Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dina sudah punya rumah di Kebagusan, Jakarta Selatan. Tapi ia ingin punya rumah kedua. Kebetulan, di dekat rumahnya tengah dibangun Apartemen Kebagusan City. Tak mau ketinggalan kereta, bersama suami, perempuan 39 tahun ini ikut antre pada saat pre-launching Kebagusan City, Kamis pekan lalu.
Pengembang PT Perdana Gapuraprima pada saat itu memang sedang memasarkan Tower II dan III, setelah yang pertama ludes. Suami-istri berpenghasilan di atas Rp 5 juta sebulan itu mengincar unit yang disubsidi pemerintah. ”Sekarang kan lagi tren investasi dalam bentuk apartemen,” kata Dina.
Sejatinya, rumah susun bersubsidi itu bukan untuk orang-orang seperti Dina. Program rumah susun sederhana milik yang diluncurkan Kementerian Negara Perumahan Rakyat sejak pertengahan tahun lalu itu diperuntukkan bagi warga yang belum punya rumah dan berpenghasilan Rp 1,5-4,5 juta per bulan. Pemerintah memberikan subsidi berupa bantuan uang muka, pembebasan pajak pertambahan nilai, dan subsidi bunga (lihat tabel).
Program inilah yang membuat Nuri, 27 tahun, kembali berburu rumah. Sebelumnya, beberapa kali ia bersama suaminya masuk-keluar pameran perumahan, tapi belum juga menemukan rumah idaman. Dengan pendapatan Rp 3 juta sebulan, mereka hanya mampu membeli rumah yang jauh dari kantornya di kawasan Jakarta Pusat.
Mereka sudah kebelet ingin punya rumah sendiri karena selama ini tinggal di ”pondok orang tua indah” di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Maklumlah, mereka sudah menikah lima tahun dan telah memiliki dua anak. ”Kami ingin punya rumah yang dekat dengan kantor dan harganya terjangkau,” katanya. Peluang itu muncul setelah pemerintah meluncurkan rumah susun bersubsidi tersebut.
Ketika meluncurkan program ini, Menteri Negara Perumahan Rakyat Yusuf Asy’ari mengajak para pengembang besar ikut terlibat. Ajakannya bersambut. Agung Podomoro Group, misalnya, akan membangun Gading Nias Residence di Kelapa Gading dan Kalibata Residence. PT Bakrieland bekerja sama dengan Perumnas membikin Sentra Timur Residence di Pulogebang, Jakarta Timur. PT Perdana Gapura Prima membuat Kebagusan City di Jakarta Selatan.
Ternyata, sambutan meriah juga datang dari para calon konsumen. Setiap prapemasaran rumah susun ini, konsumen beramai-ramai menyerbu. Pengamat properti dari PT Procon Indah, Utami Prastiana, mengatakan tiga dari empat proyek apartemen bersubsidi yang diluncurkan pada kuartal pertama tahun ini rata-rata telah terjual lebih dari 70 persen. ”Tingkat penyerapannya 298 unit per bulan,” ujarnya.
Data ini klop dengan catatan para pengembang. General Manager Marketing Perdana Gapura Prima Reni Sansan mengatakan, dari 548 unit yang akan dibangun di Tower I, 90 persen ludes terjual sejak peluncuran Desember tahun lalu. ”Unit yang bersubsidi langsung habis pada awal launching,” ujarnya.
Gading Nias juga diserbu pembeli. Direktur Pemasaran Agung Podomoro Group Indra Widjaja Antono mengatakan 4.500 dari 6.000 rumah susun bersubsidi yang bakal dikembangkan di Gading Nias sudah terjual.
Kalibata Residence tak kalah kerepotan melayani pembeli rumah bersubsidi. Padahal lokasi permukiman ini belum pasti. Rancang bangun rumahnya juga belum rampung digambar. Menurut Indra, 40 persen dari 8.000 unit rumah yang akan dibangun di sini sudah dipesan. Calon pembeli telah mengisi formulir plus menitipkan dana minat Rp 1 juta.
Ada berbagai alasan yang membuat warga menyerbu rumah susun di tengah kota. Salah satunya, kata Utami, ongkos transportasi yang kian mahal. ”City living (tinggal di kota) menjadi kebutuhan sekarang ini,” ujarnya. Selain itu, kebanyakan rumah sederhana dibangun jauh di kota-kota satelit Jakarta.
Sayangnya, gara-gara semua orang butuh tinggal di kota, pembeli yang disasar pemerintah harus bersaing dengan pembeli dari golongan mampu. Ini karena pembeli kelompok yang berpenghasilan di atas Ro 4,5 juta pun ikut-ikutan mengincar apartemen bersubsidi. Contohnya, itu tadi, Dina.
Utami menengarai invasi pembeli mampu ke pasar apartemen bersubsidi dimungkinkan karena proyek rumah murah ini bercampur dengan unit yang dijual tanpa subsidi. ”Ini akibat tidak adanya ketentuan yang jelas soal komposisi unit bersubsidi dan nonsubsidi di suatu proyek,” ujarnya.
Alhasil, saat ini pembeli berkantong tebal yang lebih dominan di pasar murah ini. Repotnya lagi, penelitian Procon menemukan sekitar 40 persen pembeli rumah ini ternyata investor. ”Ini kontradiktif dengan tujuan pengadaan proyek yang ditujukan bagi kelompok end user,” kata Utami.
Toh, Menteri Yusuf Asy’ari tak yakin dengan angka ini. Ia mengakui adanya kemungkinan pembeli rumah subsidi bukan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Namun, ia memastikan itu tidak bakal terjadi. ”Karena ada lembaga yang melakukan verifikasi, yakni bank,” ujarnya.
Yusuf juga menyatakan saat ini belum bisa dipastikan apakah pengguna rumah ini benar-benar end user atau bukan. Soalnya, rumah-rumah ini belum terbangun semua, jadi belum dihuni. Tapi ia mengakui memang harus ada ketentuan yang mengatur persentase porsi unit bersubsidi dan nonsubsidi, seperti di negara lain. Mumpung belum kebablasan, Pak Menteri sebaiknya segera membuat aturan itu.
Retno Sulistyowati, Rieka Rahadiana
Apa yang Disubsidi?
Gaji di atas Rp 3,5-4,5 juta
Gaji di atas Rp 2,5-3,5 juta
Gaji di atas Rp 1,5-2,5 juta
Rumah Murah di Seantero Kota
1. Bandar Kemayoran
2. City Park
3. Crown Executive Apartment
4. Kota Modern
5. Menara Kebon Jeruk
6. Gateway
7. Bintaro
8. Kebagusan City
9. Cibubur
10. Cipayung
11. Menara Cawang
12. Kalimalang
13. Prima Regency
14. Cakung
15. Gading Nias Residence
16. Sentra Timur Residence
17. Daan Mogot
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo