Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Populasi kendaraan bermesin diesel di Eropa bakal menyusut dalam waktu dekat lantaran para produsen menghentikan produksinya. Kemarin, Nissan Motor Co mengumumkan rencana penghentian produksi dan penjualan mobil bermesin diesel di Eropa, seiring dengan penurunan permintaan serta munculnya rencana beberapa negara untuk memungut pajak yang lebih tinggi atas mobil jenis tersebut dibanding mobil berbahan bakar bensin atau mobil listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Nissan Eropa mengatakan penghentian produksi mobil bermesin diesel bakal dilakukan secara bertahap. Penjualan mobil dengan mesin diesel modern pun tak akan dihentikan mendadak. "Di Eropa, yang menjadi pusat penjualan kendaraan bermesin diesel, kami akan memproduksi kendaraan listrik. Seiring dengan rencana itu, produksi mobil bermesin diesel akan dihentikan secara bertahap," demikian pernyataan Nissan, seperti dikutip Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang sumber mengungkapkan, Nissan akan memangkas jumlah karyawan dan menutup pabrik di Sunderland, Inggris, yang menjadi pusat pembuatan beberapa model mobil bermesin diesel, seperti sport utility vehicle (SUV) Nissan Qashqai. Penutupan pabrik tersebut berkaitan dengan melorotnya permintaan mobil bermesin diesel di Inggris dan beberapa negara Eropa lain. Di Eropa, Nissan memasarkan sedan, truk, dan SUV bermesin diesel yang harganya lebih murah ketimbang merek lokal seperti BMW atau Mercedes.
Sebelum Nissan mengumumkan rencana ini, pada Maret lalu Toyota Motor Corp menyatakan akan mengurangi porsi penjualan mobil bermesin diesel di Eropa hingga kurang dari 10 persen saja. Padahal Toyota sebelumnya menyatakan komitmen mereka untuk mengembangkan mesin diesel yang lebih canggih dan ramah lingkungan. Mesin itu akan dipasang pada beberapa model, antara lain SUV Land Cruiser, pikap HiLux, dan minivan HiAce.
Dalam pameran Geneva Motor Show, Kepala Eksekutif Toyota Eropa, Johan van Zyl, mengatakan akan menekan penjualan mobil bermesin diesel pada akhir tahun ini. Pengurangan penjualan mobil diesel akan diimbangi dengan pemasaran mobil hibrida dan kendaraan listrik. Komisaris Toyota Eropa, Didier Leroy, menambahkan bahwa pemasaran mobil hibrida adalah indikator kemajuan. "Semakin banyak mobil hibrida yang terjual, peluang bagi kami semakin besar," ujarnya.
Penghentian produksi mobil diesel juga dipengaruhi regulasi. Pada Juli tahun lalu, beberapa negara Eropa menyatakan akan mempercepat transisi kendaraan berbahan bakar fosil ke mobil listrik atau hibrida. Prancis dan Inggris pun sudah mengumumkan rencana pelarangan produksi dan penjualan kendaraan baru yang memakai bahan bakar bensin serta solar mulai 2040.
Larangan ini disertai dengan peluncuran skema pendanaan udara bersih senilai 255 juta pound sterling (Rp 4,5 triliun). Dari jumlah tersebut, 40 juta pound sterling disalurkan kepada pemerintah untuk memperbaiki tata ruang jalan hingga memperbarui kendaraan umum dengan jenis yang lebih ramah lingkungan.
Aturan ini merupakan respons atas kesepakatan Eropa untuk mengurangi polusi udara pada 2020-2030. Produsen kendaraan pun menyatakan dukungannya. Kepada BBC, Direktur Keuangan Ford Motor Company, Robert Shanks, menyatakan yakin bahwa negara-negara Eropa bisa menjadi ground zero atau titik tolak tren kendaraan listrik.
Pakar industri otomotif dari Aston University, David Bailey, mengatakan waktu transisi yang ditetapkan dalam regulasi baru ini relatif lama. Bailey menilai, jika aturan ini segera diberlakukan, dorongan bagi produsen dan konsumen di Eropa untuk mempercepat transisi ke mobil listrik atau kendaraan ramah lingkungan bakal kian kuat dan cepat.
Namun Direktur Eksekutif Asosiasi Manufaktur dan Perdagangan Otomotif Inggris, Mike Hawes, menyebutkan tingkat kenaikan permintaan mobil ramah lingkungan masih sangat rendah. Hawes juga menuntut pemerintah memberikan insentif nyata bagi konsumen dan produsen kendaraan untuk mempercepat transisi model mesin kendaraan. "Industri menginginkan pendekatan positif, seperti pemberian insentif bagi konsumen untuk membeli mobil ramah lingkungan," ucapnya. FERY FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo