Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Momen

5 Mei 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Industri Baja
Bluescope Tawar Krakatau

ANIMO perusahaan baja dunia untuk meminang PT Krakatau Steel meluber. BlueScope International, perusahaan baja asal Australia, juga menyatakan minatnya membeli 30 persen saham perusahaan baja milik negara itu. Sebelumnya, raksasa baja dunia ArcelorMittal mengajukan penawaran serupa. ”Bluescope telah resmi meminta waktu bertemu dengan Menteri Perindustrian,” kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian, Ansari Bukhari.

Ketertarikannya pada Krakatau Steel lantaran potensi pasar Indonesia yang menggiurkan. Krakatau menguasai 50 persen pangsa pasar baja canai panas dan dingin. Bluescope, yang telah 100 tahun berbisnis baja, memiliki 114 pabrik yang tersebar di 17 negara. Tiga pabrik terbesarnya ada di Australia (5,1 juta ton), Selandia Baru (625 ribu ton), dan Amerika Serikat (1,7 juta ton) per tahun. Pabrik kecilnya tersebar antara lain di Cilegon, Banten.

Toh ArcelorMittal tetap optimistis atas penawarannya. ”Pasti banyak perusahaan baja yang berminat masuk Krakatau Steel. Tapi kami percaya ArcelorMittal akan menjadi partner yang paling tepat buat Krakatau Steel,” kata bos ArcelorMittal, Lakshmi Mittal, dalam perbincangan jarak jauh dengan sejumlah media, termasuk Tempo, Jumat pekan lalu.

Namun Komisaris Utama Krakatau Steel Taufiequrachman Ruki mengaku tidak mengetahui tawaran Bluescope. Komisaris, kata dia, tetap menolak segala bentuk tawaran akuisisi oleh mitra strategis. Penolakan bentuk mitra strategis tak hanya kepada investor asing, tapi juga investor lokal. ”Penjualan saham perdana di bursa adalah pilihan terbaik,” katanya.

Televisi
Televisi Berbayar Antara

Pemain bisnis televisi berbayar bakal bertambah lagi tahun depan, yakni Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Aksi bisnis ini, menurut Ahmad Mukhlis Yusuf, Direktur Utama Antara, untuk mendukung konsolidasi keuangan perusahaan. Untuk menjalankan bisnis itu, Antara akan membentuk usaha patungan dengan investor lain.

Tim Antara kini sedang melakukan pembicaraan serius dengan beberapa investor, salah satunya Korean Broadcasting System, yang menyatakan ketertarikannya. ”Proyeksi kami, pada tahun ketiga, bisnis baru ini sudah bisa menghasilkan dan ikut membantu menutup keuangan kami yang selama ini negatif,” kata Mukhlis kepada Agoeng Wijaya dari Tempo, pekan lalu.

Cetak biru unit bisnis baru ini tengah disusun, termasuk soal dana investasi, porsi kepemilikan, nama televisi, dan target pasar. Dalam waktu dekat hasil kerja tim akan dikonsultasikan ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara, sebelum diajukan ke Departemen Komunikasi dan Informatika. Investasi itu merupakan bagian dari rencana Antara membuat megaportal Antara. Diperkirakan, rencana ini bakal menelan investasi hingga Rp 100 miliar.

Akuisisi
Bumi Naikkan Tawaran Akuisisi Herald

Bumi Resources akan menaikkan tawaran untuk mengakuisisi perusahaan tambang Australia, Herald Resources Ltd. Rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar di Jakarta, Rabu pekan lalu, mengizinkan perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie itu untuk menaikkan harga penawaran sesuai dengan valuasi dari penilai independen.

Perusahaan penilai independen PT Zodiac Perintis Penilai yang ditunjuk Bumi memberikan valuasi harga 100 persen saham Herald berkisar A$ 529,44 -663,83 juta atau sekitar A$ 2,62-3,29 per saham. Pemegang saham juga memberikan keleluasaan kepada Bumi untuk melakukan penawaran, termasuk memperpanjang masa penawaran. Bumi telah beberapa kali memperpanjang masa penawaran. Terakhir, Bumi memperpanjang masa penawaran hingga 21 Mei.

Pesaing Bumi, PT Aneka Tambang Tbk., memberikan valuasi A$ 2,5-3,51 per saham. Saat ini, Aneka Tambang juga memperpanjang masa penawarannya hingga 5 Juni 2008. Aneka Tambang sudah menguasai 10,7 persen saham Herald. Perusahaan itu juga telah menguasai 20 persen saham tambang timbel dan seng, Dairi, di Sumatera Utara, milik Herald.

Juru bicara Bumi Re-sources, Dileep Srivastava, yakin dengan penawaran yang diajukannya. ’’Harga yang kami tawarkan realistis. Kami juga sudah melakukan pembicaraan langsung dengan pemegang saham Herald,’’ kata Dileep. Menurut dia, kinerja Herald tak bisa dikatakan baik. Selama 2006 Herald menderita kerugian dan pada 2007 hanya mencetak laba kecil. Meskipun demikian, Bumi yakin, Herald berpeluang menghasilkan keuntungan besar.

Bumi melalui anak perusahaannya, Calipso Investment Pte. Ltd., telah memperoleh fasilitas pinjaman dari Credit Suisse Singapura US$ 375 juta untuk akuisisi Herald. Calipso saat ini sudah menguasai 19,8 persen saham yang dibeli dengan harga rata-rata A$ 2,23.

Perdagangan
Daerah Pemberi Surat Ekspor Dipangkas

PEMERINTAH akan mengurangi jumlah dinas perdagangan di daerah yang berhak mengeluarkan surat keterangan asal. Pengurangan tersebut untuk mencegah pengapalan produk ilegal. ”Dari 193 kantor dinas, kini tinggal 85,” kata Direktur Fasilitas Ekspor dan Impor Departemen Perdagangan Harmen Sembiring di Jakarta, Selasa pekan lalu.

Menurut Harmen, pengapalan ilegal terjadi karena mudahnya pemberian surat keterangan terhadap barang ekspor yang bukan berasal dari Indonesia, seperti produk garmen dari Cina yang dikemas dan diberi label Indonesia, sebelum diekspor ke Amerika atau Eropa. Tujuannya untuk menurunkan pajak bea masuk.

Produk yang tergolong rawan pengemasan dan pengapalan ilegal, kata Harmen, antara lain kopi, udang, sepatu, dan garmen. Karena itu, hanya daerah penghasil berbagai komoditas dan produk itu yang bisa mengeluarkan surat. Dia mencontohkan, Yogyakarta bukan penghasil kopi, maka tak bisa membuat surat keterangan.

Pertanian
Harga Beras Naik, Petani Malah Susah

Sungguh ironis, tatkala harga komoditas pangan di dunia meroket, daya beli petani Indonesia malah merosot. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan, indeks nilai tukar petani pada Februari 2008 hanya 108,38, turun 0,27 dari posisi Januari. Penurunan terutama terjadi pada petani beras di Jawa.

Penurunan daya beli ini, kata Rusman, disebabkan kenaikan harga komoditas pangan lain seperti telur ayam, cabe, tomat buah, dan bawang merah. Kondisi ini diperparah lagi dengan merosotnya rata-rata harga gabah pada April 2008 jika dibandingkan posisi Maret. Harga gabah kering giling, misalnya, turun 1,63 persen. ”Setelah ada instruksi Presiden tentang kenaikan harga pembelian pemerintah, rata-rata harga gabah kering malah di bawah harga patokan itu,” kata Rusman.

Upah riil buruh juga turun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, upah riil buruh sektor industri pada triwulan III tahun lalu turun 4,6 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan upah riil yang tajam dialami buruh pabrik rokok dan garmen. Pendapatan riil buruh perusahaan rokok, misalnya, anjlok hampir sepertiga.

Subsidi Pupuk Dibatasi

UNTUK mengurangi penyelewengan, penyaluran pupuk bersubsidi akan dibatasi berdasarkan kebutuhan kelompok petani di suatu tempat. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian Soetarto Alimoeso mengatakan, petani harus digabungkan dalam kelompok yang memiliki rencana definitif kebutuhan pupuk. Kelompok inilah yang bisa membeli pupuk subsidi di kios resmi. ”Akan tercatat siapa saja anggotanya,” kata Soetarto, awal pekan lalu.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno menyambut baik rencana distribusi tertutup yang secara keseluruhan akan dilaksanakan mulai tahun depan. Saat ini baru PT Pupuk Kalimantan Timur yang melakukan. ”Jangan sampai dijual sembarangan,” katanya.

Untuk itu, ia berharap sebelum kelompok tani terbentuk, penyaluran dilakukan lewat koperasi. Sebab selama ini distribusi pupuk dikuasai swasta. Hanya, kata Soetarto, yang perlu diperhatikan adalah data keanggotaan kelompok tani. Agar akurat, seharusnya dibuat oleh koperasi setempat.

Inflasi
Inflasi April Sangat Tinggi

Inflasi tahunan (year on year) pada April 2008 sangat tinggi. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, inflasi tahunan bulan lalu mencapai 8,96 persen. Angka itu jauh di atas patokan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2008, yang hanya 6,5 persen. Namun inflasi selama empat bulan pertama tahun ini baru 4,01 persen. Inflasi April sendiri 0,57 persen. Kondisi ini jauh berbeda dengan April tahun lalu, yang justru deflasi 0,16 persen.

Selain itu, kata Rusman Heriawan, Kepala Badan Pusat Statistik, kondisi sekarang berbeda dengan tren selama dua tahun terakhir. Selama ini penyumbang inflasi terbesar biasanya kelompok makanan dan minuman. Tapi, pada inflasi April, penyumbang inflasi justru kelompok perumahan dan energi, terutama minyak tanah. ”Ada pergeseran,” ujar Rusman, Jumat lalu.

Kelompok bahan makanan cuma menyumbang inflasi 0,13 persen, sementara makanan jadi, minuman, dan rokok menyumbang 0,15 persen. Tapi kelompok perumahan dan energi menyumbang inflasi 0,43 persen. Adapun komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah minyak tanah, yakni 0,29 persen. Ini artinya hampir separuh dari total inflasi April.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance Indonesia Ahmad Erani Yustika menuturkan, tingkat inflasi pada akhir tahun ini bisa menembus 8 persen. Itu terjadi jika lonjakan harga minyak dan komoditas dunia tak mereda. Di samping itu, pola indeks harga konsumen bertahan seperti sekarang, yakni selama empat bulan terakhir terus-menerus terjadi inflasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus