkan pertunjukan dibatalkan -- sedang mereka yang sudah
lebih dulu membeli karcis (berharga Rp 10.000 dan Rp 6.000)
dipersilakan mengurusnya ke Kodak Metro Jaya. Apa sih yang
terjadi?
Pertunjukan Boney, raja disko yang populer khususnya sebelum
munculnya raja baru, John Travolta, direncanakan oleh PT Zaiba
Five Promotion. Akhir Maret lalu direktur PT ini Zaini Abdullah
(37), menandatangani kontrak dengan orang bernama Pato Leung,
dari Just God Production Ltd di Hongkong. Maksudnya memang
untuk mendatangkah Boney ke mari, sedang Leung itu manajer Boney
untuk pertunjukan keli ling Asia. Ditentukan tarif Boney untuk
sekali main US$ 32.000 (pertunjukan diadakan 2 kali).
Siapa Zaini Abdullah ia sebenarnya sudah sangat dikenal
kalangan klab malam sebab bisnisnya memang mendatangkan para
penghibur dari luar negeri. Grup musik terkenal seperti Suzy
Quatro, El Chicano, ialah yang menyelenggarakannya -- dan
semuanya berhasil sukses.
Tapi rupanya memang lagi sial. Zaini ini punya adik bernama
Thalib Abdullah (34), yang bisnis sehari-harinya sebenarnya
jual-beli mobil -- dan oleh polisi sudah dikenal sebab kebetulan
pernah meringkuk di penjara Cipinang karena pemalsuan
surat-surat mobil. Si abang barangkali saja ingin memberi
kesempatan kepada si adik untuk memperbaiki diri, dan karena itu
dialah yang ditunjuk menangani proyek besar ini.
Thalib segera beraksi. Menyadari kurangnya modal, terutama guna
membayar uang muka kepada Leung sebanyak US$32.000, ia mengajak
PT Heksatama -- yang usaha bidangnya sehari-hari ekspor-impor
barang komoditi seperti kulit dan rempah-rempah. Agus Purnomo
(30), direkturnya, pun tergiur oleh tawaran pembagian keuntungan
50-50. Lalu 7 Mei dibuatlah kontrak kerjasama.
Dan hari itu juga, karena Thalib nampak sangat memerlukan, Agus
mengeluarkan cek mundur sebesar US$ 32.000 yang jatuh temponya
20 Mei di salah satu bank Hongkong. Ini hanya merupakan bank
garansi Untuk jaga-jaga.
Dalam kontrak kerjasama antara lain disebut bahwa
selambat-lambatnya 3 hari sebelum jatuh tempo, fihak Thalib (PT
Zaiba) harus sudah setor uang dalam jumlah yang sama kepada PT
Heksatama. Lalu Heksatama kirim telex ke bank Hongkong maupun
Pato Leung, bahwa cek mundur sudah dibuka.
Merasa Aneh
Tapi sementara Thalib bergerak, Agus Purnomo konon merasa aneh.
"Kok gampang betul orang bersedia membagi separo keuntungannya,
pada orang lain yang hanya memberi garansi bank," kata Abdul
Muis Tonthawy (28), Direktur Umum Heksatama, mewakili Agus.
Lama-lama lantas curiga. Terutama ketika 16 Mei Heksatama
menarik uang penjualan karcis dari satu agen, Thalib Abdullah
keberatan --padahal dalam kontrak disebut bahwa yang mengurusi
keuangan ialah PT Heksatama.
Dan kericuhan pun timbul. Lalu malam harinya, karena kedua pihak
samasama tak setuju pada cara yang dilakukan masing-masing, dan
terutama karena sampai hari itu Zaiba tidak menyetor US$ 32.000
sebaaimana sudah disetujui dalam kontak, keduanya sepakat
membatalkan saja kerjasama itu.
Sampai saat pembatalan itu, PT Heksatama sudah menyetujui
pengedaran karcis -- yang diperoleh Thalib -- sehanyak 1.400
lembar dengan membubuhkan stempel Heksatama di punggung setiap
karcis. Sesudah pembatalan, mestinya tak ada lagi karcis yang
beredar dengan stempel itu. Namun kenyataan Heksatama
memergoki banyaknya karcis yang tetap memakai stempel
perusahaannya -- dan setelah diteliti, ternyata baik tinta
maupun ukuran stempel itu berbeda, alis palsu.
Satu hal lagi: justru sesudah pembatalan, PT Zaiba serentak
memancang spanduk publikasi di berbagai penjuru Jakarta.
Berbunyi: "PT Heksatama mempersembahkan . . . " Karena itu
Heksatama segera meminta perlindungan polisi -- sambil
menunjukkan pembatalan kontrak itu. Sebelumnya, 17 Mei, bank di
Hongkong sudah ditelex -- dibilangi bahwa cek yang sudah dibuka,
dibatalkan.
Baru Tersadar
Thalib, entah kurang pengalaman, tidak sadar bahwa bersamaan
dengan batalnya kerjasama berarti cek bertanggal 20 Mei itu pun
batal. Setidak-tidaknya ia tak segera berhubungan dengan Pato
Leung. Akibatnya, menurut satu sumber TEMPO, rombongan Boney
yang sedianya ditunggu di Jakarta jam 12 siang 21 Mei, terhalang
-- sebab Leung tak bisa mengambil uang mukanya di bank. Memang
sebenarnya bisa saja Heksatama memberi tahu Thalib bahwa dengan
pembatalan itu urusan cek pun gugur -- tapi rupanya tak
dilakukan.
Saat itulah Zaiba sadar. Lalu lekas-lekas uang penjualan karcis
dikumpulkan dari para agen, dan dikirim ke Pato Leung. Sesudah
beres, rombongan si raja disko yang berjumlah 37 orang (8 di
antaranya perempuan) mendarat di Halim dari Singapura (merela
barusan main di sana) dan menginap di Hilton.
Namun, sekarang dari pihak DKI. Sampai menjelang pertunjukan,
karcis yang dicetak DKI atas permintaan Zaiba, masih tertumpuk
di sana. Tapi anehnya karcis yang beredar di pasaran jauh
melebihi jumlah karcis yang secara legal (sudah terkena pajak)
dikeluakan DKI. DKI yakin: itu tentu karcis yang belum dipajak!
Maka DKI langsung mendenda Zaiba -- Rp 4,5 juta. Tapi karena
sampai batas waktu yang didenda tak sanggup bayar (mereka bilang
uang yang ada baru Rp 3,2 juta, dan DKI tidak terima) DKI lantas
mencabut izin -- dan kontak dengan Kodak Metro Jaya.
Kodak di hari 22 Mei itu lantas menahan Thalib Abdullah, Jimmy
Chou (bekas petinju terkenal, kolega Zaiba juga) dan Zaini
Abdullah. Juga sibuk melayani para pembeli karcis yang pada
datang mencatatkan nama dan alamat. Bagaimana komentar mereka
terhadap berita koran asing itu? "Itu tidak benar! Sama sekali
kasus ini tak mengandung aspek lain ! " kata Letkol Kusparmono
Irsan, Komandan Satuan Reserse.
Tentu saja. Dan mengenai Boney sendiri, sang raja, tentu juga
tidak peduli. Sesudah termangu-mangu di hotel lantaran kecewa,
23 Mei pagi-pagi ia dan semua dayang-dayangnya terbang ! ke
Hongkong untuk pertunjukan di sana. Pokoknya mereka sudah
mengantongi US$ 32.000. Tra-la-la.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini