Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MONETER
Suku Bunga Turun
HARAPAN banyak kalangan menikmati bunga rendah dijawab Bank Indonesia. Rabu pekan lalu, bank sentral itu kembali menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 50 basis point dari 9,25 persen menjadi 8,75 persen. Menurut Gubernur BI Boediono, tekanan inflasi yang melemah menjadi salah satu pertimbangan. ”Kondisi menghendaki kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi,” kata Boediono.
Mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu menyatakan, penurunan tersebut sudah melalui evaluasi kondisi dan perkembangan ekonomi domestik dan global. Bahkan dengan tingkat inflasi yang cenderung terus menurun, suku bunga acuan diperkirakan akan mengikuti penurunan tersebut. ”Dilakukan secara bertahap,” katanya.
Kalangan pengusaha menyambut gembira. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia M.S. Hidayat mengatakan langkah BI itu dapat mendorong ekspektasi dunia usaha. Perbankan pun diminta segera menyesuaikan agar kebijakan Bank Indonesia itu berdampak bagi kegiatan produksi. Namun, menurut pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance M. Ikhsan Modjo, kebijakan tersebut tidak cukup memberikan ruang gerak pada sektor riil. ”Super-konservatif.”
PENERBANGAN
Air Asia Tambah Penerbangan Regional
EKSPANSI terus dijalankan maskapai penerbangan Air Asia Indonesia. Tahun ini, maskapai itu akan membuka rute penerbangan internasional baru dari sejumlah kota besar di Indonesia. ”Strategi kita tetap harga yang efisien, lalu go regional,” kata Presiden Direktur Air Asia Indonesia Darmadi di Bandung, Kamis pekan lalu. Rute baru itu antara lain Denpasar menuju Perth, Darwin (Australia), Kinabalu, Kuching (Malaysia). Darmadi mengatakan, dengan penambahan rute itu, semua negara Asean akan dihubungkan oleh jaringan penerbangan Air Asia.
Demi melayani rute baru, Air Asia akan menambah satu pesawat setiap satu setengah bulan. Maskapai ini sudah mendapat tambahan lima pesawat baru jenis Airbus A320. Rencananya, tahun ini akan ada tambahan 12 pesawat jenis itu. Lima tahun ke depan, Air Asia akan menambah 47 pesawat Airbus A320 untuk melayani rute antarnegara Asean. Maskapai itu juga menargetkan akan meraup 3,5 juta penumpang pada Tahun Kerbau ini. Sedangkan pendapatannya diperkirakannya bakal di atas Rp 2 triliun.
DEFLASI
Masih Dua Digit
HANCURNYA harga komoditas membuat inflasi terus menurun. Bahkan Desember lalu terjadi deflasi 0,04 persen. Ini ditunjukkan oleh indeks harga konsumen yang turun dari 113,90 pada November menjadi 113,86. Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik Ali Rosidi mengatakan, penurunan juga diperlihatkan pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sementara itu, laju inflasi sepanjang 2008 masih dua digit, 11,06 persen. ”Sama dengan laju inflasi year on year (tahunan),” kata Ali.
Melihat kecenderungan hal tersebut, Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan optimistis laju inflasi tahunan dapat turun di bawah angka 10 persen pada Maret nanti. Prediksi turunnya inflasi tersebut seiring dengan tingkat konsumsi yang sudah terkendali. ”Selepas perayaan Natal dan Tahun Baru, konsumsi berkurang,” kata Rusman. Apalagi jika pemerintah menurunkan kembali harga bahan bakar minyak. ”Terlebih kalau diikuti penurunan tarif angkutan.”
INSENTIF FISKAL
31 Industri Kecipratan
PEMERINTAH memutuskan 31 sektor industri mendapat stimulus fiskal berupa insentif perpajakan dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah dan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah. Ini merupakan bagian dari paket stimulus yang dikeluarkan untuk menggerakkan sektor riil dalam kondisi krisis keuangan global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan total dana yang dikeluarkan Rp 12,5 triliun. ”Peraturan menterinya sudah saya buat dan efektif mulai 1 Januari 2009,” katanya, Senin pekan lalu. Kriteria industri yang diberi insentif antara lain menyerap banyak tenaga kerja, sektor unggulan yang memberikan kontribusi tinggi pada ekspor nasional, dan mendukung investasi di bidang usaha energi.
Tercatat 17 sektor yang mendapat insentif pajak pertambahan nilai, antara lain industri bahan baku baja, mesin peralatan untuk proses engineering, procurement, and construction untuk pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt, komponen dan bahan baku untuk gerbong kereta api, bahan bakar nabati non-subsidi, minyak goreng, minyak dan gas bumi, serta panas bumi. Nilainya Rp 9,02 triliun.
Sebanyak 14 sektor dibebaskan dari bea masuk, seperti industri bahan baku dan komponen untuk industri alat berat, bahan baku dan komponen untuk pembuatan pembangkit kapasitas kecil, bahan baku susu, bahan baku dan komponen industri otomotif, komponen elektronik telematika (fiber optic komponen telekomunikasi). Total insentif Rp 2,4 triliun.
INVESTASI
Inpex Dapat Lampu Hijau
NIAT Inpex Holding Inc. membangun kilang apung gas alam cair di Lapangan Abadi, Laut Timor, bakal terwujud. Perusahaan eksplorasi minyak dan gas terbesar asal Jepang itu sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah Indonesia. ”Secara prinsip kami setuju dengan proposal yang disodorkan. Tapi kami masih mengevaluasi nilai keekonomian proyek ini,” kata Evita Legowo, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, pekan lalu.
Persetujuan buat Inpex itu, kata Evita, akan diberikan pada Maret atau April mendatang. Bila terealisasi, proyek dengan estimasi biaya US$ 19,6 miliar (Rp 216 triliun) ini akan menjadi kedua terbesar setelah proyek gas alam cair Tangguh di Papua. Lapangan Abadi, bagian dari Blok Masela, memiliki cadangan lebih dari 10 triliun kaki kubik, sedangkan Tangguh memiliki kandungan gas 14,4 triliun kaki kubik. Kilang apung ini diperkirakan akan berproduksi pada 2016.
Hirohisa Ota, General Manager Inpex, mengatakan bahwa kilang apung di Blok Masela itu akan memiliki kapasitas 5 juta metrik ton per tahun. Setiap harinya, Lapangan Abadi itu akan memasok 800 juta kaki kubik untuk kebutuhan kilang. Sebelumnya, perusahaan yang memiliki izin eksplorasi di Blok Masela sejak 1998 itu juga akan membangun train alam cair berkapasitas 4,5 juta ton per tahun.
SURAT UTANG
Obligasi Yen Pertama
PEMERINTAH akan meluncurkan surat utang negara berdenominasi yen tahun ini. Obligasi bermata uang Negeri Sakura itu, yang diberi nama Shibosai, akan menjadi obligasi yen pertama yang diterbitkan Indonesia. Targetnya, diperoleh dana segar dalam bentuk yen untuk membayar utang pemerintah yang berupa yen juga. ”Exposure utang kita yang berdenominasi yen cukup besar, sekitar 19 persen,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, pekan lalu.
Saat ini, Rahmat menambahkan, diskusi tahap awal telah dilakukan dengan Jepang. Pemerintah menargetkan pertengahan tahun ini Shibosai sudah dipasarkan. ”Sooner or later,” kata dia. Ini, menurut Rahmat, adalah salah satu upaya pemerintah untuk melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan melalui penerbitan surat berharga. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009, pemerintah menargetkan penerbitan surat berharga negara netto Rp 54 triliun.
UTANG
Debt Swap Italia Hampir Beres
INDONESIA segera merampungkan konversi utang dengan pemerintah Italia, dengan total nilai US$ 24,2 juta dan 5,7 juta euro (sekitar Rp 300 miliar, menggunakan kurs tahun 2005). Ini adalah babak akhir program debt swap, yang diteken pada 9 Maret 2005, dengan batas waktu penyelesaian 24 Oktober 2010. Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Mahendra Siregar mengatakan bahwa separuhnya, Rp 150 miliar, telah direalisasikan pada 2006 dan 2007 untuk 10 proyek rehabilitasi Aceh pasca-tsunami dan Program Keluarga Harapan.
Sisanya akan dipakai tahun ini untuk membiayai tujuh proyek, yakni pembangunan pelabuhan ikan di Lampulo Aceh, Program Keluarga Harapan, dan lima proyek infrastruktur. Roma telah menyetujui proyek tersebut. ”Dengan terwujudnya proyek itu nanti, program debt swap dengan Italia telah selesai,” kata Mahendra dalam jumpa pers di Graha Sawala, Kantor Menteri Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis pekan lalu. Total pinjaman Indonesia kepada Italia yang telah dikonversi hingga 2006 tercatat US$ 141,658 juta.
INFRASTRUKTUR
Proyek Jalan Tol Meleset
NIAT pemerintah membangun jalan tol sepanjang 1.400 kilometer tak tercapai. Soalnya, sejak 2005 lalu, hanya ada tiga jalan tol baru yang akan dioperasikan, yakni Waru-Juanda, Makassar Seksi IV, dan jembatan Suramadu yang akan rampung pada April mendatang. ”Saya akui agak sulit. Tak mungkin bisa mencapai target,” ujar Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam paparan awal tahun, Kamis lalu.
Macetnya pembangunan jalan tol, kata dia, terganjal kesiapan investor memenuhi modal dan pembebasan lahan. Djoko juga mengakui masih banyak investor jalan tol yang tak memahami sifat bisnis jalan tol, yang butuh investasi besar dan masa pengembalian modal yang lama. Itu sebabnya mulai tahun ini pemerintah akan mengeksekusi kebijakan konsinyasi bila sisa lahan yang belum terbebaskan mencapai 20 persen. Kebijakan itu akan diefektifkan di ruas Semarang-Ungaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo