Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

22 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OTOMOTIF
Tahun Pesimistis

KENDATI diwarnai berbagai isu tak sedap, penjualan di industri otomotif tetap melaju melampaui pencapaian tahun lalu. Selama Januari hingga November tahun ini, sudah 5,814 juta unit sepeda motor dan 568 ribu unit mobil terjual. Angka tersebut memang masih jauh lebih tinggi ketimbang penjualan pada periode yang sama tahun lalu. Karena itu, kalangan industri mobil dan motor yakin, penjualan tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Namun, jika dilihat dari penjualan bulanan, terlihat jumlah mobil dan motor yang terjual terus menurun. Pada November ini, motor terjual 494.039 unit, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang masih 515.123 unit. Begitu juga penjualan mobil yang hanya 46.122 unit mobil. Angka ini lebih rendah hampir 19 persen dibanding Oktober yang masih 54.881 unit. ”Penjualan tahun depan bakal jeblok 30 persen dibanding tahun ini,” kata Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Gunadi Sindhuwinata.

MONETER
Bunga Nol Persen

THE Federal Reserve (The Fed), Rabu pekan lalu, kembali memangkas tingkat bunga secara drastis sebesar 75 basis poin dari semula satu persen. Ini penurunan kesepuluh sejak negeri ini dilanda krisis keuangan dan resesi. Kini tingkat suku bunga acuan berada dalam kisaran 0-0,25 persen. Pemangkasan ini, seperti dilansir CNN, metode kunci The Fed untuk mendorong perekonomian Amerika Serikat dan stabilitas harga. ”Kebijakan ini akan diikuti Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate,” kata pengamat pasar uang Rosady T. Montol di Jakarta, pekan lalu.

Selain itu, seperti kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, langkah The Fed ini bisa melonggarkan likuiditas global. ”Itu akan mengurangi persepsi adanya likuiditas yang mengetat,” ujarnya di Jakarta pekan lalu. Penurunan bunga The Fed juga akan menguntungkan Indonesia, karena imbal hasil surat utang negara akan menurun. Hanya, kata pengusaha Sandiaga Uno, dunia usaha meminta Bank Indonesia juga menurunkan BI Rate lebih agresif dari saat ini 9,25 persen.

PENERBANGAN
Izin Diperketat

MASYARAKAT bisa bernapas lega seiring dengan pengesahan revisi Undang-Undang Penerbangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam aturan tersebut, izin pendirian maskapai baru bisa diberikan kepada perusahaan yang minimal punya lima pesawat dan menyewa lima pesawat tambahan. ”Ini menyangkut persyaratan keselamatan dan keamanan yang tinggi. Harus ada investasi,” ujar Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal.

Manajer Komersial Kartika Airlines Harry Priyono menyatakan telah menandatangani kontrak pembelian 15 pesawat baru dari Rusia, Sukhoi Superjet 100s, yang akan tiba di Indonesia pada 2011. Adapun Direktur Operasi Lorena Airlines Suhadi mengatakan telah menyewa dua unit Airbus tipe A320 dari perusahaan penyewaan pesawat Waha, Prancis, yang akan tiba pada Februari 2009.

KRISIS
Perpu Ditolak

Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu, menolak mengesahkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 4/2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan menjadi undang-undang. Rapat paripurna hanya mengesahkan Perpu Nomor 2 dan 3 tentang Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. ”Pemerintah harus mengajukan kembali rancangan yang baru sebelum 19 Januari 2009,” ujar Ketua DPR Agung Laksono ketika memimpin sidang paripurna DPR, Kamis pekan lalu.

Sebagian besar fraksi keberatan atas pasal 19, yang intinya menyatakan bahwa Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan penyelamatan krisis. Peraturan itu dianggap bisa menimbulkan moral hazard. ”Undang-undang ini merupakan amanat Undang-Undang Bank Indonesia yang mengharuskan adanya suatu protokol dalam menghadapi krisis sistemik,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

MINYAK MENTAH
Longsor Dekati US$ 30

JUMAT pekan lalu, minyak mentah di New York Mercantile Exchange untuk pengantaran Januari tahun depan diperdagangkan jeblok ke US$ 33,44 per barel. Angka ini anjlok 77 persen dibanding rekor tertingginya per Juli, US$ 147,27 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent North Sea untuk pengapalan Februari naik dari US$ 43,21 menjadi US$ 43,4 per barel. ”Walau OPEC telah memangkas produksinya lebih dari 2 juta barel, harga minyak terus turun. Kelihatannya harga akan stabil di kisaran US$ 35-40 per barel,” kata analis Bet OnMarkets, David Evans, seperti dikutip dari AFP.

Pengamat perminyakan Kurtubi memperkirakan harga minyak tahun depan bisa kembali naik ke level US$ 50-60 per barel. ”Syaratnya, tiap negara OPEC konsisten memangkas produksi,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus