Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT sedan Mercedes-Benz putih berjajar di garasi rumah Ginda Sonagi Anugrah. Tak cuma di garasi, sejumlah sedan Mercy menumpuk di kamar tidur. Mobil di rumah Ginda memang bukan kendaraan betulan. Meski hanya dolanan, mobil-mobilan itu harganya belasan bahkan puluhan juta rupiah.
"Ini pesanan semua. Bulan ini ada tiga yang saya kerjakan," kata pria 35 tahun itu saat ditemui pada awal Juni lalu. Sejumlah mobil masih dibungkus plastik. Sebagian ada di dalam kardus. Di rumahnya di kawasan Turangga, Bandung, Ginda merintis bisnis mainan mobil listrik kelas premium (power-wheels). Usaha ini ia lakoni sejak satu tahun lalu.
Tren mainan ini mulanya muncul di Amerika Serikat dua-tiga tahun lalu. Ginda tertarik mainan jenis ini karena bentuknya menyerupai mobil betulan. "Bahkan bisa dimodifikasi," katanya.
Mainan ini bisa dikendarai oleh anak-anak usia 3-7 tahun. Dimensinya sekitar 130 x 60 sentimeter. Tenaganya bersumber dari baterai 7 volt yang bisa diisi ulang. Mobil bisa dikendalikan memakai remote ataupun melalui kemudi dan pedal yang ada di kabin. Kecepatannya bisa mencapai 10 kilometer per jam.
Awalnya salah seorang rekan Ginda membeli mobil-mobilan listrik untuk anaknya tahun lalu. Mobil listrik Audi R8 itu didatangkan dari luar negeri. Kawannya lalu meminta Ginda memodifikasi mobil tersebut.
Ginda kemudian mendesain dan memproduksi sendiri aksesori mobil-mobilan itu. "Saya juga diminta membuat tampilan kendaraan lebih ceper." Percobaan pertama itu rupanya berhasil. Dia kepincut menjadi produsen dan modifikator mobil-mobilan.
Melalui media sosial, pesanan berdatangan. Setidaknya sudah 100 unit ia membuat power-wheels. Mayoritas hasil modifikasi. Biasanya power-wheels buatan pabrik masih standar. Tugas Ginda membuat tampilannya menjadi lebih unik sesuai dengan keinginan konsumen.
Model power-wheels yang disukai konsumen, kata Ginda, biasanya berupa miniatur mobil sport. Di antaranya BMW i8, Audi R8, Mercedes-Benz SLS, dan Lamborghini. Tak cuma bisa dikemudikan, sejumlah model bahkan sudah dilengkapi perangkat hiburan, seperti pemutar musik MP3, sistem audio, dan tablet elektronik.
Ginda juga membuatkan velg dari bahan aluminium, roda berbahan karet, body-kit, jok model sport, dan interior berlapis kulit. "Apa pun yang diminta konsumen, saya bisa berikan asal mereka puas," katanya. Tak jarang konsumen meminta dia membuatkan bodi baru dari bahan plastik dan fiber. "Jadi saya ambil sasis dan mesinnya saja."
Dengan modal ilmu desain grafis yang dia miliki, Ginda tak kesulitan merancang aksesori menurut permintaan. Dia juga mulai membuat aksesori seperti rambu lalu lintas mini serta helm dan seragam untuk anak-anak. Saking banyaknya pesanan, dia kini punya dua bengkel aksesori power-wheels.
Pesanan datang dari seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Omzet usahanya saat ini bisa mencapai Rp 50 juta sebulan. "Lumayan, sambil menjalani hobi, dapur juga bi sa tetap ngebul," kata pria yang pernah membuka toko kue itu.
Untuk biaya, Ginda tak mematok tarif khusus. "Karena permintaan beda-beda, tergantung anggaran mereka," katanya. Rata-rata konsumen menghabiskan Rp 3-5 juta untuk modifikasi ringan. Ada juga yang pernah menghabiskan sampai Rp 20 juta per unit.
Eggy Gantama menyebutkan karya Ginda tak kalah dengan modifikasi power-wheels di luar negeri. Kelebihan produk Ginda, kata Eggy, mirip dengan model kendaraan aslinya. Ia tertarik mainan ini karena menyukai modifikasi mobil. "Setelah berkeluarga, hobi otak-atik mobil berkurang, sekarang beralih ke modifikasi power-wheels," ujarnya.
Menurut Achmad Reza, penggemar power-wheels bertambah banyak di Indonesia. "Mereka kini membuat komunitas Indo Power-Wheels dan sering mengadakan pertemuan," kata pria yang juga menjadi ketua komunitas tersebut. Praga Utama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo